Part 9

104K 986 22
                                    

Devina terbangun. Matanya menyipit melihat matahari sudah berwarna kemerahan terlihat dari gorden kamar nya yang terbuka lebar.

Ia menguap dan mencoba turun dari ranjangnya untuk menutup gorden nya

"Awww" baru selangkah selangkangannya perih luar biasa. Ia terjatuh di lantai tak bisa bergerak "aduh, sakit"

Ia melihat kebawah untuk mengecek area sakit nya itu, namun ternyata ia malah salah fokus dan melihat dirinya tak mengenakan baju sehelaipun

Kenangan tadi pagi terbesit di pikirannya. Ia mendesah, keperawanan nya telah ia relakan ke kakak iparnya sendiri. Bodoh..

"Dev, kamu gapapa?" baru saja ia pikirkan, Angga muncul dari balik pintu. Dengan cepat Devina mencoba menarik selimut untuk menutupi dirinya

Angga tersenyum, lalu menghampiri Devina. Ia membantu mengambil selimut, dan membantu menutupi seluruh badan Devina. "Sini biar aku angkat"

"Ak.. Aku bisa sendiri" gagap Devina, begitu malu bahkan untuk menatap Angga

"aku kuat, tidak perlu khawatir." dengan sekali angkat ia membawa Devina kekamar mandi. Dan menurunkannya di bathtub.

"Kamu mandi aku bakal tunggu diluar, panggil aja ya" 

Devina tertegun, menunggu Angga keluar dan menutup pintunya. Setelah Angga keluar, ia bernafas lega.

Gila, ia sama sekali tak menyangka akan bersetubuh dan menyerahkan keperawanannya untuk kakak iparnya sendiri. Apa yang ia pikirkan hingga melakukan hal itu semua? 

Devina mengacak rambutnya kasar, ia segera menyalakan air dan mengambil sabun, membersihkan sisa sisa persetubuhan mereka, dan menginginkan segala memori yan telah terjadi itu dihapus dibenaknya.

****

Devina tak berani untuk keluar kamar, selangkangannya masih sakit dan ia akan terlihat konyol ketika berjalan turun melalui tangga. Pikirannya pun masih kalut, ia benar-benar bingung harus melakukan apa. Apa yang harus ia katakan kepada kakaknya? ia tidak akan mungkin mengatakan ini semua. ia merasa sangat bersalah. 

Lalu apa yang akan ia jawab jika kakaknya bertanya tentang jalan konyolnya ini?  Apakah dia pindah saja? Dia tak pandai berbohong, ia takut akan kalang kabut dan mengatakan semua hal ini kepada kakaknya. Tidak akan, itu akan membuat pernikahan baru mereka berantakan. 

Knock knock

Devina kaget mendengar suara pintunya. "ya?" sahutnya ringan

"ini aku Angga, kamu dari tadi belom makan jadi aku kepikiran buat bikinin kamu makanan. Aku masuk boleh?"  Devina diam, jantungnya berdegup kencang, ia tak ingin bertemu kakak iparnya. Ia harus merespons dia dengan cara apa? seperti apa ia harus berekspresi? apakah ia sembunyi saja?

Tiba-tiba pintu terbuka, terlihat ekspresi khawatir Angga. Setelah melihat Devina duduk diatas kasur nya dengan ekspresi  kaget dan tampang takutnya Angga menghela nafas dan berkata "Dev? kamu gapapa kan?" 

Devina diam, Angga yang melihat itu tersenyum samar lalu berjalan medekatinya. "Aku minta maaf, tapi kamu harus makan." lanjut Angga setelah menaruh mangkok berisi mie di nakas samping tempat tidur Devina, lalu duduk dikursi didekatnya.

Devina masih terdiam, ia tidak tau harus menjawab apa. Semua hal yang telah ia lakukan adalah tindakan bodoh dan tak dewasa, ia terhanyut oleh perasaan sementara. Harusnya aku tak melakukan itu, pikirnya. Tiba-tiba saja ia menitikkan air mata. 

Angga yang melihat itu terdiam, ia sama sekali tidak berpikir sejauh ini. Tidak sama sekali ia  berpikir bahwa hal ini akan menyakiti Devina. Angga pikir karena Devina setuju, masalah selesai, namun ternyata ia sekarang menangis dan tak berbicara padanya.

Hidden Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang