dengan senja.

16 2 0
                                    

Langit mulai berubah warna. Dari biru muda menjadi orange pink yang tak segan menghanyutkan pikiran. Tak seberapa sering aku melihat senja, tak seberapa sering juga aku menyukai senja, tapi kali ini berbeda. Seakan senja ini menjadi saksi bisu kisah cintaku.

Angin kota bali merampas segenap jiwa, membawanya pergi entah kemana. Laut pantai yang terombang-ambing. Dan juga pasir pantai yang berhembus masuk melewati curah mata.

Tetapi tujuanku sebenarnya bukan menikmati indahnya senja di pantai ini. Tapi, memutuskan suatu kebimbangan yang berat bagi ku untuk diputuskan.

Disini aku tak sendiri, aku bersamanya, iya, dia. Panggil saja ia bumi.

"Bulan, apa kamu tau, apa yang lebih indah dari langit sore ini?" tanya bumi.

"Apa?" tanyaku kembali.

"Kamu." Balasnya.

"Kenapa aku?"

"Karena, kamu selalu hadir dengan indah di hidup ku. Senja itu hanya sekedar ada di langit, senja selalu datang dan pergi meninggalkan lagit, sedangkan kamu, kamu itu untuk aku, engga akan pernah ninggalin aku, iya kan?" jelasnya.

Tuhan, aku tak ingin merusak momen indah ini, boleh aku lebih lama untuk memilikinya? Aku butuh pelukan hangatnya disaat aku sedang terpuruk, aku butuh pendapat dewasanya untuk meruntuhkan segala ego ku, dan aku butuh dirinya untuk selalu menopang ku ketika aku jatuh.

"Bulan? Kenapa diam?" Tanyanya.

Sungguh, lidahku kelu untuk berbicara, jika ini yang terakhir, apa boleh aku meminta waktu untuk berhenti? Setidaknya aku masih ingin menikmati waktu bersamanya.

"Bumi, apa bumi tau, bulan itu ngga selamanya bisa menemani bumi? Bulan ngga bisa selamanya menjadikan bumi sebagai pusat atensinya. Lambat laun bulan akan pergi meninggalkan bumi jika semesta meminta." Dadaku sesak menjelaskan ini, aku menahan tangis sekuat mungkin.

"Kenapa begitu? Bulan itu punya bumi. Dan bumi sebisa mungkin ngga bakal biarkan bulannya pergi."

"Jika semesta inginnya kita seperti itu bagaimana? Bumi? Apa bumi sadar kita berbeda?" tanyaku.

hening.

"Kita berbeda bumi. Sekuat apapun kita menjalaninya, sebisa apapun kita menyelesaikan, jika semesta menginginkan bumi dan bulan berpisah, siapa yang akan mengelak? Dari awal kita memang salah, menjalankan hubungan yang sudah tau kedepannya tidak akan baik baik saja."

"Aku mohon kali ini bumi. Kita saling sama sama mengerti. Kita harus memilih pencipta dari pada yang diciptakan. Aku yakin, seiring berjalannya waktu kita pasti bisa saling melupakan perasaan kita masing masing."

"Jika itu yang bulan mau, bumi akan coba lakukan. Tapi, bulan tetaplah hadir di setiap kegelapan bumi. Jika tidak bumi akan hancur sehancur- hancurnya."

Kali ini pertahanan ku runtuh, aku menangis di pelukan bumi. Biarkan waktu berhenti sebentar saja tuhan. Aku ingin seperti ini, berada dipelukan bumi.

Bumi ingin bulan hadir di setiap kegelapannya. Begitu juga bulan ingin selalu menjadikan bumi sebagai pusat atensinya. Tetapi sudah hukum alam jika bulan akan meninggalkan bumi.







End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bumi, Bulan Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang