Bittersweet Goodbye (3)

331 39 11
                                    

"I want to live life and be good to you."
-Coldplay, We Never Change-

Seseorang pernah berkata padaku bahwa untuk dicintai tidak perlu menjadi istimewa, karena seseorang yang mencintai kita apa adanya akan membuat kita selalu merasa istimewa.

Sejak kecil aku tidak pernah tahu siapa ayahku, mendiang ibuku tidak pernah mau membahas hal tersebut. Meskipun begitu kami berdua hidup bahagia. Ibuku wanita cerdas, berasal dari keluarga yang kaya dan terpandang, dia sangat cantik dan sangat menyayangiku.

Hingga kehidupan kami berubah setelah ibuku menikah dengan seorang lelaki yang kini menjadi ayah tiriku. Pada awalnya ia sangat menyayangiku, tapi tak lama kemudian aku mulai tahu bahwa dia tidak lebih dari pria tamak yang ingin menguasai seluruh harta ibuku.

Ketika ibuku mulai menyadari bahwa ia telah menikahi pria jahat, ia menuliskan di surat wasiatnya bahwa semua aset yang ibuku miliki agar diwariskan kepada diriku.

Tak lama setelah itu terjadi pertengkaran hebat di rumah antara ibuku dan ayah tiriku. Keesokan harinya aku mendapatkan kabar bahwa ibuku mengalami kecelakaan.

Well, aku tidak bisa berhenti mencurigai ayah tiriku sampai saat ini. Bagaimanapun ia adalah orang terakhir yang ibuku temui sebelum dia pergi dari rumah.

Aku mengerjapkan mataku berusaha mengubur memori pahit itu. Hingga seorang pelayan menyebutkan nomer antrean yang ada pada struk belanjaku.

Aku menghampiri pelayan tersebut, ia memberikan dua bungkus kopi hangat kepadaku.

"Satu ice americano dan moccacino."

Aku mengangguk sambil tersenyum, "Terima kasih," lirihku lalu berbalik menuju pintu keluar.

Aku melangkah menghampiri Ezra yang sedang duduk menungguku.

Kami baru saja membeli hiasan pohon natal karena Ezra lupa di mana menyimpan hiasan pohon natal tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami baru saja membeli hiasan pohon natal karena Ezra lupa di mana menyimpan hiasan pohon natal tahun lalu. Ia sebenarnya melarang aku untuk ikut, namun aku memaksa.

Aku memberikan es americano kepada Ezra, lalu duduk di sebelahnya.

Ezra beranjak berdiri dan dengan cepat aku menahan lengannya untuk duduk kembali.

"Duduk dulu di sini, kaki aku capek."

Ezra menghela napas, akhirnya dengan terpaksa ia kembali duduk.

Aku menyedot moccacino sambil tersenyum memperhatikan Ezra yang sedang menurunkan maskernya hingga dagu membuat wajah tampannya yang dingin kini terlihat lebih jelas. Ia menyedot es americanonya.

Bittersweet Goodbye✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang