Bittersweet Goodbye (2)

418 43 4
                                    

"There's a feeling that i can't explain. So just feel it until we realize what is it."

Desember, 2019

Suara pintu terbuka lalu tertutup mengalihkan perhatian Ezra yang sedang memasang pohon natal di sudut ruang tamunya. Ia menoleh menatap seseorang yang baru saja datang membawa kantong kresek berwarna hitam yang bisa Ezra tebak isi dari kantong kresek tersebut.

"Ayo makan!" Ujar Yesika dengan semangat, ia meletakkan makanannya di atas meja ruang tamu.

Ezra mengernyitkan hidungnya kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Gila, panas banget di luar. Aku sampe nggak kuat. It has been december, harusnya udah musim ujan. Tapi cuacanya malah sepanas ini." Yesika melepaskan jaket yang ia kenakan lalu duduk di sofa menyenderkan tubuhnya.

"Dari pada ngedumel, mending bantuin pasang ini," ujar Ezra yang masih sibuk dengan pohon natalnya tanpa menatap Yesika.

"Males, mending makan dulu." Yesika beranjak menuju dapur, ia kembali setelah mengambil dua piring dan dua sendok serta garpu.

Ia meletakkan peralatan makan di atas meja ruang tamu lalu membuka bungkus makanan yang aromanya langsung menguar di ruangan tersebut. Yesika meletakkan makanan itu di piring miliknya dan milik Ezra.

Terdengar hembusan panjang napas Ezra. Akhirnya pohon natal miliknya bisa berdiri dan tinggal dipasangi hiasan saja. Ezra melangkah menghampiri Yesika yang duduk diatas karpet menghadap meja ruang tamunya.

Ezra mengambil makanan miliknya lalu langsung menyantapnya.

"Tau nggak, tadi aku ketemu ibu-ibu, aku kayak familiar gitu sama mukanya."

"You have to be careful," ujar Ezra sambil menikmati makanannya.

Yesika mengangguk. "However, cepat atau lambat aku harus nunjukin diri aku. Aku nggak bisa terus menerus sembunyi di sini dan keluar dengan penyamaran."

Ezra melirik Yesika sekilas, kemudian kembali menyuap makanannya.

"I have to find a job."

"What job?"

"Whatever."

Ezra mendengus pelan. "Kamu bahkan masih takut buat ngadepin ayah kamu dan orang-orangnya."

Dahi Yesika mengerut, bibirnya sedikit mengerucut. "Itu hanya soal waktu."

"It has been two years, Yesika."

"Aku tahu. Makanya aku harus kerja. Aku nggak bisa survive dengan uang ibu aku yang terus menipis tiap harinya."

Ezra terkekeh, ia berusaha menahan bibirnya agar tidak tertawa.

"Kenapa? Lucu?"

Ezra menggeleng pelan. "Ucapan kamu itu berbanding terbalik sama apa yang kamu lakuin. Kamu bahkan sering belanja online, beli makanan di luar, padahal kamu sadar kalo uang kamu makin menipis," ujar Ezra sambil tersenyum geli. "Oh satu lagi, kamu belum bayar uang sewa bulan lalu. Plus, bulan ini hampir jatuh tempo." Lalu Ezra beranjak berdiri dan membawa piringnya yang sudah kosong menuju dapur.

Bittersweet Goodbye✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang