Keesokanya setelah pembicaraan yang tidak ada kesimpulan itu, Amir langsung menemui Revi berharap ia bisa tau apakah Revi juga mencintainya. Tapi orang yang dicari Amir tidak ada di rumah Amir hanya mengobrol dengan orang tua Revi.
"Apakah Revi tak tau kalau aku sudah pulang?" Dalam hati ia berkata demikian "Atau ia sengaja menghindariku dan apakah yang di katakan nenek kemarin ada juga benarnya "kau tidak akan mendapatkan sesuatu kalau kau terlalu menginginkanya" Ahh, entah lah.
Tapi tiba-tiba orang yang dibicarakan muncul didepan Amir. Senyap, tak ada kata-kata yang keluar hanya kedua kelopak mata Amir yang mulai berkaca-kaca.
"Amir, kau kah itu?"kata Revi.
Amir hanya tersenyum dan kristal bening mulai berjatuhan dimatanya.
"Kenapa kau pergi Mir?" kata Revi sambil menangis, kau tau Ia mudah sekali menangis. Jadi masalah seperti ini membuatnya mudah meneteskan Air matanya.
"Aku tak pergi Rev kau tau ada banyak hal yang yang ingin aku ceritakan padamu Rev".
Ia tak memperdulikan kata-kataku barusan, ia hanya pergi meninggalkanku.
"SAYA AMIRUL MU'MININ MENCINTAI REVI ARISKA ANINDITA". sambil berteriak.
"Apa yang kau katakan?"sambil menoleh kebelakang.
"Apa kau pernah mencintaiku Rev, Apa kau pernah punya perasaan cinta kepadaku. Apakah aku punya kesempatan Rev?"tanya Amir.
Sekarang Amir hanya terduduk memandangi Revi.
"Aku yang mencintaimu saat kau masih berkepang dua, saat masa kecilku. Tolong jawab Rev!"Apakah aku masih punya kesempatan?".Revi mulai meneteskan Air matanya dan berkata.
"Aku juga mencintaimu Amir".
Aku tersenyum sambil meneteskan Air mata. Sekarang aku tau kesempatan itu sejatinya adalah keberanian. Kesempatan akan muncul saat kita punya keberanian.
Keberanian Akan Membuka Banyak Jalan...
TAMAT