Bagian II:Siapakah Sosok Itu?

29 5 0
                                    

"Mir Cepetan nanti terlambat!"kata seorang gadis.

"Iya, duh sabar kenapa sih! ".

"Ye dasar siput lambat!".

"Mending siput, dari pada kamu mak lampir yang kagak sabaran!"Jawab Amir.

"Apa katamu? "Sambil melotot.

"Eh engak-engak! "Kata Amir sambil cengengesan.

Waktu itu adalah waktu ketika sebelum kejadian bom di Pekalongan dan masa-masa ketika Amir belum tau tentang perasaanya kepada sosok itu.

Bagi Amir Sosok Itu adalah bukan hanya teman tapi lebih dari itu. Ia bagaikan saudara baginya. Tapi entah apa yang dirasakan oleh Sosok Itu.

"Duh, mana sih si Lutfi lama! "kata gadis itu.

"Ye aneh kamu mah ini kan masih jam 06.00 Wib paling juga masih tidur itu anak. "Kata Amir.

Tiba-tiba Lutfi datang bersama dengan teman -teman yang lain. Adib, Dikki dan Aghits. Tak lupa mereka menyapa Amir.

"Mir, "kata salah satu dari mereka.

"Eh itu mereka"kata Amir.

"Mumpung libur dan masih pagi enaknya kita kemana Mir? "Kata Dikki.

"Kita ke pasar aja Kuy nonton acara disana"Aghits menimpali.

"Ok, boleh juga tuh!"mereka semua sepakat.

Aghitsni Lilkamali Fikri, salah satu teman Amir. Biasa di panggil Aghits oleh Amir. M Rif'an Adib dan Dikki Rahman mereka salah satu teman sekelas Amir dan yang lainya.
Ada yang unik dari pertemanan mereka karena kebetulan rumah mereka semua hanya sepelemparan batu dari rumah Amir. Itulah kenapa mereka semua begitu akrab dengan Amir karena mereka semua sudah berteman sejak masih kecil.
Disini aku tidak perlu menceritakan bagian bagaimana kejadian kecelakaan waktu itu karena itu sangat menyakitkan.
"Mir kamu kenapa sih suka sekali melamun?"kata Adib

"Iya nih Amir, apa mungkin Amir punya hobi baru melamun"kata gadis itu sambil cengengesan.

"Ati-ati Mir nanti bisa kesambet tau rasa kamu Mir"kata Dikki kali ini ia tak bergurau.

Saat Amir sedang melamun tiba-tiba bajunya dimasukkan Es batu dibagian belakang sontak Amir kaget dan membuat basah membuat basah baju Amir. Teman-teman Amir malah menertawakan kejadian itu.

"Dasar mak lampir suka ya lihat orang lagi susah jahil banget dah tangan kamu"kata Amir.

"Makanya jangan suka melamun"kata sang gadis.

Inilah yang menjadi muasal cerita ini aku tidak tahu detailnya yang pasti setelah gadis itu memberikan Es batu dibajuku tiba-tiba wajahnya pucat dan hidungnya keluar darah/Mimisan seketika aku berteriak dan segera meminta tolong.

Aku yang dibantu warga disekitar segera membawa gadis itu ke puskesmas untung saja puskesmas itu tak jauh dari kami.

"Rev kamu kenapa Rev, dan hidungmu keluar darah?"Kataku sambil gemetar memegangi tubuhnya yang hampir jatuh.

Aku segera meminta Lutfi dan Dikki untuk segera pulang dan memberitahukan keadaan Revi.

"Lutfi dan Dikki segera pulang ke rumah kabari orang tua Revi bilang dia sakit dan sedang di puskesmas."

Mereka berdua langsung pulang untungnya ada warga yang baik yang mau menolong kami Namanya pak Ahmad beliau langsung mengantar mereka berdua pulang. Sedangkan Amir dan yang lainya lagi tetap tinggal dan menunggu informasi keadaan Revi.

Dalam keadaan seperti ini terkadang yang terburuklah yang terjadi.

"Ya Tuhan, singkirkanlah pikiran buruk ini".

                         * * * *
"Pak Buk, Revi sakit dan dia sedang berada di puskesmas."kata Dikki.

"Iya bener tadi hidungnya mimisan dan wajahnya pucat. "kata Lutfi menimpali.

"Sekarang Revi dengan siapa disana?".kata orang tua Revi.

"Dia sekarang bersama Amir dan beberapa warga yang menolong". kata Dikki.

"Ya sudah ayo pak kita segera kesana pak"kata Ibu Revi.

                      * * * *
Sesampainya di Puskesmas Ibu Revi langsung datang bilang terimakasih Ayahnya mengobrol dengan para warga yang menolong Revi tadi setelah tersenyum padaku.

Tak lama Dokter yang memeriksa Revi keluar.

"Bagaimana keadaan anak saya?" Ayah Revi bertanya.

"Alhamdulillah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan kebetulan anak Bapak kelelahan dan nanti sore ia boleh pulang"kata sang Dokter.

"Terimakasih Tuhan Engkau selalu baik pada hambamu, selalu"kata Amir dalam hati.

Ya, Nama Sosok Itu adalah Revi Ariska Anindita salah satu teman sekaligus saudara bagi Amir. Orang tua Revi begitu baik kepada Amir itulah mengapa Amir selalu senang saat bermain bersama Revi.

Bagiku tak ada waktu yang indah ketika masa kanak-kanak ku di Pekalongan bersama Revi, tapi aku tidak tau apakah aku punya kesempatan?.

Sebenarnya apa arti dari Perasaan Ini?.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang