"Oh Gosh! my lovely Caroline!" Ucapan kaget dari gadis bersurai pirang dengan gaya rambut yang dikepang dua.
Siapa yang tak kaget dengan kedatangan sosok perempuan dengan wajah yang sedikit.. Bisakah ia berkata, bahwa sahabatnya ini sangat mengenaskan. Dalam artian, Lana awut-awutan dengan keadaannya. Make-upnya yang sudah hancur dan berantakan, yang semula sangat cantik diparas indahnya. Eyeliner itu sudah hancur dengan air matanya, menyatu dan menjadikan mata dari perempuan itu begitu hitam yang sangat menyedihkan.
Ditariknya Lana untuk memasuki apartment miliknya. Dituntun tangan kepunyaan sang sahabat, yang Terreshiya rasa sangat bergetar hebat. Terreshiya tidak tahu apa yang terjadi, tapi tebakannya mengarah kepada sosok lelaki yang sudah menjalin kasih asmara bersama sahabatnya itu lebih dari satu tahun pas belakangan ini.
Terreshiya tidak asal main tebak sebenarnya, tapi firasatnya mengarah kesana karena tadi Lana memberitahu kepada dirinya via chat, bahwa sang kekasih dari sahabat mengabari untuk bertemu. Terlihat begitu semangat Lana mengetahui hal itu. Karena rasa rindu yang membendung di dalam dirinya itu.
Terreshiya memeluk Lana erat, menyalurkan rasa sayang kepada sahabat yang sudah menemani dirinya dikala sedih maupun bahagia. Terreshiya ingin memposisikan itu juga kepada Lana, yang setiap saat ada dalam sisinya.
Lana terisak kencang, isakan yang sedari tadi ia tahan sekarang ia salurkan. Emosinya begitu tercurahkan, begitu menyesakkan. Terreshiya mendengarnya dengan nafas yang tersengat, terdengar pilu tangis dari gadis berponi tersebut.
Diusap penuh lembut punggung milik Lana, yang dibalas dengan sebuah remasan disisi hoodie hitam yang dipakai Terreshiya.
"Just let the tears out, let out the emotions that are there. I'm always in here for you Lana." Katanya dengan lembut, mencoba menyeimbangi dengan keadaan Lana. Ingin rasanya menanyakan apa yang terjadi kepada Lana malam hari ini. Tapi Terreshiya ingin memberikan Lana ruang sendirinya, biarkan saja Lana yang menceritakan tanpa merasa diintimidasi oleh dirinya.
"This really hurts, it's really hurts.." Ungkapnya dengan isak tangis yang masih mengiringi dalam sedihnya.
Terreshiya menganggukkan kepalanya. Beralih mengusap rambut cokelat kepunyaan sahabatnya itu.
"Ungkapin aja Lana, nangis aja. Aku dengerin ya?" Ucapnya lirih.
Lana mengangguk akan ucapan dari Terreshiya. Harusnya Lana sadar dari awal, bahwa Terreshiya lah yang selalu ada, bukan hanya javas. Terreshiya yang menemaninya lebih lama dibandingkan Javas yang hanya terikat dengan dirinya selama setahun terkahir ini. Tapi mengapa rasanya berat untuk ikhlas, berat juga rasanya untuk mencoba merelakan.
Karena Javas adalah partner yang tidak bisa Lana sampaikan kepada Terreshiya, Javas bisa begitu mudah memahami serta bisa membuat moodnya kembali sempurna dengan hal tingkah konyol yang diperbuat oleh lelaki itu. Bukan berarti Terreshiya tak begitu, namun rasanya beda antara kepada sahabat dan kekasih.
Terreshiya adalah sahabatnya, tapi Javas adalah separuh rumahnya.
"Gue putus sama Javas." Ungkap Lana lirih, tangannya terkepal kuat di hoodie hitam milik Terreshiya. Yang mendengarkan terkejut bukan main, meskipun dirinya tau hal apa yang terjadi antara dua sejoli itu, tapi dia tak pernah menyangka mereka mengakhiri hubungan mereka ini.
"Boleh aku tau alasannya?" Tanya Terreshiya dengan hati-hati. Lana mengangguk, lalu melepaskan pelukannya dari Terreshiya.
Tangannya menyatu, menggenggam satu sama lain, ditatap nanar mata itu. Air matanya kembali datang, sudah membendung di kelopak matanya.
Jemari ini biasanya menggenggam jemari Javas dengan erat, euforia yang didapati waktu lalu sangat memabukkan, membuat Lana tak mau melepaskan genggaman itu. Rasanya aman dan nyaman, seperti kembali kepada tuan kepemilikan didalam rumah.
Tapi kali ini, they let go of the grip.
"Ternyata, kenyataannya gue sama dia sudah gak bisa melangkah lebih maju lagi Re. I have my own world, and so does he. It turns out our world is different, and it doesn't match. Tadi gue terlalu menyalahkan Javas, kalau sekiranya sama-sama egois kenapa gak Javas ngalah aja? Ya buat pertahankan hubungan kita? Tapi setelah dipikir-pikir gue gak kalah egois juga, malah gue yang terlalu se-egois itu untuk Javas, sampai rela ya bilang gitu ke Javas kenapa gak dia aja yang ngalah?"
Lana mengatur nafasnya yang sedari tadi tersenggal, dia tersenyum miris.
A smile of pain, pain, and a deep feeling of sadness.
"Dan lagi-lagi ditampar terus realitanya, kalau gue sama Javas gak pernah menemukan jalan terbaik di antara kita, sampai akhiri hubungan jalan pintas terbaiknya. Jalan tengahnya dicari terus ternyata berujung bertengkar sampai muak terus, berakhirnya baik sih emang. Tapi kalau terulang lagi jadi toxic ya? Dan itu cape banget." Ujarnya diseling tawa, with heavy feelings in she heart.
Terreshiya menarik Lana dalam pelukannya lagi, mendekap gadis tersebut dengan penuh perasaan. Rasanya sesak mendengarnya, padahal dia tak mengalaminya dan hanya mendengar sekilas. Apalagi Lana yang merasakan semua hal tersebut, rasa yang begitu penuh dengan kebahagiaan berakhir semu dengan rasa sesak atas kepedihan dan rasa sakit yang mendalam.
Someone who was considered valuable, left in she life.
Tapi Terreshiya berharap kepada semesta, untuk selalu berikan kebahagiaan teramat penuh untuk Lana, gadis dalam dekapannya. Semoga hal sedih yang dirasakannya, terganti oleh rasa yang tak akan disangka, rasa bahagianya yang tak bisa dibendung lagi.
Tapi kalau bisa, put it back together Lana and Javas in a tighter grip, where everyone is reluctant to separate them again.
Karena mau Lana atau Javas sudah terikat satu sama lain, dengan menganggap rumah.
Looking back at Lana's have beautiful story, from the beginning of their acquaintance they even made a promise with him.
"It turns out our story can only last 365 days." Lana mengucap dengan lirih, melepas pelan pelukan dari Terreshiya.
Lana dengan tersenyum berkata, "The flashback story is really beautiful."
Karena cerita diantara mereka yang usai, tak akan pernah selesai dalam memori Lana.
'How our story began, when we were introduced unexpectedly, it was you who started it.'
Menandakan kisah antara mereka dimulai, disaat ingatan itu kembali datang dalam sekelebat masa lalu yabg dirasa begitu banyak perasaan menyatu.
Lana merogoh saku celana jeans-nya, memperlihatkan segala kenangan manis di dalam benda pipih tersebut. Menekan salah satu aplikasi.
Dimana, permulaan atas pertemuan itu dimulai.
Back to the problem, flashback of story between Lana and Javas.
Memories of our story 01.
Title: Beginning of meeting______
OMG! finally i'm back, semoga konsisten biar cepat tamat yaa!
Flashback cerita antara Lana dan Javas siap diceritakan, are you ready?
Siap-siap manisnya Javas dan Lana gimana :(
Salam manis hari ini, Zhe.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANA
Short StoryShe loves J side no matter what, because J is everything. [MDS 1]