Jrengggggggg
Dan disusul irama gitar yang lainnya. Melantun menjadi sebuah lagu milik sheila on 7 yang berjudul 'Dan'
Grup band legendaris kesayangan Girar.
Petikan demi petikan terdengar merdu dan menyatu bersama suara serak basah milik Girar.
Dan...
Perlahan kau pun
Lupakan aku
Mimpi burukmu
Petikan gitar berhenti setelah suara Girar mencicit tidak dapat meneruskan liriknya.
Huekkkkk~~~~"
Suara mual Girar menjauh masuk kedalam toilet. Meninggalkan Oca sendiri didalam kamar apartemen Girar.
"Gi, lo mual-mual mulu kenapa si?!" ketus Oca dari luar toilet.
Sedangkan Girar tidak dapat fokus terhadap apapun. Selain gejolak dari dalam perutnya yang meminta dimuntahkan semua.
Cairan bening terasa sangat pait saat melewati tenggorokan Girar.Namun kalimat dari Oca selanjutnya dapat mengalihkan fokusnya dan membolak-balikkan dunianya hingga menambah rasa mual diperutnya.
"lo? Hamil, Gi?" Oca seperti berusaha mencari kalimat yang tepat.
Girar tidak menjawab. Namun membuka pintu toilat memunculkan wajah pucatnya. Lalu menubrukkan badannya kepada Oca.
"ma-ma-afin gu-gue ya, Ca." ucapnya terbata disela tangisnya.
Oca bingung harus bagaimana.
Dia memilih bungkam dan merangkul punggung sahabatnya yang sepertinya tengah dirundung masalah serius.Setelah tangis Girar reda. Oca membiarkannya memulai cerita.
Dua garis merah samar-samar muncul di benda yang Girar pikir mirip termometer tersebut. Benda yang membuat Girar harus extra was-was saat membelinya di apotek.
Darah diwajah Girar seperti terkuras habis. Menyisakan wajah cantik yang pucat pasi.
Dengan gemetar Girar mencoba menghubungi seseorang yang harus tahu perihal ini pertama kali.
"ya halo, ra?" sapa disebrang dengan lembut.
Air mata Girar sudah tidak dapat dibendung. Mengalir dengan derasnya menjadikannya terlihat menyedihkan.
"ra? Are you okey?" suara disana kentara khawatir karena Girar tidak menjawab. Namun malah terdengar isak tangisnya.
"A-ak-aku ha.. Mill..." jawab Girar susah payah dan mengecil diujung kalimatnya.
"hah?!" sama terkejutnya suara disebrang. Disisi ini Girar tangisnya semakin jadi.
"Tri, kamu-----
Tutt tuttt tuttt
Sambungan panggilan terputus dari pihak lelaki yang dipanggil Tri oleh Girar.
Girar pikir ini akhirnya.
Mempertahankan bayi ini sendirian
Atau
Menyingkirkan bayi ini demi masa depan.
"brengsek! Tri bajingan! Gi, gue-----
Oca tidak melanjutkan kata-katanya. Dia kehabisan energi. Tidak tahu lagi harus bagaimana dalam melampiaskan emosinya.
"ca, pliss dukung gue. Gue ga butuh apa-apa. Gue cuman butuh dukungan."
Wajah oca mulai melunak.
"gue bakalan selalu ada buat lo, Gi." kata oca sambil mengelus pundak Girar yang sedikit gemetar.
"jadi keputusan lo?" tanya oca hati-hati.
"gue bakalan ke klinik besok."
Keputusan Girar sudah final.
Sangat sulit menjadi single parent. Dunia terlalu kejam. Girar akan segera menggapai mimpi. Berusaha melupakan semua yang terlanjur dilalui.Mengenal Tri bukan kesalahan. Menjalin hubungan dengan Tri bukan kesalahan. Namun pernah terperangkap satu malam bersama Tri adalah kefatalan. Yang menuntunnya menuju nikmat sesaat. Lalu menjerumuskannya pada lubang sesat.
Tri adalah bagian masalalu fatal yang Girar kubur bersama janin yang harus segera gugur diusia 8 minggu ini.
Bayi yang bahkan tidak diharapkan oleh bapaknya yang pecundang dan tidak bertanggung jawab.
Girar bersyukur sudah mengakhiri segalanya bersama Tri.
Lelaki jangkung berhidung mancung yang dulu mendekati Girar semasa ospek. Berlanjut menjalin ikatan pacaran. Dan berakhir di malam penuh kenikmatan juga kesesatan.
Namun Girar akan sangat menyesal. Jika saja beberapa tahun lalu dia berhasil meluruhkan sesuatu dirahimnya. Sudah pasti dia tidak akan sesempurna ini hidupnya. Hidup di antara kebanggaan dan harapan keluarga Tri yang takut tidak memiliki generasi penerus.
Sisi jahat Girar tersenyum. Mendapati kabar jika ternyata mantan kekasih brengseknya yang hobi minum itu mengidap impoten dan divonis mandul.
Yang artinya Tri tidak dapat memiliki keturunan. Sedangkan harapan keluarga Tri hanya pada Tri yang notabennya anak tunggal.
"jadi Tri impoten ma?" tanya Girar hati-hati.
"iya, Gi. Mama pikir ini balasannya. Menyia-nyiakan kamu yang saat itu mengandung Gitra."
Wanita paruh baya ibu dari seorang Tri ini memandangnya sedu.
Girar membalas tersenyum.
Pikirannya melayang pada kenangan saat bidan mengatakan kandungannya kuat dan sehat. Dia sudah 3 kali meminum obat peluruh. 2 kali ke dukun penggugur. Tapi rasanya bayinya sangat kuat memeluk erat enggan pergi meninggalkan ibunya
Dia memutuskan mempertahankannya. Namun sisi lain Girar juga takut jika dia tumbuh tidak normal.
Dan beruntungnya setelah melewati hari-hari sulit. Menjalani kuliah dengan perut buncit. Menyanyi dicafe satu ke cafe yang lain.
Girar melahirkan bayi cantik yang sehat dan lengkap. Bayi normal yang tidak terbayangkan kehadirannya untuk saat ini.
"mama tidak memaksa kamu kembali pada Tri. Tapi kembali lah ke kami. Menjadi bagian dari keluarga kami. Meskipun tidak bersama Tri."
Mama Tri memohon pada Girar bahkan hendak berlutut. Namun dengan cepat Girar mencegah.
"Girar mau kok ma."
Girar tidak munafik. Harta juga penting. Membesarkan Gitra sendiri itu tidak mustahil. Namun Girar ingin gadis satu tahunnya berkecukupan. Dan menghidupi dirinya sendiri saja Girar harus pandai mengikat usus. Lalu ditambah gadis kecil itu. Apa bisa?
Tentu menerima menjadi bagian keluarga Mahatma adalah pilihannya. Bukan kembali kepada Tri. Karena secuilpun cinta untuk seorang Tri Mahatma itu sudah tidak ada.
Hanya supaya nama gadis kecilnya ada marga terpandang dari keluarga ayahnya.
Gitra Mahatma.