"Hah? Kok?? Jadi.." Bryan membulatkan matanya, masih heran.
"Dann... ini di mana? Mama? Papa? Kok aku ada di sini?" pertanyaan-pertanyaan aneh itu keluar begitu saja dari mulutnya, dia melihat ke sekitar.
"Tunggu! Kau hanya bercanda kan?"
"Hah? Aku serius" jawab Emilia sembari melihatin jari-jari besi tangan kanannya itu, lalu digerakkinnya.
"Argghh.. bakal sulit.. yang pertama.."
Emilia hanya mendengar pembicaraan cowok yang sama sekali bikin tanda tanya di kepalanya dan masih mainin jarinya itu.
"Hey! Maukah kau menjadi temanku?"
"Hah? Ah eh.. eemm.. iittuuu... kau bohong, kan? Kkau serius? Semua orang gak mau berteman denganku karena aku punya tangan besi aneh, dan... menyeramkan" Emilia pun menunduk sedih, di pikirannya mungkin cowok itu hanya mau mempermainkannya.
"Kau tahu? Aku bukan cowok yang memandang fisik maupun karakter.. dan bukan cowok pilih-pilih.. mungkin haha.. ya.. intinya aku mau berteman denganmu, Emilia"
"Ya.. tentu.. makasihh.." baru kali ini dia mendengar ajakan dari seorang cowok yang mau mengajaknya berteman, sebelumnya 'never'.
"Hem... apa jangan-jangan.. kau.. amnesia?"
"Hah?" Emilia tak mengerti akan perkataan Bryan barusan.
"Kau.. lupa ingatan.. coba ingat-ingat! Ini bulan berapa?" tanya Bryan.
"Hemm.. bulan Mei?"
Bryan yang dengar itu menepuk pelan dahinya, lalu menghela nafasnya.
"Sekarang bulan September, kau benar-benar hilang ingatan, coba sebutin apa aja yang kamu ingat!"
"Yang terakhir kali... 3 hari sebelum orang tuaku pergi ke China, papa mau menjadi bos-"
"Bukannya di China ada pemberontakan oleh mafia Jepang? Hampir semua perusahaan hancur dan banyak menguras korban jiwa" celoteh Bryan yang tadinya memotong pembicaraan Emilia.
"Aku?? Hilang ingatan?" tanya Emilia sembari menunjuk dirinya sendiri.
Beberapa detik kemudian, muncul ide aneh di kepala Bryan. Dia loncat-loncat gak jelas lalu memeluk Emilia. Sontak Emilia kaget dan hanya membiarkan cowok itu memeluknya.
"Tinggalah bersamaku! Maka itu kau tak perlu tinggal bersama keluarga Smith lagi, kau kan hilang ingatan," bisiknya di dekat telinga Emilia, sampe membuat Emilia kaget.
"Aku gak ngerti!!!" bentaknya dan akhirnya dia mendorong tubuh Bryan.
"Untuk hari ini, kita bolos dulu" Bryan yang pikirannya udah ke mana-mana itu langsung lempar senyumnya ke Emilia lalu menggendongnya dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Bryannn!!!!" seru Alice yang tiba-tiba datang sambil memeluk tangan kanan Bryan. "Antar aku ya! Kita pergi bareng" Alice pun melepas tangan Bryan dan membuka pintu, dia kaget karena melihat Emilia yang sudah duduk di samping bangku penyetir.
"Alice.. sebaiknya kau pergi sendiri saja.." cegah Bryan panik, takut Alice marah. "Yah terlambat, dia akan bacot-bacotan" lirih Bryan kesal.
"KOK??!!! KOK ADA EMILIA DI SINI? BUKANNYA KAU?? SEHARUSNYA KAU PERGI DAN MENJAUH DARI BRYAN! DAN INGAT!! JANGAN MENGANGGAP BEBAS WALAU KAU UDAH DIUSIR OLEH KELUARGAKU! KAU ITU HANYA ANAK YATIM PIATU YANG GAK BERGUNA DAN MENJIJIKKAN" teriaknya, dia memegang pintu yang sudah terbuka. Amarahnya sudah memuncak, karena gak bisa ditahan dia langsung mengambil ancang-ancang mau menampar Emilia.
"Hentikan! Dia.. sangat imut daripada.. kau" Bryan langsung memegang tangan kanan Alice yang berusaha mau menampar Emilia. "Aku juga, tertarik dan suka padanya"
"Gakk... mungkinn" ucap Alice tak percaya, karena kesal dia melepas genggaman tangan Bryan lalu pergi menjauh. Sementara itu, Bryan memasukkan barang-barang Emilia ke dalam mobil, mengabaikan Alice yang sangat gak berguna baginya.
...
"Kita.. mau ke mana?"
"Ke apartemenku, aku tinggal di sana bersama Suzanne, tingkahnya agak barbar dan ngeselin, jadi maafkan saja" jawab Bryan seraya menyetir.
"Aku lupa hingatan ya? Amnesia... aku benar-benar gak ingatt.. aku sudah kuliah, ya?"
"Yaiyalah, dann.. jangan pernah dengerin apa kata orang. Selama ini aku ingin mendekatimu, sejak aku menabrakmu, tapi.. gegara gosipan yang membuatku sulit dekatin.. Arghh.. intinyaa.. AKU RELA HARGA DIRIKU HILANG, demi Lia" kata-kata yang sangat menyentuh itu terdengar enak di telinga Emilia, dia merasa terharu dan tersenyum indah.
"Trus.. aku gak ngerti apa yang dikatakan cewek tadi? Dia siapa? Dan kok bilang aku diusir dan aku yatim piatu?" Emilia yang penasaran itu ganti topik pembicaraan.
"Dia Alice, cewek separuh jalang separuh iblis, lebih seram dari setan.... oh aku paham sekarang!!! Aku sih banyak tahu dari Alice, akan kuceritakan, tapi.. bagian Alicenya sedikit saja, bisa-bisa saja dia nanti ngerusak hubungan kita"
"Ah iya, ceritakan saja"
Bryan pun menjelaskan panjang lebar tentang Emilia sejak hidup bersama keluarga Smith. Tapi, hanya ada beberapa yang tidak dibicarakannya, tentang Alice yang menyukai Bryan dan ketika Emilia mengantarkan Alice waktu ingin kencan bersama Bryan. Karena Bryan, memiliki sebuah rencana aneh dan... gila.
...
"Kok balik lagi?" tanya Suzanne yang berdiri di depan Bryan dan Emilia.
"Hari ini bolos dulu, kenalin dia temen kakak"
"Emilia Morris" ucap Emilia.
"Dia terkena amnesia dan masih mengingat kejadian-kejadian empat bulan lalu. Kakak mau dia tinggal bersama kita, boleh.. kan? Ayolah Suzanne adikku yang imoet sejagad raya!"
"Boleh saja, biar aku ada temen"
"Makasih" ucap Emilia seraya membungkukkan tubuhnya dalam posisi tegak, lalu kembali ke posisi semula.
"Gimana kalo Emilia jadi pelayan kakak aja? Tapi masih tetap menjalani kuliahnya" bisik Bryan langsung dekatin Suzanne.
"WTF? Gila banget lu kak!" ketus Suzanne kaget.
"Ya soalnya dia sangat imut mengenakan pakaian pelayan. Nanti dia bisa sama kakak se-la-ma-nya"
"TERSERAH KAKAK!!! Kak Emilia! Jangan mau.. jadi babunya kak Bryan!!!" teriak Suzanne sambil menunjuk Emilia.
"Loh? Maksudnya.. apa ya?" tanya Emilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...