Bab III : A Secreet

38 0 0
                                    

Siang itu aku baru selesai merapikan pakaian sehabis menyetrika, seperti biasa hari minggu itu adalah hari rebahan sedunia, hari ini menikmati Me Time, setelah drama hidup selama enam hari ini. Planning yang ingin aku buat hari ini menikmati novel yang baru aku beli semalam di gramedia, atau biasanya aku bertandang menghabiskan waktu disana membaca novel satu eksamplar hingga pegawainya pun seperti sudah terbiasa melihatku disana, maklum pelajar itu uang jajannya pas-pasan. Namun rencana itu berakhir sia-sia dikala tiga temen lelaki ku datang tanpa aku minta dan tanpa aku undang juga tapi mereka mau aku menemani waktu dimana mereka merasa bosan dengan diri mereka sendiri, terlihat absurd memang tapi mereka punya sisi melankolis juga kadang-kadang. Mereka ini Jailangkung versi manusia tapi mereka ngga nyeremin malah nyenengin karena mereka memiliki paras yang lumayan untuk dibawa ke pesta-pesta nikahan, ngga malu-maluin lah halusnya hehe.

"Aaaaamooooooyyyy" mereka serentak teriak dihalaman rumah yang membuatku ingin melemparkan apa saja yang ada di sekitarku karena merasa terganggu.

"Apaansi? ngga bisa ya untuk tenang ngga teriak-teriak? Aku belom mandi tau"

"Gausa mandi deh lu mau mandi atau kagak tetap aja gaada cantik-cantiknya"

"Sialan, sana pergi"

"Hey, sudah la kalian ini berisik sekali. Al, pergi mandi 20 menit cukupkan?"

"Mau kemanasi?"

"Bawel cepat mandi lah banyak tanya kaya wartawan". Sam menarik lenganku yang lagi rebahan di ruang tamu menikmati novel yang sedang kubaca waktu itu, lalu mendorongku ke arah kamar mandi dengan sangat kasar. Iya, sam itu kadang nyebelin tapi juga ngangenin.

Dua puluh menit kemudian, Akupun selesai bersiap seperti perintah mereka. Seperti biasa dengan gayaku, blue jeans, kaos oblong dan kemeja flanel yang kubiarkan terbuka tanpa dikancing, dengan sneakers dan topi caping, rambut gonjes yang kubiarkan tergerai dan tatapan kesel saat aku melihat tiga temen lelakiku, biasanya mereka akan membuka suara untuk memulai berkomentar, padahal aku lagi ngga ikut audisi apa-apa tapi selalu aja dikomentarin. Ah iya, dulu aku belum pakai jilbab total, cuma disekolah aja tapi kadang aku pakai juga diluar sekolah, jangan ditiru ya!

"Al, elu memang satu-satunya cewe diantara kita tapi bisa ngga sih itu gaya jangan laki banget, nanti kalau sampai dewasa gitu terus gimana siapa yang mau sama model cewe strange gini? minimal panjangin dong rambutnya atau dipakein jilbab rapi gitu" Sam dengan mulut tajam dan berisiknya untuk mengomentari apapun yang aku kenakan, dan biasanya aku cuma cengir sampai buat dirinya kesel sendiri karena aku bakal bodoamat dan memang ngga bisa seutuhnya jadi cewe feminim sesuai realita yang dia mau.

"Gapapa aku suka suka ajakok, jadi ngga kelihatan menye menye pecicilan" Komentar Rizki ini yang selalu aku tunggu sebab dia penyuka wanita-wanita yang terlihat kuat, alasannya sederhana biar suatu hari nanti istrinya tetap kuat dalam menjalani hidup bersamanya nanti, alay bukan? Bayangin aja kami yang masih puber walau cuma aku yang masih duduk dibangku putih biru dan mereka putih abu tetap aja itu pemikiran yang terlalu cepat bagiku, Rizki terbaik deh, karena Rizki yang aku kenal memang kuat walau terkadang aku sering mendapati dirinya menangis di tengah lapangan, sendirian.

"Aku lebih suka dirinya apa adanya sih karena itu yang membuatnya nyaman yaudasih, tapi aku suka kamu rambut panjang. boleh ngga sih untuk sekali aja?" Komentar Arif ini sedikit buat seneng sih tapi jengkel juga, sudah menyukai apa adanya lalu meminta sesuatu seperti yang dia mau, tapi walaupun begitu Arif satu-satunya yang paling dewasa diantara kami, lelaki dengan segudang rahasia dan manusia yang susah ditebak menurutku ya.

Setelah berkomentar panjang kali lebar kaya rumus luas persegi panjang, kami bertiga pun naik ke mobil piccanto milik Sam, bepergian yang aku ngga tau akan kemana, mendengarkan lagu Hey Jude nya milik The Beatles lagu lawas yang terkenal di era tahun 80an, dan aku tetap membawa novel yang ku baca tadi karena ya aku tipical orang yang penasaran dengan jalan cerita yang ditulis oleh penulis. Aku menyayangi mereka karena tanpa mereka aku bahkan tidak tahu caranya bangkit, karena mereka juga tidak melihatku berdasarkan garis status sosialku karena dikomplek terkenal akan status sosialnya, mereka juga teman yang bersedia memberikan bahunya bahkan tanpa aku minta sekalipun, dan karena mereka aku bisa mengubah diriku yang introvert menjadi ambievert absurd.

2 Times in JulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang