PROLOG

258 5 0
                                    

Dengan tetap melengkungkan senyumnya, Ares menghampiri sepasang kekasih yang berdiri di ujung lorong. Terkejut pun pasti,namun Ares berjalan seolah olah tidak ada yang menganggu pikiran nya. Perempuan di ujung sana.

Perempuan yang sama. Perempuan yang menjadi prioritas Ares dari semasa ia kecil hingga kini. Perempuan pemilik senyum terindah bagi Ares, Perempuan yang unik dan pecemburu. Semua itu ares suka.

Langkah yang kian dekat tidak menyurutkan senyum di bibir Ares. Menatap perempuan itu bersama sahabat nya sedang saling memandang dengan tatapan kagum dan senyum bahagia. Tak luput dari pandangan Ares, sekotak kado dan bucket bunga yang cantik sedang di genggam oleh perempuan itu.

Sedari awal Ares tau, perasaan nya ini salah. Ares saja yang bebal tetap mempertahankan perasaanya. Ares tau ia terlalu berharap untuk memiliki perempuan itu. Pikirnya "apa yang tidak mungkin bagi tuhan?". Namun takdir tetaplah takdir.

Walaupun ia mati matian memperioritaskan, akan kalah dengan yang membelanjakan. Walau tengah malam Ares harus pergi membeli fast food andalan perempuan itu,yang ia ingin kan di tengah malam namun malas untuk keluar. Walau Ares berkendara di tengah hujan deras demi menjemput 'dia' yang di tinggalkan di besment mall sendirian, Ares tetap saja tak hayal hanya seorang sahabat.

Ia hanya Ares -- si sahabat yang bodoh dengan menyimpan rasa pada 'dia'. Ares yang selalu ada di saat 'dia' terluka. Ares yang menawarkan tisu saat 'dia' putus dengan kekasihnya. Ares yang rela antar jemput walau sedang sakit. Ares yang bodoh.

" Happy sweet seventeen Ra." Kata Ares dengan senyum selebar pemeran iklan pastagigi seolah semua baik baik saja.

"Aress" ucap 'dia' sambil memeluk erat ares. Tanya dia sadari wajah ares memerah  dan jatungnya terasa seperti meminum kopi tiga gelas sekaligus sebelum makan. Berdegup kencang. Ares takut dia mendengar degupan jantungnya.

"Bau bau nya ada yang balikan kaya nya" katanya dengan nada bercanda.

Rona merah terlihat di kedua pipi sepasang kekasih tersebut. Sedangkan Ares hanya tersenyum dan tersenyum.

"Ares bisa aja sih" kata 'dia'

"Jangan di sakiti lagi,jangan di tinggalin lagi. Gue percaya sama lo" sembari menepuk pundak sahabatnya Ares berpesan kepadanya.

Tetap mempertahankan senyumnya hingga ia mengghilang di balik tembok. Setiap langkahnya ia coba untuk lebih menguatkan hatinya kembali. Ares tak boleh kehilangan senyum disini, ini hari Bahagia sahabatnya setidaknya ia memberi senyum terbaik hari ini saja.

Sepintar apapun Ares mencoba tersenyum dan tertawa, tetap saja matanya berkata beda. Ares saja tidak percaya hatinya sekuat itu untuk tidak mengunggkap kesakitannya serta perasaanya kepada 'dia'

" Ares" perempuan dengan tinggi semampai berdiri tak jauh dari posisi akhir Ares. Dia yang baik hati namun tidak bisa membuat Ares jatuh hati. Selalu ada namun Ares balas air tuba. Terlalu dekat namun katanya Ares sulit untuk di pikat. Hati ares beku pada satu orang, khayal untuk bermigrasi secepat itu.

Se-lucu itu kisah cinta Ares, ia yang memperjuangkan seseorang dan di sisi lain dia sedang di perjuangkan dengan sungguh oleh seseorang yang tak lebih dari sekedar ' Teman'.

Smg,12 desember 2019

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang