5.) Yang Harusnya Kembali

583 89 4
                                    

*ODA POV*

Perkembangan Dazai sudah sangat baik sampai detik ini. Walaupun tidak semua, namun dia ingat beberapa hal penting yang kita habiskan bersama. Setidaknya aku bisa menemaninya... meski aku menyadari kalau waktuku hanya tinggal 5 hari lagi.

"Oda-san kita mau kemana? Apa ke tempat kesukaanmu?"

"Aa..."

"Tanoshimi da nee... Sebentar lagi aku bisa mengingat semuanya."

Dazai terlihat sangat bahagia dan berjalan mendahuluiku. Berbeda terbalik denganku yang menghentikan langkah. Karena tempat itu... adalah awal dari semua penderitaannya.

"Dazai..."

"Ya?"

Melihatnya benar-benar tersenyum dengan tulus tanpa sandiwara membuatku tidak tega untuk mengatakan hal pahit didepannya. Dari awal aku sudah membawa penderitaan dan rasa sakit dan membuatnya seperti sekarang dengan kematianku. Aku tidak bisa melakukan yang lebih parah dari ini.

"Ii ya... bukan apa-apa."

"Hm?"

"Ayo pergi, Dazai."

Cukup jauh kami berjalan melewati pusat kota, melewati jembatan tempat aku bertemu dengan Ranpo-san, hingga sampai ke sebuah tempat dimana aku sering menghabiskan waktu dulu.

"Ini..."

Dazai terlihat kebingungan saat melihat bangkai mobil yang habis terbakar 4 tahun lalu. Tempat peristirahatan anak-anak... Sementara aku berjalan menaiki lantai 2 tempat anak-anak bermain dan beristirahat dulu. Saat ini semuanya tertata dengan rapih. Kecuali sebuah tempat, yang tertancap pisau. Petanya pun masih ada. Melihat ini semua membuatku kembali rindu pada mereka. Meski aku tahu kalau sebentar lagi aku akan kembali ke sana. Ke tempat anak-anak dan Oji-san berada.

Bicara soal Oji-san, aku juga memeriksa isi kedai tempatku duduk dan makan kare kesukaanku. Tidak banyak yang berubah setelah 4 tahun. Barang-barangnya juga tertata dengan rapih, tidak seperti saat terakhir kali aku datang dan mendapati jasadnya terbaring sambil memegang teflon di kedua tangannya.

"Hisashiburi da naa..."

Saat ini aku hanya duduk di kursi tempat biasa aku menikmati seporsi kare di kedai ini. Keheningan menyelimuti sampai Dazai masuk ke dalam kedai dan mendapatiku hampir meneteskan air mata.

"...Dazai."

"Tempat ini..."

Aku tidak menjawabnya. Masih duduk terdiam di kursiku. Tidak mungkin dia langsung mengingat semuanya sekaligus kecuali jika ada keajaiban.

"Waktu itu mendung... sesuatu terbakar... seperti katamu."

Bagaimana cara menjelaskan semua itu padanya? Rasanya seperti membuka luka lama.

"Anak-anak yang selamat dari insiden Kepala Naga.... terbakar disana."

Dazai terdiam sepertinya ia kembali mengingat sesuatu. Perlahan ia berjalan mendekat dan memegang kedua pipiku. Tatapannya berubah seperti sedang melihat hantu.

"Kau... Odasaku..?"



*



*



*


*
*DAZAI POV*



Rasanya kepalaku seperti berputar-putar. Sejak orang itu membawaku ke tempat tidak berpenghuni. Aku bahkan bisa melihat bekas garis polisi yang ada meski sudah dirusak oleh seseorang. Pemandangan pertama yang kulihat adalah sebuah bangkai van yang terbakar habis.

"Ini..."

Sekali lagi sakit kepala itu kembali datang. Namun kali ini aku bisa menahannya. Pada akhirnya aku menyadari sesuatu yang sudah kuingat sebelumnya. Waktu itu memang mendung.... dan yang terbakar adalah van ini. Tapi... kenapa hal seperti itu ada dalam ingatanku?

Kualihkan pandangan pada pria bersurai merah yang berjalan menaiki tangga. Cukup lama aku memperhatikan sampai orang itukembali turun dan memasuki tempat bernama Kedai Freedom.

Karena rasa penasaran yang tinggi, aku memutuskan untuk mengikuti jejaknya menaiki anak tangga ke ruangan yang tadi dilihatnya. Terdapat sebuah lorong yang tidak terlalu panjang dan 3 ruangan dengan pintu kayu. Tapi hanya satu tempat yang dilihatnya dan itu adalah sebuah kamar milik anak.... tunggu, ada lebih dari satu anak disini...

"...5 orang.." gumamku setelah melihat 5 pasang sepatu anak-anak di bagian depan. Dengan hati-hati aku melihat keadaan kamar itu.

Rasanya kepalaku seperti baru saja dihantam oleh benda keras sampai aku harus bertumpu pada tembok agar tidak jatuh. Ah, aku ingat anak-anak ini... aku pernah bermain dengan mereka sebelum akhirnya mereka....

"tewas dalam van itu..."



Aku...



"Ingat semuanya..."

Aku menuruni anak tangga dengan hati-hati karena masih merasakan sakit di kepalaku. Tapi bukan itu yang saat ini kukhawatirkan, melainkan seseorang yang sedang duduk di dalam kedai ini.

Ekspresinya saat ini sangatlah kacau. Bahkan ia terlihat seperti ingin menangis jika tidak menyadari keberadaanku.

"...Dazai." Panggilnya setelah melihatku.

"Tempat ini..."

Dia menatapku dengan sorot yang menyedihkan sebelum mengatakan sesuatu. Tapi aku sama sekali tidak mendengarkannya melainkan benar-benar melihat sosok itu dengan jelas. Berusaha tetap terjaga sambil berpikir kalau orang di depanku saat ini benarlah dia. Rasanya bahkan tidak ingin mengedipkan mata karena takut sosok itu sudah menghilang jika aku melakukannya.

"Kau... Odasaku..?" Tanyaku dengan sorot tidak percaya.

"Dazai... kau---"

"Odasaku!!" Aku menghentikannya meneruskan kalimat dan memeluk orang itu dengan erat. Tanpa sadar aku meneteskan air mataku saat pria bersurai merah itu mengusap kepalaku.

"Otsukare sama..." Katanya, sementara aku hanya mengangguk.

"Mn..."

"Sekarang kau sudah besar ya..."

"Aku merindukanmu Odasaku..."

"Aku tahu."

"Kau jahat sekali meninggalkanku. Kau satu-satunya teman yang mengerti aku."

"Suman naa..."

Cukup lama aku meluapkan semua perasaan yang sempat hilang itu. Rasa sakit yang selama ini kutahan, rasa sepi yang kupendam diam-diam, juga penyesalan yang semakin besar setiap waktu. Semua itu bercampur dengan rasa bahagia karena bisa bertemu dengannya lagi.

"Odasaku, banyak yang ingin kukatakan padamu."

"Aku juga."

"Jaa, ayo pergi dari sini. Ke tempat biasa."

"Aa.."

Aku menarik tangannya sampai kami berada di pusat kota. Odasaku tidak berkomentar sama sekali. Selalu tenang dan mengikuti apapun yang kuinginkan. Kurasa dia melakukan itu agar aku tidak kecewa.

"Mama! Bolanya!!" Pekik seorang anak kecil saat bola miliknya menggelinding ke jalan raya. Dengan sigap Odasaku berlari dan ingin mengambil bola itu. Tetapi...

"Odasaku awas!!"



BRAKK!!!!



"Dazai!!"


*


*


*


*

================
To Be Continued
================




Ga biasanya aku bikin genre ini. Bagaimana menurut kalian? Sedih atau bikin garing?

Kutunggu komentarnya ya...

14 Desember 2019
Salam hangat,



WildWolf0303🐺

40 Days To Say Goodbye [ODAZAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang