Bagian 9

3 0 0
                                    

Setelah sampai sekolah, seperti biasa Satya mengantar Bulan sampai kekelasnya.

Namun sebelum sampai ke kelas Bulan, kini mereka berdua berpapasan dengan Bintang dibelokan koridor arah menuju tangga.

Saat sampai dihadapan Satya dan Bulan, Ia segera memberikan selembar kertas pada Bulan, namun tak kunjung diterima oleh gadis itu.

Bintang membuang nafasnya kasar, "ambil! Lo juga ikut daftar jadi wakil gue kan ?ntar pulang sekolah langsung ke aula, gue tadi kekelas Lo tapi Lo belum Dateng, untung gue ketemu disini jadi gue gausah susah nyari Lo" ucap Bintang ketus, dan beralih memandang Satya.

"Cepet ke kelas Lo Dek. Dan Lo, jangan manja. Pake minta Adek gue antar sampe kelas Lo ?cihh, alay" ucapnya tambah ketus, dan segera pergi meninggalkan keduanya.

Bulan mulai memperhatikan manusia yang sudah sukses membuat moodnya dipagi hari sudah rusak.

"Hh~sumpah gue jadi ngga heran kenapa Lo sama dia berantem. Betah banget Lo jadi adiknya, gue kekelas. Lo cepet deh ke kelas Lo sendiri" ujar Bulan dan segera melangkah dengan cepat, mungkin karna ia sedang emosi saat ini.

Satya menghembuskan nafasnya, Bintang memang tidak berubah. Pasti selalu begitu pada teman perempuan didekat Satya, mungkin Kakaknya itu takut kejadian dulu terulang. Nyatanya memang ia dan Bulan hanya sekedar berteman saja saat ini.

Bulan sudah sampai dikelas, ia langsung mendudukan dirinya dan sedikit menggebrak meja lalu menghembuskan nafasnya kasar.

Iren dan Naya yang menyadari itupun menoleh kebelakang,

"Lah lo kenapa ?dateng-dateng kusut amat, Satya galakin Lo?" tanya Iren yang sambil sibuk memakan salad yang biasa Naya bawa.

"Gue ngundurin diri dari pendaftaran Wakil Ketos deh. Bisa gila gue kalo misal kepilih" ucap Bulan yang langsung memberikan selembar kertas yang dibawa Bintang tadi.

Naya mengambil kertas itu dan membacanya, "kenapa ?coba dulu kali Lan, Lo cepet amat nyerah jadi orang. Heran deh gue" ujarnya, lalu memberikan kertas itu kembali pada Bulan.

"Bukan masalah nyerah atau ngga Nay, gue barusan papasan sama Bintang. Dan kalian tau ? Dia ketusin gue!, Aseli itu orang ngeselin banget, pake bilang gue cewe manja lah, Alay lah cuma karna Satya nganterin gue sampe kelas! Padahal kan Adeknya sendiri yang maksa" jelas Bulan menggebu, karna saking kesalnya.

"Yaudah itu gausah Lo pikirin, ikutin aja audisinya. Syukur-syukur lo ngga kepilih, tapi ya kalau kepilih juga gapapasih. Itung-itung menang banyak bisa barengan terus sama Bintang" ujar Iren sambil cekikikan dengan Naya.

Memang 2sahabatnya itu tidak bisa terlalu diandalkan untuk sekedar memberi solusi untuk kekesalannya kali ini.

Apakah ia harus mengikuti audisi ini ?ah yang benar saja, mengingat wajah dan omongan Bintang saja sudah membuat emosinya naik. Bagaimana kalau ia terpilih ?bisa gila yang ada.

Bulan menghembuskan nafasnya dan memasang earphone ke telinganya dan menyalakan lagu setidaknya sampai bel berbunyi untuk meredam kesalnya sebentar.

*******
Pelajaran Matematika saat ini terasa sangat membosankan bagi Bulan. Padahal gadis itu sangat menyukai mapel ini, ya, Bulan memang jadi murid yang punya kepintaran diatas rata-rata dan patut diacungi jempol. Terhitung semenjak kepindahannya ke SMA Rajawali, ia suda menjadi juara kelas disetiap semesternya.

Beruntung pelajaran itu sudah selesai dan bel istirahat berbunyi. Ia enggan untuk melangkahkan kaki keluar kelas untuk sekedar ke kantin, padahal perutnya sangatlah lapar.

Namun, kedua sahabatnya itu sukses membuat Bulan menuju kantin. Baru beberapa langkah, ia berpapasan dengan Satya. Entah mengapa, seolah mengerti teman Satya pergi entah kemana. Ya, Bulanpun menyuruh Iren dan Naya untuk duluan ke kantin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dari Bulan untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang