Ardio Wiratama

32 4 0
                                    

Musik berdentum kencang, para muda mudi tengah meliukan tubuhnya mengikuti alunan musik. Sinar lampu yang menyilaukan mata serta suara tawa yang menggema di ruangan itu tidak membuat Dio ingin beranjak dari tempatnya saat ini. Ia tidak ingin bergabung dengan mereka namun ia juga tidak bisa meninggalkan tempat ini.

Ya disinilah dia, disebuah club malam yang cukup ternama di kota ini. Ia sebenarnya tidak ingin berlama-lama di tempat ini, namun ia juga tidak bisa meninggalkan pesta ulang tahun sahabatnya ini. Entah apa yang ada dalam pikiran Devon sampai ia mengadakan pesta ulang tahunnya di tempat ini dan bersikeras agar Dio menjadi bagian dalam pestanya.

Mungkin ia mengalami amnesia sehingga ia lupa bahwa Dio tidak menyukai keramaian seperti ini. Berbagai jenis minuman keras juga di hadirkan dalam pesta ini mulai dari vodka sampai sparkling wine atau yang biasa dikenal dengan sebutan champagne.

Dio tengah duduk di bar, ia melihat teman-temannya tengah menari dengan para gadis dan menatap botol-botol minuman keras itu dengan tatapan jijik. Melihatnya saja sudah membuat perutnya mual.

Kevin yang mengetahui bahwa sahabatnya itu tengah duduk sendirian pun menghampirinya dan mengambil tempat disamping Dio.

"Mau balik?" tanya Kevin yang seakan mengerti dengan keadaan Dio.

Dio hanya menggeleng pelan, ia tak ingin merusak pesta ulang tahun sahabatnya dengan tiba-tiba meninggalkan pesta ini.

"Ngapapalah sekali-kali biar tu bocah seneng" Dio teringat dengan usaha Devon saat membujuknya agar ikut ke pestanya. Ia sampai mengeluarkan air mata buayanya agar Dio bersedia hadir.

"Tumben lo mau nunggu biasanya juga langsung cabut kalo kesini?" tanya Kevin keheranan. Ia memang sudah mengetahui bahwa Dio tidak menyukai keramaian, apalagi tempat ini. Namun ia heran mengapa Dio tetap memilih tinggal.

"Biarin dia seneng dulu besuk baru kita abisin" ucap Dio santai yang membuat Kevin terkekeh menatapnya.

"Lo mau minum?" tanya Kevin sambil menawarkan segelas vodka untuknya.

"Lo mau bunuh gue?!" Dio bertanya balik dengan menatap Kevin dengan tatapan yang cukup mengerikan.

Kevin menepuk jidatnya pelan kemudian terkekeh, ia lupa akan hal itu. "Sorry bro".

Dio tak menjawab, ia mengalihkan pandangannya ke sekitar club, mencari seseorang. Dio menatap datar seseorang yang telah berhasil ia temukan.

Kevin mengikuti arah pandang Dio dan menemukan Devon tengah berjoget gila-gilan bersama segerombolan remaja lainnya. Mereka hanya memandang datar kelakuan absurd sahabatnya.

"Bukan temen gue tuh" ucap Kevin yang sudah kembali menegakkan posisinya.

"Angga mana?" tanya Dio keheranan, sejak tadi ia tak pernah melihat sosok Angga di sekitar sini.

"Nggak tahu, lagi nyempil di pojokan kali" ucap Kevin tidak peduli.

Pesta itu terus berlangsung hingga semalam suntuk, namun Dio lebih memilih untuk kembali ke rumahnya pada jam sebelas malam. Kevin dan Dio pulang larut malam tak heran jika jalanan yang mereka lewati sudah cukup lengang, hanya beberapa orang yang baru pulang kerja karena lembur dan segerombol remaja yang entah tengah melakukan apa.

Kevin yang tadi minum cukup banyak mulai merasa pusing, ia kemudian menghentikan mobilnya di depan sebuah minimarket untuk membeli sebotol air mineral untuk menetralisir alkohol yang dalam dirinya.

Dio lebih memilih tinggal di dalam mobil karena sudah mulai mengantuk. Ia berusaha mencari tempat yang nyaman agar bisa sedikit mengistirahatkan dirinya. Suara decitan keras membuat Dio yang baru saja terlelap terlonjak kaget, ia berusaha memfokuskan penglihatannya.

Tak jauh dari mobilnya ia melihat seorang gadis yang hampir tertabrak mobil, entah siapa gadis itu Dio tidak mengenalinya. Dio hanya melihat dari jauh, memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Hal yang tidak ia duga adalah pengendara mobil yang hampir menabrak gadis itu ternyata juga seorang gadis yang tidak asing di ingatannya.

Awalnya ia tak berniat ikut campur dalam masalah tersebut, hingga ia melihat salah seorang gadis yang memakai jaket kulit berwarna hitam tersebut mendorong gadis lainnya dengan cukup keras hingga membuatnya jatuh tersungkur dan buku yang dibawanya jatuh berantakan.

Ia mengenali gadis itu. Dia adalah Anayra Kalistha, gadis paling arogan yang pernah ditemuinya. Gadis yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan gadis yang tak memiliki sopan santun dalam bertutur kata.

Dalam kamus hidupnya Anayra adalah gadis terburuk yang pernah ia temui. Gadis yang selalu jadi langganan keluar masuk ruang BK karena sikapnya yang terlampau arogan.

Ia muak melihat gadis itu.

Setelah kepergian Anayra dengan mobilnya yang melaju begitu cepat, Dio menghampiri gadis yang bertengkar dengan Anayra tadi.

"Lo nggak papa?" tanya Dio sambil berusaha membantu gadis itu berdiri.

"Nggak papa kok cuma kaget aja"

Dio membantunya mengumpulkan buku-bukunya yang jatuh berserakan.

"Lo kenal sama cewek tadi? Ada masalah apa?" tanya Dio bertubi-tubi.

"Gue nggak kenal siapa dia. Gue tadi nyebrang nggak liat kanan kiri jadi hampir aja ketabrak sama dia, tapi gue nggak papa kok" ucap gadis itu meyakinkan.

"Tin...tin..."

Dio melihat Kevin yang tengah menglakson mobilnya dengan cukup keras. "Gue duluan" Dio segera pergi meninggalkan gadis itu dan kemudian mengampiri Kevin yang sudah berada di dalam mobil.

"Siapa yo?" tanya Kevin sambil memandang gadis yang tengah berdiri di depan mobilnya. Dio hanya mengidikan bahunya acuh. "Yuk jalan, lo mau disini sampai subuh?" ucapan Dio menyadarkan Kevin dari lamunannya yang menatap sesuatu di depan mobil. Kevin langsung menancap gas dan berlalu pulang.

Dalam perjalanan Dio berfikir tentang apa yang telah di lakukan oleh gadis tadi sehingga membuat Nayra begitu marah. Masih teringat jelas oleh Dio ekspresi Nayra saat menatap gadis itu.

"Apakah Nayra selalu bersikap seperti itu kepada semua orang, bahkan orang yang tidak ia kenal?" Dio berguman pada dirinya sendiri.

"Apa?!" tanya Kevin yang seolah mendengar gumaman Dio.

"Ah, enggak" Dio mengalihkan pandangannya ke jendela. Menatap jalanan yang masih ramai, dan mencoba menghilangkan nama Nayra yang tiba-tiba mengisi kepalanya.

Dear "A" [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang