"Katanya Cinta itu bisa buat orang lain bahagia, ya?"
Kamilia Izzatunnisa
🌸🌸🌸
"Bulan ... Ayo cepat bangun, Nak, nanti kamu terlambat sekolahnya!" teriak seorang paruh baya dari arah dapur, Rosa Bunda terkasih Bulan.
Bulan yang masih bergelumun dengan selimut rasanya enggan bangun dari tidur nyenyaknya. Namun, ini hari pertamanya masuk sekolah SMA High Literary, sekolah elit yang penuh sejarah akan sastra. Bulan yang sejak kelas 2 SMP memimpikan masuk ke sekolah itu mati matian belajar agar nilainya bagus dan walhasil dia berhasil.
"Bulan ... Cepat! Ini udah jam setengah enam. Kamu belum mandi lagi. Nanti terlambat!" teriak Rosa lagi tidak sabaran. Bulan menyibak selimut hangatnya lalu duduk di tepian ranjang.
"Iya Bun. Ini udah bangun!" balas Bulan berteriak memberi tahukan bundanya bahwa ia sudah bangun dan setelah itu, suara Rosa sudah tidak terdengar lagi berteriak.
Bulan bangkit dan langsung menuju kamar mandi, melakukan runtinitas yang akan ia lakukan di masa SMA-nya mulai sekarang.
🌸🌸🌸
Rosa menyiapkan piring di meja makan untuk suami dan anak anaknya tercinta. Mengoleskan selai coklat kesetiap roti.
"Pagi Bun!" seru Fares mencium pipi kanan Rosa, Faresta Narendra, sang Abang tersayang Bulan dan juga anak sulung Rosa bersama Ardian. Rosa menanggapinya dengan balas mencium kening anak sulungnya itu.
"Pagi Bun, Res," sapa Ardian diiringi senyum hangatnya.
"Pagi, Yah," balas Rosa dan Fares bersamaan. Ayah dan Fares duduk di bangku masing masing. Rosa langsung menyodorkan roti yang sudah berselai kepada dua orang tercintanya.
Bulan yang sudah siap dengan seragamnya, langsung keluar kamar ingin menyapa keluarganya. Belum sampai ruang makan, Bulan berhenti berjalan dan langsung membuka pintu kamar sang adik yang mungkin masih terlelap tidur.
"Uculululu ... Udah bangun rupanya adek kakak," ucap Bulan sambil mengangkat adiknya, Azura Liandra, anak bungsu Rosa. Azura tampak segar saat kakaknya mengangkat dirinya yang masih berumur 3 tahun.
"Pagi pagi udah seger gini kamu ya, Dek, kakak malah kalah," kata Bulan terkekeh. Lalu membawa adiknya menuju ruang makan.
Bulan menuruni tangga dengan pelan, takut terjadi insiden yang menimpa adiknya nanti.
Sampai di penghujung tangga, Bulan menghampiri Bundanya dan memberikan Azura ke pangkuan Bunda-nya.
"Pagi Bun, Yah, Bang," sapa Bulan sambil mencium pipi orang orang tersayangnya sebelum duduk di sebelah Abang-nya.
"Bang, lo yang antar gue hari ini yak," ucap Bulan yang langsung direspon toyoran di jidat.
"Enak aja. Motor lo tuh apa gunanya kalo gak dipake. Mau gue jual tu motor?" ucap Fares dengan nada bercanda. Bulan hanya mencebik akan tolakan Abang-nya yang tidak ingin mengantarnya.
"Tapi gue malas bawa motor, Bang, capek." Bulan merengek layaknya anak SD dihadapan orang tuanya.
"Bang, anterin ajalah. Lagian tempat kuliah Abang kan deket juga sama sekolahnya Bulan," bela Bunda yang membuat Fares pasrah. Ia mengangguk lalu bangkit dari duduknya bergegas berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONLIGHT
Teen FictionCinta yang tersakiti dan cinta yang selalu ada, Bulan Anggraini, gadis yang mengalami masa puber penuh dengan kepahitan, kebahagiaan dan kesedihan. Diumurnya yang masih bisa dibilang labil, Bulan sudah merasakan sakitnya cinta, semisalnya, dia menc...