4---Hujan

11 2 1
                                    

Hujan datang dikala pesan itu datang.

Bulan Anggraini

Setelah melewati sekolah yang berat, sekarang Bulan membawa motor matic-nya menuju Rumah Sakit Jaya. Bukan untuk pengunjungi bundanya, namun mengunjungi seseorang yang sudah lama tak ia kunjungi.

Di pertengahan jalan, Bulan dikejutkan dengan hujan yang tiba-tiba turun beserta dengan petir yang menggelegar. Bahkan, begitu banyak rintik hujan yang turun membuat penglihatan Bulan mengabur karena air hujan yang terus-terusan menjatuhi wajahnya yang tak memakai helm.

Takut terjadi apa-apa yang bisa membuat Fares khawatir, Bulan memberhentikan motornya tepat di halte bis.

Halte bisnya begitu sunyi, sama sekali tidak ada orang. Bahkan, bangkunya yang terbuat dari besi sangatlah dingin.

Ting

Pesan masuk lewat ponsel Bulan, nampaknya itu Fares yang mengkhawatirkannya.

Unknown
Aku tau kok kamu pasti
kesepian.

Bulan mengerutkan dahinya, mengapa kontak ini tidak dikenal tapi seperti seseorang yang akrab dengannya. Melihat kiri-kanan pun Bulan tak melihat siapa-siapa. Tapi mengapa isi pesan ini seperti orang itu tahu bahwa Bulan berada di mana.

Unknown
Gak usah dicari-cari.
Kamu gak akan ketemu.

Lagi, pesan itu datang pada ponsel Bulan dan mengapa orang ini kembali menyebutkan apa yang Bulan lakukan barusan.

Kembali lagi Bulan menengok kiri-kanan dan tetap saja tidak ada satu pun orang di sekelilinga.

'Apa-apaan dengan orang ini?' batin Bulan merinding.

Unknown
Gak usah takut.Aku
bukan hantu kok.

Lagi-lagi pesan itu terkirim. Bulan semakin tak tahan. Ada rasa takut dan juga penasaran. Tapi Bulan teringat suatu pesan yang diucapkan seseorang untuknya.

"Kalo ada yang bikin kamu takut tapi penasaran. Jangan lakukan hal yang gegabah ya."  Sekelebat ingatan akan ucapan seseorang seakan terputar di otak Bulan.

"Jangan lakukan hal gegabah. Jangan lakukan hal gegabah. Jangan lakukan hal gegabah," bisik Bulan pada dirinya sendiri. Berulang kali ia mengucap itu hingga tak sadar bahwa seseorang dengan pakaiannya yang basah berdiri tepat di depan Bulan.

"Lo kenapa?" Bulan terperanjat kaget saat suara orang itu terdengar di indra pendengarnya.

"Lo-lo-lo-"

"Apa sih? Kayak orang lihat setan aja lo," cibir orang itu. Bulan menarik napasnya dalam-dalam.

"Lo bukannya Bulan Anggraini yang waktu itu, 'kan?"

"Memangnya kenapa?"

"Yahh ... gak pa-pa sih."

"Oh ya. Kenalkan gue Galen Ray Surendra, cowok waktu itu," ucapnya mengenalkan diri sambil membungkuk. Bulan menatap Galen nanar, lalu mengalihkan pandangannya ke ponsel di genggamannya. Pesan itu tidak ada lagi terkirim.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang