3---Kinan Deviana

29 12 32
                                    

Bulan bersama Fares bergantian menjaga Rosa di ruang inapnya. Bulan berjaga disiang hari dan Fares malam hari. Memang tak mudah bagi mereka berjaga, apalagi mereka paginya juga harus pergi sekolah ataupun kuliah. Tapi, untunglah tempat kuliah Fares tengah diliburkan sampai bulan februari nanti, jadi dia bisa dengan tenang menjaga Bunda tersayang.

"Bang, udah lo tanyain ke Bunda? Soal yang ngerjain tante Merlina?" tanya Bulan berbisik. Fares tampak berpikir. "Belum, Dek, Bunda setiap Abang mau ngomong dia sering manggil Ayah," ujar Fares lesu. Sepertinya Bunda mereka tengah dirundung kekecewaan atas tingkah Ayah mereka yang begitu brengsek.

Ceklek

Pintu terbuka menampakkan sosok gadis remaja. Raut wajahnya tampak bersalah. Fares dan Bulan bangkit dari duduk mereka sambil mata menatap gadis itu dengan tanda permusuhan.

"Mau apa lo ke sini? Belum puas liat Bunda kami sengsara sama sifat emak lo hah?!" gertak Fares marah. Bulan merangkul lengan Abangnya takut hilang kendali. Jika tidak Bundanya bisa bangun.

"Bang, pelanin dikit suara lo. Nanti Bunda bangun," peringat Bulan berbisik.

"Ma-maaf, Kak, a-aku cuma mau jenguk Tante Rosa," ucap gadis itu dengan nada bergetar. Kakak tirinya ini menyeramkan sekali.

"Halah. Jangan bersikap sok polos lo!" Ya sudah, Fares makin tersulut emosi. Sedangkan Bulan hanya bisa diam  memperhatikan tingkah laku Kinan Deviana, anak dari Ayahnya sekaligus Adik tirinya.

"Ma-maaf, Kak, ta-tapi aku beneran mau jenguk Tante Rosa. I-ini aku ada bawa bubur buat dia," ucap Kinan lagi berusaha meyakinkan kedua kakaknya. Terhadap Bulan sedikit berhasil, karena bisa Bulan lihat dari tatapan Kinan jika dia tulus ingin menjenguk Bundanya, sedangkan Fares masih tersulut emosi jadi tidak bisa melihat ketulusan itu. Seakan penglihatannya tertutup kabut.

"Halah! Di Rumah Sakit ini juga banyak bubur!" tukas Fares. Kinan merasa tertohok dengan ucapan itu, tapi memang kenyataannya. Memang benar di Rumah Sakit ini banyak bubur, toh, makanan orang sakit itu bubur.

Bulan melepaskan rangkulannya, lalu berjalan menuju Kinan. Gadis itu tampak menundukkan kepala takut.

"Bubur lo enak gak? Kalo gak enak atau higienis, gue buang," kata Bulan dingin. Seketika Kinan mengangkat pandangannya. Ini yang dia suka dengan Kakak tirinya Bulan, begitu baik walau sifatnya bisa membuat orang salah paham.

"Tenang aja, Kak, aku buatnya sangat bersih," ucap Kinan bersemangat, lalu mengeluarkan tempat bekal dan menyodorkannya ke Bulan. Bulan hanya menatap bekal itu tanpa niat mengambil.

"Lo yang buat, lo juga yang suapin. Gue mau beli buku buat persiapan sekolah," ucap Bulan dingin, lalu melenggang pergi.

"Dek, gue ikut. Lo! Jagain Bunda kita. Awas aja sampai terjadi apa apa," ancam Fares sambil menuding wajah Kinan. Kinan menganggung mengerti, jika sudah soal Fares dia tidak berani.

"I-iya, Kak," jawab Kinan mengangguk.

Fares menutup pintu dan mereka pergi ke gramedia terdekat.

🌸🌸🌸

Bulan tengah memilah milih buku pelajaran yang diperintahkan gurunya sepulang sekolah tadi. Sedangkan Fares tengah mencari keberadaan novel dari penulis favoritnya.

"Bang," panggil Bulan yang jarak mereka hanya terhalang rak buku.

"Hm?" Fares berdehem masih mencari keberadaan novel keinginannya.

"Kayaknya si Kinan tulus sama kita," ucap Bulan pelan namun masih terdengar oleh Fares.  Fares mengerutkan keningnya.

"Dek ... Lo jangan terpancing sama wajah dia yang sok polos," kata Fares dengan senyuman yang tampak mengerikan. Jika sudah soal keluarga mantan istri Ayahnya pasti Fares mudah tersulut emosi.

MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang