1

13 4 0
                                    

"Genta!"
Cowok tinggi semampai dengan wajah datar itu menoleh.
"Apa?".
Tanya nya singkat.
Kriss tersenyum, ia sudah biasa dengan jawaban singkat dan wajah datar sahabat nya itu.
"Gue gakbisa anterin Jane pulang, gue masih ada pelajaran tambahan buat olimpiade 2 minggu kedepan".
Genta masih diam.
Kriss menghela nafas berat.
"Maksud gue, lo pulang sama Jane ya? Tolong anterin dia".
Lanjut Kriss.
Genta mengangguk tanda mengerti.
"Gue duluan".
Ucapnya berlalu meninggalkan Kriss.

                              ***
"Oi bang! Ojeknya dong bang!".
Teriak Jane menjahili Genta yang baru datang ke parkiran.
Genta hanya memandang datar.
Pasalnya Jane sudah nangkring duluan di motor nya.
"Nyusahin".
Balas Genta singkat.
Jane memonyong kan bibir nya. Sahabat nya yang satu ini memang beda dengan Kriss. Kalau Kriss dengan senang hati akan mengantar Jane kemanapun. Justru sebaliknya dengan Genta. Genta akan mengantar dan selalu mengatakan 'nyusahin' dan selalu dengan wajah datar nya itu. Sungguh rasanya Jane ingin mencakar muka datar itu.
Genta pun naik dan mulai mengendarai motor nya keluar sekolah. Tidak ada yang memulai percakapan. Sampai akhir nya Genta bersuara.
"Mau makan dimana?".
Jane tersenyum lima jari. Ini yang ia suka, ia tau kalau Genta sebenarnya tak keberatan mengantar nya. Hanya saja Jane selalu kesal melihat muka datar nya itu.
"Makan bakso di pinggir jalan itu aja Gen. Aku pingin makan disitu".
Genta mengarah kan motor nya ke kedai pinggiran jalan.
Apa lagi yang membuat Jane senang kalau bukan makanan gratis.
"Maaciw Genta sayang".
Deg..
Genta tau itu hanyalah gurauan. Tapi hati mana bisa berbohong kan?







Hollaaaaa readers. Cerita pertama nih. Tinggalkan ⭐ yaa.
Suka cerita nya? Komen please😘

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang