Lana tengah menunggu kedatangan seorang gadis yang akan menjadi istrinya. Tadi Nadia sudah menghubunginya lewat WhatsApp bahwa ia ingin bertemu dengan Lana secara langsung di taman dekat rumah Nadia.
"Bismillahirrohmannirrohim! Tenang Lan, kamu cuman harus bertemu dengannya sebentar. Tidak akan membuatmu jantungan kok!" Batin Lana mencoba menetralkan detak jantungnya saat ini. Sungguh ia sangat gugup bertemu dengan gadis yang lusa akan dinikahinya.Tak lama menunggu di kursi taman. Lana merasa seorang gadis yang ditunggunya telah tiba dan sekarang berjalan kearahnya. Ia terus menundukkan kepalanya tak berani menatap gadis tersebut. Takut kalau kalau ia akan berbuat zinah lagi dengan tatapan Nadia yang membuat jantungnya hampir copot. Beberapa kali ia menarik napas dalam dalam mencoba tetap menunduk memandang ke handphonenya. Ia menunggu gadis yang menghampirinya itu memulai perbincangan.
"Assalamualaikum" salam Nadia dan yenny ke arah Lana
"Walaikumsalam"
Sekarang Nadia telah tiba di samping Lana, Yenny yang berada di sebelahnya segera menjauh dan duduk di kursi yang berada agak jauh di depan kursi yang di duduki Lana. Nadia menarik napas kasar, kemudian duduk disebelah Lana. Lana yang kini tengah menunduk sentak terkaget. Ingin rasanya ia memegang dadanya menahan jantungnya yang sekarang berdetak semakin kencang. Wajahnya memerah. Tangannya yang memegangi Handphonenya entah mengapa menjadi gemeteran. Ia hanya terdiam, sama sekali tak berani menatap gadis yang berada di sebelahnya, walaupun sebenarnya Nadia duduk tidak terlalu dekat dengan Lana. Nadia masih menjaga jarak dengannya ia tahu bahwa yang ada di sebelahnya saat ini adalah seorang ustad yang sangat dihormati.
"Ustad Lana" panggil Nadia dengan suara sendunya. Ia melihat Lana yang menundukkan kepalanya. Ia paham betul bahwa lelaki ini sedang menjaga dirinya agar tak berbuat maksiat.
"Hhmm" Lana hanya menjawab panggilan itu dengan dehemannya
Allah. Dia telah memanggil nama hamba. Baru pertama kali ini saya mendengarnya memanggil nama saya
Lana terus bermonolog di dalam hatinya berusaha tetap tunduk"Lusa kita sudah akan menikah. Ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan. Hal ini bagiku sangat penting agar aku tak ragu lagi dalam pernikahan kita" lanjut Nadia menjelaskan kedatangannya menemui Lana.
"a..apa i.. itu?" Balas Lana terbata bata. Lana saat ini sedikit terkejut mendengar ucapan gadis yang berada di sebelahnya. Apa yang masih di ragukan Nadia? Padahal mereka segera menikah!
"Saat kita menikah nanti ustad harus berjanji tidak akan mengekang diriku. Biarkan diriku bebas memilih pilihanku sendiri. Dan satu lagi, ustad seriuskan membiarkanku kuliah tahun depan?" Ucap Nadia sambil menatap Lana yang kini ada di sebelahnya.
Ya Allah kenapa bibir hamba sulit tuk digerakkan padahal hamba hanya perlu menjawab pertanyaan dari gadis ini
Nadia menatap Lana yang sedari tadi terlihat hanya diam. Ia merasa sedikit aneh. Kenapa pertanyaannya tidak dijawab? Apakah ini pertanyaan yang sulit untuk Lana?
"Ustad hanya perlu menjawab satu pertanyaan ini. Hanya pertanyaan ini saja yang ingin saya tanyakan ke ustad!" Lanjut Nadia lagi. Ia sedikit merasa tidak enak, dari tadi tidak ada jawaban sepatah kata pun dari Lana. Ia pun kembali menyadarkan Lana dari kediamannya.
"Us.. tad" panggil Nadia sembari menundukkan kepalanya menghadap kearah wajah Lana. Sentak Lana terkejut. Sungguh terkejut ya Rabb! Kepala Lana yang tertunduk segera mendongak.
Nadia yang melihat Lana juga ikut terkejut, ia turut mengangkat kepalanya untuk tegak. Dan mata mereka kembali bertemu. Hingga membuat Lana mematung, mulutnya juga terbuka sempurna.