IV. Mine [END]

17.8K 1.7K 57
                                    

Mohon maaf untuk typo disana sini....

Ending chapter untuk vintage ... ff ini yang terpendek setelah GOLDFISH saya yang hanya ada 9chapter.

 ff ini yang terpendek setelah GOLDFISH saya yang hanya ada 9chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Tangan keduanya bertaut, berdiri di depan kediaman Lee membuat Jaehyun sedikit merasa cemas. Ada harapan dalam dirinya agar ia bisa melalui semua ini dengan mudah, namun rasanya hatinya berbisik sebaliknya. Ini tak akan mudah baginya dan Taeyong.





Pintu terbuka dengan Jaehyun yang gugup, menggenggam tangan Taeyong semakin erat seolah-olah tak ingin lepas. Keduanya melangkah bersama dengan tekad yang kuat, meski Jaehyun merasa khawatir melanda dirinya.





Ruang tengah saat itu nampak sepi dengan hanya suara televisi menyala, tuan dan nyonya Lee nampak fokus menatap tv. Kemudian keduanya segera menoleh saat menyadari kehadiran pasangan itu diruangan yang sama.




"KAU!!! KENAPA KAU KEMARI?!"  nyonya Lee berteriak tanpa sadar, meremas kedua tangannya yang terkepal.



"PERGI!!" nyonya Lee kembali berteriak sedangkan Taeyong tiba-tiba menghampirinya, mulai berbicara dengan bahasa isyarat.




Sedangkan Jaehyun nampak mematung, kemudian tuan Lee menghampirinya. Mengajaknya pindah ke ruang keluarga untuk berbicara empat mata, membiarkan Taeyong menenangkan istrinya.




"Apa yang membawamu kemari nak?" Tuan Lee berucap santay selayaknya mertua dan menantu pada umumnya, tak seperti nyonya Lee yang syarat akan emosi, menatap nyalang kearah Jaehyun.





"Saya tidak ingin bercerai dengan Taeyong." Tuan Lee hanya diam tak menanggapi, memperhatikan ketulusan yang terpampang jelas di wajah Jaehyun sebelum tersenyum lagi mendengar kalimat lanjutan pria muda itu.





"Karena saya menyadari satu hal, saya sangat mencintainya." Tuan Lee menepuk pundak Jaehyun, ia sudah banyak mendengar cerita dari Taeyong bahwa putra semata wayangnya itu juga mencintai pria muda dihadapannya ini. Hanya saja, istrinya sangat kukuh bersikeras untuk menceraikan keduanya, mengajukan gugatan perceraian kepengadilan tanpa sepengetahuannya dan juga tanpa kehendak dari Taeyong sendiri.





"Pasti Taeyong sangat bahagia tahu cintanya terbalas." Tuan Lee tersenyum, sedangkan Jaehyun tak bisa menahan debaran jantungnya yang terasa begitu hangat dan nyaman.





"Kau ingin tahu apa yang ia ceritakan padaku? Aku akan memberitahukanmu." Jaehyun melebarkan matanya, ia tak pernah tahu jika sang ayah mertua sebaik ini. Kenapa waktu itu Jaehyun tidak mencoba mengenalnya dan malah memilih kerja dan kerja hingga lupa waktu. Bodohnya dia pada saat itu.





"Sebelumnya Taeyong itu sangatlah pemalu, untuk mencintai seseorang pun rasanya itu mustahil ia lakukan. Tapi saat denganmu, begitu mudah ia merasakan jatuh cinta. Kau adalah cinta pertamanya, seperti itulah ia menegaskannya." Jaehyun semakin melebarkan matanya, ketika saat itu juga rasanya jantungnya benar-benar ingin meledak rasanya. Oh ayolah, ia tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Hingga Taeyong meminta mereka kembali keruang tengah dan berbicara dengan nyonya Lee.













.
















"Jadi, Jung Jaehyun. Apakah benar kau mencintai putraku?" Jaehyun mengangguk pasti, menatap nyonya Lee dengan yakin sedang wanita paruh baya itu nampak menilai dirinya.




"Lalu kenapa saat itu kau membentaknya?" Jaehyun terdiam, kemudian menundukkan kepalanya. Sedangkan Taeyong langsung beranjak kesampingnya, menggenggam tangannya dengan erat seolah menyalurkan kekuatan pada suaminya. Sedangkan nyonya Lee tertegun melihat hal itu.






"Saya minta maaf, saya sedang merasa kalut saat itu." Jaehyun mendongak, memberanikan diri untuk menatap nyonya Lee yang masih menatapnya dengan tajam. Sangat sulit meluluhkan hati seorang nyonya Lee.




"Ibu...sudahlah." Jaehyun melirik Taeyong yang saat itu mencoba menghentikkan ibunya dengan menggunakan bahasa isyarat.





"Tidak Taeyong. Ibu harus tahu jika suamimu ini baik bagimu atau tidak, jika tidak aku akan menuntutnya segera menandatangani surat cerai itu!!" Seketika hari Taeyong terasa hancur saat mendengar penegasan dari sang ibu.





Jaehyun yang menyadari perubahan raut sang istri segera memeluknya, mengusap punggung Taeyong dengan penuh kasih sayang. Nyonya Lee kembali dibuat tertegun, namun egonya masih berada di atas untuk tidak terpengaruh dengan perlakuan manis Jaehyun terhadap putranya.






"Saya berjanji kepada anda, jika saya berani menyakiti Lee Taeyong maka saat itu juga saya rela anda membunuh saya pada waktu dimana saya membuat Lee Taeyong, tidak saya rela anda membunuh saya saat itu juga di hadapan Jung Taeyong." Nyonya Lee menatapnya tak mengerti, dirinya tak habis pikir dengan ucapan pria muda itu.






"Karena saya lebih baik mati daripada berpisah dengan Taeyong." Dan di saat itulah nyonya Lee benar-benar kehilangan kata-kata yang sudah tersusun rapi dalam kepalanya untuk menyudutkan seorang Jung  Jaehyun.




Tak ada satu kalimatpun yang bisa ia ucapkan untuk membantah pernyataan Jaehyun. Ia bahkan tak bisa menyusun kembali kata-kata yang ingin ia ucapkan. "Kau-"





"Saya, Jung Jaehyun berjanji pada anda bahwa saya akan mencintai dan menyayangi Jung Taeyong sampai kapanpun.  Anda bisa memegang janji saya." Hingga pada akhirnya nyonya Lee menyerah, ia dengan tatapan sedingin es berkata jika  ia akan memegang janji Jaehyun sampai kapanpun.  Dan dengan paksaan sang suami, akhirnya nyonya Lee meminta pengacaranya untuk mencabut tuntutan perceraian keduanya.










.







Jaehyun memeluk tubuh Taeyong dengan erat, menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher sang istri. Menghirup aroma tubuh Taeyong lama.




Kepalanya terangkat, wajah keduanya sejajar dengan tangan Jaehyun yang melingkar di pinggang Taeyong. Satu tangannya dilipat sebagai bantalan kepala Taeyong.



"Aku bersyukur kau berada disini sekarang. Karena aku merindukanmu." Taeyong tersenyum, ucapan Jaehyun begitu manis sampai-sampai ia  tak bisa membedakan yang mana yang lebih manis, gula atau rayuan Jaehyun.





"Aku juga." Jaehyun terkekeh ketika Taeyong mengulum senyum di tatap dengan intens oleh suaminya sendiri.





"Kau cantik." Taeyong merasakan kedua pipinya memerah akibat rayuan Jaehyun yang satu ini.





"Kau penuh rayuan." Jaehyun kembali terkekeh, pelukannya semakin erat hingga tubuh keduanya bersentuhan. Saling menempel satu sama lain.




"Karena aku suamimu." Jaehyun mengusap pipi Taeyong yang kembali merona karena kalimat yang ia lontarkan.






"Bisa saja." Taeyong terkekeh saat Jaehyun mengecup keningnya, kemudian menuju pipi dan hidung lalu yang terakhir adalah bibirnya.





Membawa keduanya dalam sebuah ciuman memabukkan. Hingga tak sadar jika saat ini kedua tangan Taeyong sudah mengalung di leher Jaehyun.








.






.








.









The End..






Akhirnya short pic ini end fiuhhh...




Thank for all...








Vintage ✔[Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang