4. Makan Malam Dream

8 2 0
                                    

"Kalian tahu, gue tinggal di istana ini cuma sampai umur gue 6 tahun, sisanya gue sama Abang gue di asingkan ke Korea. Gila, kan?" Ael yang sedang menatap keluar kastil. Di luar sana terlihat banyak yang menantinya.

Jeno dan Jaemin duduk di kursi belajar Ael, Haechan merebahkan diri di kasur Ael, Renjun berdiri di sebelah Ael, dan Chenle duduk di sofa. Mereka hanya mendengar yang Ael keluhkan, karena mereka paham jika Ael sedang membutuhkan seorang pendengar bukan penasihat.

Suara ketukan pintu terdengar. Mereka langsung menatap pintu, pintu yang berlapiskan cat berwarna hitam. "Selamat Malam Pangeran Ael, saya sudah mempersiapkan kamar teman-temannya yang mulia," Ucap Alfeus.

"Paman, sudah ku katakan berapa kali, panggil aku Ael jika kau masih mau menjadi kesatriaku," Ancam Ael membuat seisi ruangan bergidik ngeri. "Kalian mau tidur sama gue apa tidur sendiri? Istana ini gede punya banyak kamar, dan terpisah," Ucap Ael.

"Gue tidur sama lo aja," Ucap Haechan dengan suara sedikit lantang. Haechan tidak senang tidur sendiri, bukan tidak suka melainkan kamar yang terpisah membuat dirinya tidak bisa menjahili member lain.

"Gue tidur di sofa aja," Ucap Renjun berjalan ke sofa.

"Gue sama Jaemin kamar lain aja," Ucap Jeno merangkul Jaemin.

"Gue ogah, sono tidur sama bantal!" Ucap Jaemin berlari ke kasur Ael.

"Chenle bobok di sini aja, cukup kok," Ucap Chenle.

"Mereka tidur di sini Paman, siapkan kasur ekstra," Ucap Ael membuat semua menghela nafas. Alveus meninggalkan kamar Ael dan menutup pintunya kembali.

Semua duduk dalam satu ranjang. "Keluar, yok! Cari makanan, gue enggak cocok sama makanan istana!" Ucap Ael membuat semua melotot.

"Gila lo!" Ael menutup telinganya karena semua berteriak. Ael tersenyum membuat semua pasrah. Senyum Ael terlihat sangat manis membuat semua pasrah dan menurut.

"Anak raja siaap, sih?" Tanya Chenle dengan menatap hal lain. Semua segera bersiap untuk pergi.

"Gue telepon Alveus dulu, lo pada siap-siap dulu. Tenang kali ini di temani pengawal," Ucap Ael lalu meninggalkan mereka semua.

Mereka menggunakan pakaian hitam seperti yang Ael sarankan. Tak lupa dengan topi dan masker untuk di pakai nanti. Dan yang sangat di untungkan di sini masih menghargai privasi seseorang bahkan seorang Pangeran yang berjalan-jalan di tengah kota sendiri pun tidak ada yang berani menghampiri karena hukum yang sangat ketat bagi negara ini.

"Udah pada siap? Kita jalan kaki aja. Biar kalian bisa menikmati kota," Ucap Ael. Mereka hanya menurut dan segera keluar dari kamar.

Saat menuruni tangga, Ael bertemu dengan Pangeran Axel. Ael tersenyum dan membungkukkan badan sedikit, semua mengikuti hal yang di lakukan Ael namun lebih condong seperti yang di lakukan di Korea.

"Mau kemana kalian semua?" Tanya Pangeran Axel melihat penampilan mereka yang terlihat santai-tidak seperti tinggal di istana.

"Kita mau makan malam di luar," Ucap Ael menatap mata Axel.

Axel diam dan melihat teman-teman Ael. Mereka terlihat sudah siap, "jangan larut. Bahaya, jika perlu sesuatu langsung hubungi istana," Ucap Axel lalu membuat senyum Ael mengembang.

"Makasih, kakak!" Ael memeluk Axel dengan erat. Axel membalas pelukan dan tersenyum. Memang banyak yang mengenal Axel sangatlah dingin, namun tidak dengan Anzen, Ael, dan orang tuanya. Dia sangat menyayangi keluarganya.

Pangeran Axel berjalan naik menuju kamarnya. Sedangkan mereka sudah berjalan kebawah. "Ini istana enggak ada lift apa gimana, sih?" Tanya Jaemin yang sedikit kelelahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Is The King?[NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang