1. Penobatan Pangeran Mahkota

26 6 0
                                    

Happy Reading!

Lantai kastil terlihat sangat mengkilap dengan marmer yang menempel di setiap sisi kastil tersebut. Kastil yang memiliki kesan kuno di zaman modern seperti ini. Pintu besar dengan ukuran 1×2,5 Meter membuat lelaki bertubuh tinggi itu takjup.

"Sudah 17 tahun aku tinggal di sini, baru di kasih izin aku masuk sini," ucap lelaki itu memegangi tembok yang begitu bersih dan dingin.

Lelaki itu terkejut saat melihat lukisan raja pertama kerajaannya. "Raja Herman. Kakek moyangku, tahun 1874-1965. Wow, dia sangat mirip denganku." Lelaki itu berpose seperti lukisan tersebut.

"Pangeran, sebaiknya anda segera berganti pakaian untuk menghadiri penobatan Pangeran Axel," ucap Alveus kepada Pangeran Ael-lelaki itu.

Ael berbalik badan dan melihat Alveus menundukkan kepala kepadanya. "Paman Alveus, jangan pernah menundukkan kepalamu kepadaku. Kau sudah tua! Usiamu 3 kali lipat lebih tua dariku!" Ucap Ael lalu berjalan menuju tangga yang berada di kastil itu di ikuti Alveus.

Kaki Ael lemas saat melihat banyak pakaian perang yang tersusun rapi di sana. Pantas saja Ael tidak pernah di beri izin memasuki ruangan ini. Mungkin jika Ael berada di ruangan ini sudah hancur semua.

"Good morning!" Teriak Ael mengejutkan semua orang yang ada di sana.

Raja Daren, Ratu Sarah, Pangeran Axel, dan Pangeran Anzén turut berada di sana. Pangeran Axel wajahnya menjadi kesal. Selalu, Ael membuatnya kesal.

"Lah, udah pada siap? Kenapa enggak bangunin aku lebih pagi!" Ael berjalan kearah ibunya yang sudah rapi dengan gaunnya.

Ibunya yang sudah berusia 48 tahun itu tersenyum melihat putra bungsunya. "Cepat gunakan pakaianmu!" Perintah Sarah kepada putra bungsunya. "Ingat! Jangan sentuh barang sejarah!" Peringat Sarah.

Wajah Ael menjadi lesuh. "Ibu, menyentuh saja masa tidak boleh?" Bujuk Ael dengan wajah memelas.

"Tidak!" Tegas Sarah lalu berjalan menuju meja makan panjang.

Anzén duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan. Seperti biasa mereka akan menunggu hingga meja lengkap. "Bu, besok aku sudah harus kembali. Ael juga harus kembali bersekolah dan besoknya ia harus datang kesebuah acara bersama teman-temannya." Ucap Anzén dengan bijak.

Wajah Sarah menjadi gusar. "Apa tidak bisa di tunda. Ibu sangat merindukan kalian," ucap Sarah.

Ael kembali dengan pakaian berwarna hitam. Ael tampak lebih simple dari pada yang lain, mungkin Ael lebih senang seperti ini. Dengan Jas berwarna hitam dipadukan kemeja putih dan rambutnya berwarna merah.

"Kalau bisa pasti aku ingin di sini, Bu. Tapi aku harus bertemu dengan para fansku," ucap Ael membuat seisi ruangan memutar bola mata mereka.

"Baiklah, biarkan ibu mengantarkan sampai asramanmu," ucap Sarah. Ael tidak menolak karena itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

---

Aula kerajaan tampak sangat ramai dengan kabinet kerajaan dan tamu undangan dari berbagai negara yang berada di dunia untuk menjadi saksi pelantikan Putra Mahkota-Pangeran Axel.

Ael dan Anzén sudah berada di kursi mereka. Raja Daren berada di tengah, ratu Sarah berada di kursi khusus perempuan yang berada di ujung barat.

"Kak, aku mulai bosan," Ael berbisik kepada Anzén. Begitulah kehidupan Ael, hidup terpisah membuat kehidupan formalnya sedikit terganggu. Sedikit membosankan baginya untuk melakukan kehidupan formal, biasanya saat datang di acara award tidak se-formal ini, karena masih ada hiburan dan grup lain.

Who Is The King?[NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang