Prolog

162 42 25
                                    

Oke, cerita ke dua ku kali ini cukup beda ya. Mohon dukungannya, terimakasih.

HAPPY READING.

New york, Amerika serikat.

Pesawat yang ku tumpangi baru saja mendarat tepat di  Bandar Udara Internasional John F. Kennedy. Setelah bebapa hari berperang dengan keadaan di negara asalku aku memutuskan untuk mengejar cita-cita ku di sini.

Aku menghela nafas sejenak menatap lamat bangunan dengan nuansa elegan yang berdiri kokoh di depanku. Dengan langakah pelan aku mengiring koporku menuju pintu utama rumah ini berharap aku di sabut oleh pelukan hangat Ayah.

Tapi yang ku harapkan tidak terjadi, kaki ku kaku aku menganga tidak percaya setelah apa yang barusan ku lihat. Sesuatu di dalam diri ku berteriak untuk menghentikan aksi gila yang di lakukan ke dua makhluk yang berdiri di depanku.

Sumpah demi apapun kenyataan ini benar-benar menghantamku pada kenyataan bohong jika aku mengatakan baik-baik saja,bisa kalian pikirkan sendiri 'kan anak siapa yang tak sakit hatinya jika kedatangannya di sambut oleh hal yang membuatnya merasakan pengkhianatan.

Oke, stop. Tidak ada gunakan aku di sini, aku berusaha melangkahkan tungkai ku yang lemas menjauh dari rumah yang kata ibuku–tempat ternyaman setelah rumah kami yang ada di jakarta. Tapi pada kenyataannya ini sama seperti di neraka, mendapati Ayahku bermesraan dengan seroang wanita yang bukan ibuku.

Aku berjalan menyusuri trotoal jalan sembari menghapus air mataku yang sialnya tak kunjung meredah bahkan aku tidak perduli lagi dengan penampilanku yang sudah acak-acakkan.

Karena sudah lelah berjalan jauh, akhir aku duduk di pinggir jalan ini. Aku sama sekali tidak berpikiran untuk kembali ke rumah itu–hanya untuk menginap semalam saja dan kembali ke indonesia tentunya.

Apa yang harus aku katakan pada Ibu jika aku harus kembali tanpa membawa rasa bangga. Di keadaan seperti ini aku malah teringat Ibu. Ya aku membutuhkan Ibu tapi tak mau mengecewakannya.

Sepertinya alam sangat berpihak atas apa yang ku rasakan hari ini. Hujan tiba-tiba menguyur tubuhku hanya berbalut blouse navy dan celana berbahan kain berwarna hitam. Aku manangis sejadi-jadinya kala melihat foto yang baru saja ku keluarkan dari tas selempangku.

Senyum manis Ibu ku tercetak jelas di sana tapi satu sosok yang ada di dalam foto itu membuatku merasakan hancur dalam hitungan detik kala aku menginjak kaki di negara ini. Dengan kesal aku merobek sisi bagian kiri foto tersebut dan menyisakan aku dan Ibu dalam foto itu.

Sekian dulu prolognya.

Kita next ke part satu ya:)








IM's Life JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang