Prologue

1.1K 98 2
                                    

Seorang anak kecil duduk dibangku di taman itu sambil terlihat murung. Ia melihat kearah anak-anak kecil lain yang sedang tersenyum sambil bermain-main. Ia mengayunkan kakinya.

"Wooseok? Kenapa tidak mau ikut main, nak?" tanya seorang wanita yang bernotabene guru dari anak tadi bernama Wooseok.

"A-aku..." Wooseok menunduk sambil gemetar sedikit.

"Tidak apa, apa kau sudah dijemput? Kalau kau masih menunggu, kau bisa main dengan mereka." kata gurunya dengan senyuman.

Wooseok itu masih berumur 8 tahun. Dia seharusnya sudah punya banyak teman di lingkungan, sekolah maupun rumahnya. Bukannya dia tidak mau berteman, tapi dia takut.

Wooseok mendekat kearah teman-temannya yang sedang bermain dengan gembira. Namun mereka berhenti ketika Wooseok mendekat sambil memberikan pandangan takut dan benci kearah Wooseok.

"Lihat! Itu anaknya!" teriak seorang anak.

Wooseok berhenti. Ia sudah tau reaksi teman-temannya. Lalu ia melihat seorang anak kecil yang juga melihat kearahnya dengan tatapan sayu.

"Wooseok!"

Ia menoleh, mendapati ibunya yang melambai-lambaikan tangannya dengan senyumannya.

Wooseok segera mengambil tasnya lalu berlari kearah ibunya.

"Bagaimana dengan hari ini, nak?" tanya ibunya dengan halus.

"Baik-baik saja, aku bersenang-senang selama pariwisata tadi." kata Wooseok datar.

Sebenarnya, Nyonya Kim selalu khawatir dengan Wooseok. Anak semata wayangnya itu sangat dingin dan pendiam. Wooseok bahkan tidak punya teman.

"Wooseok?"

"Ya?"

"Apa.. ada yang mengganggumu?" tanya ibunya pelan.

Wooseok hanya diam. Ia menunduk. Sebenarnya, ibunya sudah tau kalau ada kelebihan lain yang ia punya dari Tuhan berikan. Ia hanya tidak ingin ibunya khawatir.

"Apa... ada yang nakal dengan Seokie?" tanya ibunya.

"Mereka menggangguku, ibu." kata Wooseok sambil menunduk.

Ibunya tersenyum. Mobil itu berhenti ketika lampu merah menunjukkan dirinya.

"Apa yang mereka lakulan kepadamu?" tanya ibunya.

"Mereka menggodaku terus seperti kakak," kata Wooseok. "lalu menampakkan diri mereka yang menyeramkan."

Ibunya tersenyum, "mereka hanya ingin bermain denganmu dan berpikir kalau kau adalah anak yang menyenangkan."

Wooseok hanya diam. Apa benar, mereka hanya ingin bermain dengannya?

~•~

Tahun-tahun berlalu. Sekarang Wooseok berumur 18. Ayahnya meninggal karena penyakit kanker dan sekarang hanya ia dan ibunya.

Ia tumbuh menjadi anak yang pendiam dan dingin. Ia tidak punya teman. Setiap harinya hanya ia habiskan berbicara sendiri dengan para temannya.

Wooseok sekarang duduk di bangku SMA. Murid dikelasnya menjauhinya setelah mereka tau kalau Wooseok bisa melihat, dan Wooseok sepenuh-nya tidak masalah dengan hal itu.

Ia duduk di kursinya, lalu bermain dengan handphonenya. Tiba-tiba hawanya dingin. Ia menoleh dan mendapati ada seseorang manis yang duduk didepannya sambil tersenyum.

"Ada apa?" tanya Wooseok lalu mengunci HPnya.

"Kau sudah menemukan kekasih? Sibuk banget sama handphonenya." kata Byungchan— sosok hantu didepannya tadi.

"Jangankan, punya temen aja enggak." Wooseok masih melihatnya dengan tatapan datar.

Byungchan awalnya mau mendobrak meja Wooseok, untungnya ia tahan, meski harus dilihat oleh anak-anak lain yang menatapnya aneh.

"Jangan didobrak, tar gue yang disalahin." kata Wooseok.

"Biarin! Lo nggak nganggep kita temen." kata Byungchan yang berhasil membuat Wooseok diam.

Ia duduk kembali dan memainkan jari-jarinya. Ia merasa bersalah. Apa benar sebenarnya ia tidak mempunyai teman? Lalu siapa Byungchan dan teman-temannya?

run away.

run away↪seunseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang