6: I'll be Your Friend

388 64 12
                                    

Setelah beberapa hari opname di rumah sakit, akhirnya Seungwoo di-perbolehkan pulang ke rumahnya. Ia juga sudah masuk sekolah dan dia adalah kakak kelas Wooseok.

Tapi, Wooseok tau, sebenarnya Seungwoo tidak mengenalnya.

Ya, beberapa kali Wooseok menyapa-nya terlihat kalau Seungwoo sering kaku seperti baru pertama kali kenal. Atau memang seseram itu Wooseok?

Hari-harinya menjadi membosankan. Bahkan sudah tidak ada yang berani mengganggunya lagi, entah kenapa.

Semuanya seperti menghindar darinya, kecuali Byungchan. Anak itu memang setia kawan dengan Wooseok.

Wooseok melangkahkan kakinya ke rooftop. Namun ia mendengar suara beberapa orang disana. Ia membuka sedikit pintu rooftop dan mendapati Seungwoo dan Seungsik disana.

Sebentar, kenapa mereka disitu berdua?

Karena keingintahuan Wooseok, ia menguping sambil sesekali mengintip.

"Kenapa? Apa aku terlalu membosan-kan?"

"Ani Sik, dengarkan—"

"Kau berselingkuh lagi?"

Mata Wooseok membulat. Apa mereka sebenarnya ternyata sepasang kekasih? Apa itu alasannya Seungsik ingin bekerjasama dengannya, agar ia dapat membangunkan kekasihnya?

"Tidak Sik, kau tahu, kita sudah kelas 12, dan ujian kelulusan sudah semakin dekat, ibuku menyuruhku untuk mengakhiri hubungan kita. Sebenarnya, aku juga nggak rela, tapi ini demi nilai kita Sik."

"Aku berjanji akan memperbaikinya nanti."

"Hiks.."

Wooseok dapat mendengar suara tangisan Seungsik.

"Mari kita nggak pernah ketemuan lagi." kata Seungsik dan berjalan pergi.

Wooseok panik. Ia berjalan kembali dan berjalan normal, seakan ia baru saja datang. Seungsik tidak sengaja menabrak bahunya sedikit, tapi Seungsik benar-benar membiarkan-nya dan tetap berlari.

Wooseok membuka pintunya dan melihat Seungwoo duduk di bangku yang ada di rooftop.

Ia mendekatinya perlahan dan menepuk pundaknya. Seungwoo pun menoleh.

"Kau.. tak apa-apa?" tanya Wooseok, tapi Seungwoo hanya diam.

Tanpa ijin, Wooseok duduk di sebelahnya.

"Kau tidak ingin makan?" tanya Wooseok dan perlahan membuka bekalnya.

"Tidak berselera." jawab Seungwoo, dingin.

Wooseok hanya diam dan tidak menanyakan lebih lagi. Ia mulai makan sambil melihat kearah kotaknya.

"Apa kita.. pernah bertemu sebelumnya?" tanya Seungwoo.

Wooseok berhenti. Sebenarnya dia mau bilang kalau dia pernah bertemu jiwanya, tapi Seungwoo tidak boleh tau. Apapun alasannya.

Wooseok menggelengkan kepalanya, "tidak-tidak, kita baru bertemu disekolah."

Seungwoo mengangguk, "aku.. selalu melihatmu sendirian, apa kau.. punya teman?" tanyanya.

Wooseok hanya diam. Ia melanjutkan makannya. Tidak tau mau menjawab apa.

Seungwoo berbalik dan menghadapnya.

"Aku akan menjadi temanmu."

~•~

Wooseok berjalan menyusuri lorong lantai tiga.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan ia adalah orang yang terakhir keluar. Mungkin.

Ia turun ke lantai dua dan memegang tasnya yang ia gendong. Langkahnya berhenti ketika ia mendengar dentingan lagu dari ruang musik.

Nada-nada dari piano itu memainkan lagi masa kecil Wooseok. Lagu favorit-nya saat ia masih kecil.

Ia menoleh. Pintu ruang musik terbuka sedikit. Ia dapat melihat seseorang sedang duduk disana sambil memainkan piano berwarna hitam itu.

Wooseok diam. Memandangi sosok itu memainkan pianonya sambil mendengarkan lagu itu. Tak sadar ia bernyanyi sedikit.

Itu.. lagi favorit Wooshin juga.

Dentingan itu berhenti, otomatis Wooseok ikut berhenti bernyanyi. Ia dapat melihat sosok itu menoleh. Ia tersenyum, satu matanya bolong dan mengeluarkan darah, satu tangannya putus, namun sosok itu masih setia tersenyum.

"Tolong... cari.. dalangnya." kata sosok itu.

"Wooseok!"

run away

run away↪seunseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang