3: Why Is He Here?

446 70 3
                                    

Wooseok menunggu ibunya untuk menjemputnya karena hari ini ibunya baru saja mendapatkan cutinya. Ia memainkan handphonenya sambil membaca berita yang ada di SNS.

Klakson mobil terdengar. Ia menoleh dan mendapati mobil ibunya disana. Ia meninggalkan lapangan sekolah dan masuk ke mobil berwarna putih merk keluaran terbaru itu, lalu mobil itu keluar dari area sekolah.

~•~

Seungwoo baru saja ditinggal sendiri oleh Wooseok yang sudah pulang lebih dulu. Ingatannya tiba-tiba menuju gambaran Wooseok tadi siang.

"OH KALIAN DISINI TERNYATA!" teriak Byungchan.

Kedua orang tadi menoleh. Lalu Wooseok dapat mendengar suara bel berbunyi. Ia membereskan bekalnya dan pamit kepada dua orang tadi, lalu dengan cepat kembali menuju kelasnya.

"Lu apain tadi?" tanya Byungchan lalu duduk di kursi sebelah Seungwoo.

"Ngomong biasa, napa?" Seungwoo menoleh kearahnya. "sempat tanya masa lalu dia sih, tapi dia belum jelasin ke gue."

Byungchan menghela nafasnya, "gue wakilin."

"Ha?"

"Gue bakal nyeritainnya, gue temenan sama Wooseok dari dia kelas 10." Byungchan memeperjelas kalimatnya.

"Tapi gue nggak pernah lihat dia." Seungwoo menatapnya heran.

"Makanya keluar dari zona nyaman lo!" kata Byungchan dan Seungwoo tersenyum kecut.

"Jadi gini," Byungchan menghela nafasnya. "Wooseok dari dia lahir udah bisa ngeliat, makanya dia nggak punya temen di kehidupan nyata. Dia nganggep kita more than friends, tapi gue lupa sebutannya. Dia selama ini tuh diem banget, tapi kalau ketawa manis banget gilaa."

"Wooseok itu.. udah ditinggal sama saudara kembarnya. Saudara kembarnya tuh diculik dan dibunuh, tapi sampai sekarang belum ketemu jasadnya dimana. Yang gue kasian tuh, bahkan mereka belum banyak momen mereka. Wooseok sekarang 18 tahun dan dia udah 13 tahun nggak sama saudaranya. Kasian ya? Makanya dia nggak punya teman."

"Siapa nama... kembarannya?" tanya Seungwoo.

"Wooshin, Kim Wooshin namanya."

~•~

Wooseok menatap buku matematikanya bingung ketika ia mendapatkan jawaban desimal, ketika seharusnya jawabannya bilangan asli. Apa tidak ada jawaban yang cocok?

Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan dari arah pintunya. Ia menoleh dan pintu itu terbuka dan menunjukkan sosok ibunya.

"Makan malam sudah siap." kata ibunya lalu meninggalkannya.

Wooseok berdiri. Ia berhenti ketika ia melihat post it yang tertempel di sebelah bukunya. Ia mengambil post-it itu dan membacanya.

"Bawakan aku makanan juga!"

Wooseok menoleh kesana-sini dan tidak menemukan siapa-siapa. Ia menggeleng-geleng dan berjalan keluar untuk makan malam.

Wooseok duduk di kursi seberang ibunya dan mulai makan. Hening. Tidak ada yang mau membuka percakapan.

"Bagaimana harimu?" tanya ibunya.

"Baik, seperti biasa." jawab Wooseok.

"Mereka... mengganggu lagi?" tanya ibunya hati-hati.

Wooseok menggelengkan kepalanya, "mereka sedang baik hari ini." katanya.

Lalu hening lagi.

"Ibu.." panggil Wooseok halus. Ibunya menoleh dan menatap anaknya.

"Dimana Wooshin?"

Ibunya diam, lalu mengeluarkan batuk kecil.

"Kenapa kau menanyakan itu?"

Wooseok menggeleng, "aku hanya ingin tahu, apakah ada yang ibu sembunyikan dariku?"

Ibunya diam dan tersenyum, "ibu tidak bisa bilang seperti apa, kita tunggu polisi saja ya?"

Wooseok menghela nafasnya. Ibunya selalu saja seperti itu.

~•~

Wooseok masuk kedalam kamarnya lalu menemukan sesosok familiar sedang tiduran dikasurnya dengan senyumnya yang khas.

"Kamu... kok bisa disini?" tanya Wooseok dan menutup pintunya.

Sosok itu hanya tersenyum, "bisa dong! keren kan?"

Wooseok menghela nafasnya, "kamu toh yang ternyata minta makan, Woo."

Seungwoo mengangguk, "eh tapi kan gue nggak bisa makan, napa gue minta makan ya?" tanyanya kepada dirinya sendiri sambil menggaruk kepalanya yang pasti tidak gatal.

Wooseok menepuk jidatnya. Kenapa sih, dia ketemu hantu bobrok macem Seungwoo?

run away.

run away↪seunseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang