10b1: Friends

457 41 3
                                    

A month after the incident..

Wooseok membuka matanya. Ia duduk dikasurnya. Sudah sebulan dia terkurung disebuah kamar di rumah sakit jiwa. Setelah Seungwoo dimakamkan, Wooseok lebih suka mengurungkan diri dikamarnya. Ia sering mengiris tangannya dengan cutter dan berteriak sendiri.

Wooseok merasa kesepian setelah Seungwoo meninggalkannya. Untungnya, ada dokter yang menangani Wooseok, yaitu Jinhyuk, yang menjaganya seperti keluarganya sendiri.

Wooseok mengucek matanya lalu membereskan kasurnya. Ia menatap kearah jendela lagi dan menghela nafasnya.

Kenapa ia masih disini lagi?

Wooseok menggelengkan kepalanya lalu berjalan menuju lemarinya untuk mengambil bajunya.

"Selamat pagi Kim Wooseok!" teriak Jinhyuk girang ketika membuka pintu kamar Wooseok, membuat yang memiliki kamar melompat kecil kaget.

"Hyuk, masih pagi loh." kata Wooseok sambil menutup lemarinya.

"Hehe, nggak apalah, gue kira lu masih tidur~" kata Jinhyuk. "mandi ya? Gue ambilin sarapan lo."

Wooseok mengangguk. Ia menatap Jinhyuk pergi sebentar dan menghela nafasnya. Ia masuk kekamar mandi dan membersihkan dirinya, lalu memakai bajunya setelah ia selesai. Tepat saat itu juga Jinhyuk masuk dengan nampan dengan piring berisi makanan.

Seperti biasa, Wooseok akan duduk dikasurnya dan mengambil makanan, sedangkan Jinhyuk akan menunggunya sambil saling membagikan cerita.

Wooseok mulai makan dan Jinhyuk hanya menontonnya makan. Lucu sekali, menggemaskan.

"Kenapa murung banget hari ini?" tanya Jinhyuk sambil mengelus kepala Wooseok.

Wooseok menggelengkan kepalanya, tapi masih tetap membuka mulutnya untuk berbicara.

"Kenapa... gue masih disini?" tanya Wooseok pelan.

Jinhyuk memberikannya senyuman kecil, "of course, kamu harus disini sampai kamu sembuh total."

Wooseok hanya diam lalu lanjut makan makanannya. Jinhyuk menghela nafasnya, "kamu belum nemu temen?" tanya Jinhyuk.

Jinhyuk sudah tau kalau Wooseok bisa melihat hal-hal sejenis hantu, dan tidak jarang untuknya membahas mereka.

Wooseok menggelengkan kepalanya, "belum, gue cuma punya lo, Byungchan, dan mama."

Jinhyuk menaikkan alisnya, "Byungchan pernah kesini belum?"

Wooseok menggeleng lagi, "dia nggak bisa kesini, dia udah kekurung disekolah."

Jinhyuk agak speechless. Itukah alasannya dia bilang dia nggak punya siapa-siapa selain ibunya, Byungchan, dan dirinya?

Ah, ada satu orang lagi yang belum Jinhyuk sebutkan. Tapi ia takut kalau nama itu akan memicu Wooseok untuk bertambah sakit dan tambah mengingat sosok itu.

Ya, Seungwoo dan Wooshin.

Well, jujur saja. Dia masih sering menyebut nama Wooshin dan itu baik-baik saja di Wooseok. Tapi Seungwoo? Dia adalah alasan kenapa tanthophobianya bisa tumbuh didalam dirinya.

"Hyuk?" panggil Wooseok dan meletakkan piringnya, meraih gelasnya untuk minum.

Lamunan Jinhyuk terbuyarkan ketika Wooseok memanggil nama itu, "lo.. nggak apa-apa?"

Jinhyuk tersenyum dan mengganguk, "iya, gue nggak apa-apa, lo mau apa?"

"Jalan-jalan yuk."

"Sure, finish your meal first okay?"

~•~

Wooseok akhirnya jalan-jalan, keluar dari kamarnya yang mengurungnya selama sebulan ini.

Ia berlarian kesana kesini ditaman, dengan Jinhyuk tertawa melihat kelakuan Wooseok, persis seperti Rapunzel yang baru keluar rumah setelah dilarang sama ibu tirinya.

"Seok, seru banget ya?" tanya Jinhyuk dan duduk disebelah Wooseok ketika Wooseok duduk kecapekan.

Wooseok mengangguk semangat, "iya! Hari ini cerah banget!"

"Bener juga." Jinhyuk ikut bersender kekursi taman lalu melihat kearah langit.

"Kamu kangen Seungwoo?"

Untuk pertama kalinya, Jinhyuk dengan berani menyebut Seungwoo didepan Wooseok.

Nyatanya, Wooseok mengangguk dengan senyum yang tidak luntur dari wajah cantiknya, "kangen banget, sumpah, banget."

"Kenapa lo senyum? Tumben nggak sedih?" tanya Jinhyuk.

"Gue udah ngerelain Seungwoo, mungkin," Wooseok menegakkan badannya sebelum bersender lagi. "hanya saja, gimana gue ngelihat kak Seungwoo disakitin sama Wooshin, masih kesimpen di otak gue."

"Kak Seungwoo waktu itu kelihatan kesakitan banget, banyak goresan dan darah yang kelihatan dari badannya, gue nggak tega, h-he doesn't deserve that."

Jinhyuk sudah kenal ketika Wooseok mulai terbata-bata. Ya, Wooseok menangis.

Ia menarik Wooseok ke pelukannya dan menenangkannya.

"Shh.. udah nggak apa-apa, sekarang, Kak Seungwoo bahagia, kan?"

Wooseok mengangguk, "gue harap, ya."

Jinhyuk tersenyum, "gue ambil jaket buat lo ya, habis gitu gue kesini lagi."

Wooseok mengangguk dan akhirnya Jinhyuk pergi mengambil jaket yang lebih mungil.

Wooseok menutup matanya, mencoba menenangkan dirinya.

Namun, ia mendengar suara anak kecil tertawa. Ia membuka matanya dan mendongak. Ia dapat melihat ada 3 anak bermain-main disana.

Satu dari tiga anak itu menabrak kaki Wooseok. Anak itu mengaduh dan jatuh, Wooseok jadi tidak tega.

Ia membantu anak itu berdiri, "k-kamu nggak apa-apa?"

Anak itu mengangguk semangat, "iya aku nggak apa-apa!"

"Wah siapa nih, Do? Kok nggak ngenalin ke Junnie?"

"Iya nih, Pyo kan jadi pengen tau juga!"

"Dodo nggak sengaja nabrak kakak ini tadi! Aduh maaf ya kakak.." kata anak bernama Dodo— lebih tepatnya Dohyun sambil menunduk.

Wooseok memberikan tertawa kecilnya, "nggak apa-apa, sudah kalian main lagi sana."

"Aku Dohyun kak!"

"Hyungjunnie,"

"Aku Dongpyo, tapi panggil aja Pyo!"

Wooseok tersenyum melihat kegemasan mereka. Tapi ia baru menyadari sesuatu. Ketiga anak itu memakai piyama khas rumah sakit biasa, tapi mereka terlihat baik-baik saja. Apa mereka...?

run away sequel, to be continued..

haii !! akhirnya karena tiba-tiba otakku mengeluarkan sebuah ide, akhirnya aku bikin sequelnya.

spoiler aja, di sequel ini akan ada banyak momen antara weishin dan seuncat. tapi aku akan coba perbanyakin seuncat karena aku sendiri kangen seuncat:'))

sequel ini nggak bakalan banyak chapternya, but i hope kalian enjoy bacanya. tysm !! <3

run away↪seunseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang