4: You

421 72 3
                                    

Wooseok masuk kekelasnya dan duduk dibangkunya. Seperti biasa, pasti murid-murid akan berbicara tentangnya.

Dia mah cuma main hape doang. Setiap hari nunggu bel masuk kalau nggak ngelanjutin pr ya main hape. Dan dia emang sudah terbiasa buat ansos gitu.

ansos = anti sosial.

Byungchan duduk didepannya. Wooseok noleh dan ngeletakin hapenya.

"Udah sarapan?" tanya Byungchan, dan Wooseok cuma ngangguk doang.

"Ih jangan bilang lo belum sarapan?"

"Udah, Chan, tenang aja." Wooseok tertawa kecil melihat wajah Byungchan yang panik.

"Ya abis, lo kan nggak kebiasa buat sarapan," kata Byungchan. "lagian napa sih, kok keliatannya garang banget?"

"Bukannya kata anak-anak gue gini mulu ya?"

"Hehe emang sih."

Wooseok menggeleng-gelengkan kepalanya, "by the way, gimana ceritanya kok Seungwoo bisa ke rumah gue? Bukannya daerahnya dia cuma di sekolah?"

Byungchan menatap Wooseok bingung. Lalu beberapa detik kemudian ia mengangguk paham.

"Ada ceritanya sih, tapi habis ini bel, tar aja ya pas istirahat!"

Byungchan berdiri, lalu menghilang dan benar saja, bel berbunyi.

~•~

Kreett..

Wooseok membuka pintu rooftop yang pada dasarnya memang pintu itu sudah sedikit rusak.

Sekolahnya sudah tua, nggak heran kalau dia bisa ngelihat banyak yang berkeliaran disekolah. Apalagi arwah anak kecil yang dulu emang pernah jadi tempat panti asuhan.

Awalnya rumor yang paling terkenal tentang sekolahnya itu kalau sekolahnya rumah sakit dulunya. Wooseok bisa ngelihat banyak suster ataupun dokter yang berkeliaran. Kadang Wooseok ngeliatnya mereka masuk ke ruang guru dengan cara tergesa-gesa.

Walaupun gitu, Wooseok juga belum sepenuhnya ngelihat semua penunggu sekolahnya.

Lamunan Wooseok terbuyar ketika ada dua orang yang masuk. Ternyata ia sudah memakan setengah dari kotak makan yang diberi ibunya.

"Seok, you okay?" tanya Byungchan.

Wooseok menoleh, disana ada Byungchan dan Seungsik. Tunggu, Seungsik?

"Y-yeah, i'm okay," kata Wooseok lalu mengangguk. "and-"

"Kang Seungsik, mungkin kau sudah mengenalku, just in case." katanya dengan senyuman hangat.

Wooseok mengangguk, "Kim Wooseok." katanya lalu melihat kearah dua orang itu.

Seungsik itu sunbaenya Wooseok satu tahun. Jadi Seungsik kelas 12, dan dia itu manusia biasa. Tapi Wooseok kaget waktu ngelihat Seungsik sama Byungchan. Bukannya orang itu nggak punya sixth sense?

"Kemarin Seungwoo ngomong apa?" tanya Byungchan tiba-tiba.

"Kenapa emang?" tanya Wooseok balik.

"Nggak ada apa-apa sih, kita cuma pengen tahu aja, mungkin ada yang salah." kata Seungsik sambil duduk disebelahnya.

"Hmm.. dia ceritain gimana dia pergi sih," kata Wooseok sambil menutup makanannya yang tiba-tiba nggak nafsu. "dia bilang, dia jatuh dari situ gara-gara didorong sama temennya." lanjutnya sambil menunjuk pembatas rooftop.

"Ternyata beneran ada yang salah, hyung." kata Byungchan.

"Hmm.. begini," Seungsik menghela nafasnya. "bagaimana ku memulainya?" tanyanya gugup.

"Sebenarnya, keadaan Seungwoo jauh dari katanya seperti itu," Byungchan membuka mulutnya, menggantikan Seungsik. "dia sebenarnya nggak dibunuh sama temennya."

"Tapi dia masih hidup, Wooseok."

~•~

Wooseok memasuki bus dan duduk dikursi paling belakang. Ia menyalakan lagu dari hapenya, dan terdengar musik setelah ia menggunakan earphone nya.

Bus hari ini sepi. Wooseok pulang setengah 6 karena rapat yang diadakan OSIS.

Wooseok menutup matanya lelah. Ia menghela nafasnya.

Namun tiba-tiba ia merasakan berat di pinggang sebelahnya. Ia membuka matanya perlahan. Ia menoleh dan mendapati seseorang disana.

Seungwoo.

Ia tersenyum kecil, lalu mengusap halus rambut berwarna hitamnya itu. Dan Seungwoo terasa sangat asli.

Kalau kamu masih hidup dan bisa berkeliaran disini, kenapa Wooshin tidak?

run away.

hai gais!

maafkan kalau cerita ini belibet dan agak susah dipahami🙁 tapi aku akan bikin cerita ini gampang dipahami.

run away↪seunseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang