Part 10🌺

36 5 2
                                    

Holla🌹

Im back

Ada yang menunggu cerita ini? Pasti tidak kan:v










Aku belajar mengikhlaskan apa yang terjadi saat ini. Termasuk kamu!

*****

Claris turun dari sepeda dan memarkirkan sepedanya sesuai dengan tempat yang seharusnya. Sesekali gadis itu merapatkan switer merah muda yang sedang ia kenakan. Karena pagi ini udara lumayan dingin.

Claris berjalan santai, beradaptasi dengan lingkungan taman yang kini ramai dikunjungi. Ia memilih duduk didekat danau, semilir angin membuat Rambut yang ia gerai ikut berterbangan.

Claris menghela napas, hidupnya kini terasa sepi tanpa adanya sandaran hidupnya, tidak lebih tepatnya sandaran hatinya.

"Arka gue kangen" lirih Claris dengan tatapan lurus menatap air danau yang saat ini tenang.

Arka. Lelaki itu sudah jarang mengunjungi rumah Claris, walau hanya sekedar mengajaknya main atau mampir sesaat. Claris tertawa hambar ketika ingatannya jatuh dimana saat lelaki itu selalu mengajaknya jogging disiang hari.

Hal gila, tapi mampu membuat gadis itu Rindu.

Claris terkejut saat percikan air mengenai kulitnya. Gadis itu memutar kepalanya, wajahnya terlihat kesal karena mendapati cengiran tanpa dosa yang dikeluarkan oleh seseorang dihadapannya.

"Lo ngapain sendirian disini?" Tanya seseorang yang kini sudah ikut duduk disamping Claris.

"Kepo" ketusnya.

Seseorang itu malah menatap Claris dengan lekat, membuat gadis itu sedikit risih. "Lo..lo ngapain liatin gue kek gitu?"

"Jangan-jangan lo mau bunuh diri ya, iya 'kan" dengan senang hati Claris memukul lengan orang yang ada disampingnya.

"Mulut lo, Dev asal nyerocos bisa nya" kesal Claris. Dev hanya tertawa melihat wajah kesal Claris. Sepertinya membuay gadis itu kesal kini sudah menjadi hobinya.

"Lagian sendirian disini, ngelamun. kek ga ada tujuan hidup lo"

"Sialan lo, tujuan hidup gue ya bertemu seokjin kesayangan gue" ucap gadis itu dengan semangat.

Lelaki disampingnya hanya mendesis. "Halu lo jangan ketinggian Ris, bahaya" nasihat Dev yang membuat Claris meliriknya tajam.

"Otak lo tuh bahaya, makin lama makin ga bener, Dev"

"Hati lo tuh bahaya, makin lama makin luka ngeliat tetangga bermesraan" ledek Dev yang spontan mendapat tamparan lembut nan lembut dari Claris dilengannya. Dev yakin lengannya pasti merah atau membiru.

"Gila sakit banget, sumpah ga bohong, sumpah tenaga lo kuli Ris" Claris hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan alay Dev.

Detik selanjutnya, mereka sama-sama terdiam, memikirkan urusannya masing-masing. Entah urusan hati atau hal lain.

Dev sesekali mencuri pandang untuk menatap wajah cantik Claris. Dev baru sadar jika gadis disampingnya ini memiliki wajah yang lumayan cantik dan mata teduh yang menenangkan.

"Apa lo?!" Kesal Claris ketika mendapati Dev yang sedang memandang dirinya. "Cantik ya gue, makanya lo terpesona" ucapnya dengan ceria, seraya mengibaskan rambutnya. Membuat Dev memalingkan pandangannya.

Dev menyesal telah memuji gadis dengan tingkat pede yang sangat tinggi, seperti Claris ini.

"Mau muntah gue dengarnya, lo cantik kalo diliat diujung monas, Ris" Claris memberenggut kesal, Dev tetaplah Dev. Lelaki yang menyebalkan.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, sembari melempar kerikil kedalam danau yang kini airnya sudah tak setenang awal. Seperti hatinya yang sudah terguncang hebat karena  cinta yang tak terbalaskan.

Dev menatap Claris yang kini sudah berdiri dari duduknya.

"Mau kemana?" Tanya Dev kemudian ikut berdiri.

"Kemana aja yang penting, ga ada orang gila kek lo" setelah itu Claris melangkah pergi menjauh.

"Orang gila ini bisa buat lo lupa dengan luka yang lo rasain, tanpa lo sadar, Ris"

********

Claris terus melangkahkan kakinya, sampai di area parkir, ia kembali menaiki sepedanya lalu mengayuhnya. Meninggalkan area taman, ia terus menyusuri jalanan kota tanpa tau kemana tujuannya pergi.

Gadis itu mengembangkan senyumnya ketika sepedanya melewati pekarangan rumah Arka. Namun senyum indah gadis itu luntur ketika mendapati Michel dan Arka yang tengah bersenda gurau diteras rumah besar Arka.

Lagi lagi hati Claris dipaksa untuk kuat seolah tak terjadi apapun walau gadis itu sangat ingin berteriak saat ini. Niatnya untuk mampir kini Claris urungkan ketika melihat kebahagiaan yang tersirat diwajah Arka.

"Bolehkah ku benci takdir, takdir yang hanya mempertemukan tanpa menyatukan kita. Ah rasanya gue terlalu egois, jika berpikir seperti itu." Claris hanya memandang kedua sejoli itu dengan senyuman. Senyuman penuh luka.

Setelah itu Claris menjalankan sepedanya menjauh dari rumah Arka, karena ia tak mau menganggu kebahagiaan lelaki yang amat ia sayangi.

Claris hanya berdoa semoga takdir selanjutnya tidak akan sesakit ini. Sudah cukup ia menyiksa dirinya sendiri, karena perasaan sepihak ini.

Harusnya dari awal Claris mengubur dalam-dalam rasanya.

Claris menghentikan laju sepedanya dan menaruh sepeda itu digarasi. Ia melangkahkan kakinya tanpa senyum, membuat Rey yang sedang menyiram bunga menatapnya heran.

Padahal sebelum keluar adiknya ini baik-baik saja, kenapa sudah kembali menjadi seperti ini, seperti mayat hidup saja.

"Muka lo kucel amat" ledekan yang biasa dihadiahi tinjuan, kini tidak. Claris mengabaikan perkataan Rey dengan terus melangkah masuk kedalam meninggalkan Rey dengan wajah herannya.

"Kesambet kah tuh orang" monolog Rey yang terus menyirami bunga dengan selang. Dan bersiul.

Claris menutup pintu kamar dan menguncinya. Gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur bermotif kartun itu.  Matanya mulai memburam, dan cairan bening keluar begitu saja.

Gadis itu mengigit bibirnya, guna memelankan isakannya agar tak terdengar oleh yang lain.

"Arka boleh gue egois?" Tanyanya dengan tatapan lurus kedepan seolah ada Arka disana.

"Gue ingin egois, tapi itu terlalu kejam untuk gue lakukan. Karena lo ga akan ngerasa bahagia karena ke egoisan gue nantinya"

Claris memejamkan matanya, menetralkan napasnya yang tersenggal akibat tangisnya. Gadis iru membuka matanya kembali.

"Gue akan coba ikhlas" ucapnya sembari menghapus sisa air mata.

Ia sudah bertekad mengikhlaskan semua yang terjadi saat ini. Gadis itu sudah tak sanggup menahan sakit yang ia rasakan akibat perasaan sepihaknya.

Tak masalah jika dia harus sakit, yang  terpenting Arkanya bahagia. Meski dengan yang lain. Gadis itu ikhlas.

Terimaksih sudah mau membaca cerita gaje ini.

Bagaimana jika aku menganti cerita ini dengan ceritaku yang baru, semoga saja nanti ceritaku nanti yang baru bisa lebih baik dari ini. Semoga:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because of you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang