Page 3

30 4 0
                                    

Tidak hanya anak kecil. Kudapati beberapa pasang foto tertempel di dinding samping kananku. Foto pertama memperlihatkan seorang anak yang tersenyum ria. Foto kedua memperlihatkan anak tersebut dalam versi tubuh yang terpotong-potong dan digantungkan layaknya daging sapi potong.

Perlahan aku mundur, berharap mereka tidak menatapku dan mengikutiku karena itu akan berakhir mengerikan. "Perlahan aja, ga usah ngelihat, mereka cuma boneka. Yang penting kamu selamet dan bisa pulang meluk ibu dan bapak," harapku dalam hati.

Tipis-tipis kurasakan diriku mulai mendekati daun pintu membuatku mengambil ancang-ancang tuk melakukan seribu langkah. Kini kugenggam erat gagang pintu yang dingin dan sontak, kubalikan badanku dengan sigap. Dengan cepat aku berlari sembari menutup pintu namun sebuah panci menghantam kepalaku dengan keras. Aku terdorong masuk kembali ke ruangan. Ribuan boneka anak kecil langsung menyerbuku. Aku meronta-ronta dan berteriak. Dari celah kerumunan kulihat beberapa pasang sebuah pisau daging digenggam oleh seorang gadis yang nampak lugu. Pisau diangkat tinggi dan diayun dengan kuat ke arahku.

Hari-hari selanjutnya, si lelaki yang terjebak di rumah itu, si gadis lugu, dan Doni selalu berangkat sekolah bersama-sama. Anehnya, ketiganya nampak sama, baik dari segi fisik maupun sifat. Ketiganya sama-sama terlihat seperti boneka.

Penulis kelahiran Semarang, 27 November 2003 ini bernama Surya Juang Ali Akbar. Tercatat sebagai siswa SMA 2 Kudus dan bermukim di Ds. Pasuruhan Lor RT 03 RW 12, Kudus, Jawa Tengah. Untuk pengenalan lebih mendetail bisa menghubungi 0857-0161-9700. Sekian dan salam literasi!

The Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang