Page 2

38 4 0
                                    

Sekiranya bagiku kalimat "hanya beberapa jam" cocok kusematkan pada durasi kami berbincang. Karena setelah ia mengambil gelas tehku yang sudah kosong, ia pergi ke dapur dan setelah itu lama tak kembali lagi tuk menemaniku. Lama menunggu dan takut termakan rindu yang tak menentu, tiba-tiba saja gagaan buruk terbesit di benakku.

"Mumpung tuan rumahnya lagi ga jagain, bolehlah intip sana intip sini," pikirku dengan langkah jinjit masuk ke ruang makan. Ya, kamu benar jika berpikir bahwa ruang makan dan ruang tamu berjajar persis dipisah dinding. Kebetulan, ada sebuah lemari es di ruang makan. Perut keroncongan kok ketemu lemari es? Tahulah kode-kodeku.

Aku menghampirinya sembari hati merapal doa agar tuan rumah tak lekas kembali. Sedikit lagi, sedikit lagi, dan sampai. Kubuka, sebuah potongan-potongan tubuh manusia dan beberapa pintalan benang juga jarum berukuran besar berada di dalamnya. Seketika aku mual dan benar-benar ingin langsung muntah di sana. "Psikopat!" gerutuku dalam hati sembari menahan mual  yang... . "Eh! Tapi, aku seperti kenal siapa dia ... Doni!? Pantaslah bangku belakang selalu kosong belakangan ini sampai akhirnya seorang gadis lugu menempatinya," pikirku sembari memperhatikan lekat-lekat isi lemari es tersebut.

Aneh, jika dipandang lebih teliti, matanya bulat besar dengan hidung kecil mungil, membuatnya nampak seperti si gadis yang baru saja kukenal. Tanpa pikir panjang, aku segera meneruskan penelusuran ilegalku pada rumah jagal tersebut.

Kumasuki satu persatu ruangan yang ada. Kamar mandi, kamar tidur, dapur, semua ruangan telah kuperiksa namun tak ada yang janggal sama sekali. Jadi, daripada aku mempersulit hidupku yang sudah berbelit karena kasmaran yang bersakit-sakit, aku mengurungkan niatku dan memilih pergi dari rumah jagal tersebut ... .

Tunggu! Hanya tersisa satu pintu yang belum kubuka. Tepat berada di samping kiriku sebelum aku kembali ke ruang makan. Kutatap lekat gagangnya, perasaan ragu seketika menyelimutiku, namun hasrat penasaran benar-benar mendorongku. Kuputar gagang di depanku. Tanpa kudorong, pintu tersebut terbuka ke dalam dengan sendirinya diselingi dengan bunyi berderit dari engsel pintu.

Ruangan luas terbentang di hadapanku. Dengan pencahayaan yang sangat sedikit, aku masuk ke dalam dan meraba-raba dinding mencari saklar lampu yang tak lama kemudian ketemu. Seketika aku berhenti bergerak ketika menabrak sesuatu di kegelapan. Tapi tunggu! apakah aku yang menabrak sesuatu atau sesuatu yang menab ...

Tanpa pikir panjang, segera kutekan saklar lampu. Barisan anak kecil menghadap padaku dengan kepala tertunduk.

The Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang