[9] Ada Seperti Tidak Ada

37 9 5
                                    

Cintaku padamu seperti hukum nun mati di antara huruf idgham billagunnah, jelas terlihat namun dirimu tidak pernah sekalipun menganggapnya ada.

Putri Kayla Rahmadani


" Kamu gak cape?" Ucap seorang pria berwajah dingin seperti kutub utara tersebut seketika membuatku sontak terkejut sekaligus bingung.

" Hah, Cape kenapa yah pak?" Tanyaku dengan nada sopan karena bagaimanapun dia adalah atasanku.

" Cape mengharapkan cinta yang bertepuk sebelah tangan, secinta itu ya kamu sama pria yang kemarin kita temuin di caffe itu? Sampai-sampai pekerjaan kamu pun dari tadi gak selesai hanya karena kamu melamun." Ucapnya masih dengan nada dingin dan raut wajah datar.

" Apasih pak jangan sok tahu dan maaf pak, bapak boleh bertanya apapun soal pekerjaan saya karena ini masih area kantor, tapi bapak tidak berhak bertanya seperti itu! apalagi sampai mencampuri urusan saya."

" Kenapa?

" Ya, Karena bapak bukan siapa-siapa saya." Ucapku

" Apa yang berhak mengetahui masalah dan rasa di hati kamu hanya orang terdekat kamu dan merupakan siapa-siapa kamu? "

" Iya." Jawabku dengan raut wajah datar.

" Kalau suatu saat nanti saya jadi siapa-siapamu bagaimana, misal jadi calon jodoh kamu?" Celetuknya membuatku sontak terkejut lalu menoleh ke arahnya.

" Hah apa pak?" Jawabku untuk memastikan apakah aku salah dengar?

" Kalau kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai sebelah pihak. itu rasanya sangat sakit, dan mungin itu yang saya rasakan saat ini. Mencintai seorang gadis, tapi gadis tersebut mencintai pria lain dan pria itupun mencintai gadis lain. Lucu yah cinta segi empat?" Ucapnya seraya terkekeh pelan membuatku sontak terdiam.

"Put." Panggilnya lagi.

" Iya pak?" Jawabku.

" Jika cintamu kepada pria itu ibaratkan hukum nun mati diantara huruf idgham billagunnah yang berarti "Jelas terlihat tapi tak pernah dianggap" Maka bolehkah saya mengatakan jika cinta saya untukmu seperti hukum nun mati di antara huruf Iqlab " yang hanya setia bersama satu huruf, yaitu "Ba". Ucapnya membuatku terkekeh.

" Haha! Lucu banget si bapak bercandanya, pakai bahasa isyarat tajwid segala udah kayak mau nyatain cinta beneran saja. Ini bapak pasti mau praktik nembak cewek yang bapak suka yah, atau mau lamaran mungkin haha, dasar pak gilang saya kira mau bicara soal serius." Ucapku seraya tertawa kecil, lalu hendak duduk di kursi kerjaku dan fokus ke arah laptop yang berada di hadapanku tersebut. Aku melirik sekilas pria berstatus atasanku tersebut masih berdiri di sampingku.

" Ikut saya!" Ucapnya seraya menarik pelan lenganku yang tertutupi blazer dengan lengan panjang, sontak membuatku terkejut seraya membulatkan kedua bola mataku.

" Eh Mau kemana pak!." Pekik ku ketika dia menarik lenganku dengan paksa, aku melihat dia membuka pintu ruagan ceo, lalu menyuruhku masuk kedalam. Dia menyuruhku duduk di kursi tepat berada di hadapan nya hanya saja berbatasan dengan meja kerjanya, arah matanya berusaha menyerobok masuk ke arah mataku, aku langsung menundukan pandanganku seraya menggenggam erat tanganku, kemudian aku dengar dia berucap.

" Saya tidak bercanda put, saya serius! Saya mengagumi kamu semenjak pertama kali kita bertemu. Tapi saya ragu untuk menyampaikan ini semua, apa salah jika saya mengatakan kalau saya jatuh cinta pada sekretaris saya sendiri? Saya jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita bertemu. Alasan saya mengagumi kamu adalah pertama Saya mencintai iman dan akhlak kamu put, kedua sifat lemah lembut kamu, ketiga kebijaksanaan kecerdasan dan juga ke profesional-an kamu sebagai sekretaris saya." Jelas pria di hadapanku tersebut dan aku hanya diam terpaku menatapnya sekilas.

" Tapi ini salah pak." Ucapku pelan.

" Apanya yang salah mencintai sekretaris sendiri put? Kita sama-sama makhluk allah, saya manusia yang mempunyai perasaan juga. saya berhak kan menentukan kepada siapa hati saya menjatuhkan rasa cinta? Apa salah seorang laki-laki mencintai seorang perempuan dan ingin memperjuangkan cintanya?" Jelas atasanku tersebut sedikit kesal.

" Tapi pak..."

" Apa cinta kamu begitu besar kepada pria bernama revan itu?"

Deggg

Ucapan pak gilang seketika membuatku terkejut, Darimana dia tahu nama revan?

" Darimana bapak bisa tahu soal nama pria itu? " Tanyaku.

" Saya menyuruh orang untuk menyelidiki pria itu, saya ingin tahu bagaimana sosok pria yang berhasil menjatuhkan hati kamu sampai sedalam ini, hingga mungkin tidak ada satupun ruang yang tersisa untuk saya sekedar singgah. Kamu tahu kan bagaimana rasanya mencintai tanpa di cintai? Sakit kan? Dan itu yang saya rasakan sekarang, hati saya sakit melihat kamu mencintai sosok pria yang bahkan melirikmu sedikit saja enggan, tapi kamu mengabaikan pria yang sangat mencintaimu. Saya tidak memaksa tapi saya harap suatu saat kamu sadar siapa pria yang mencintaimu dengan tulus dan kamu dapat membuka hati untuk saya put." Ucapnya lalu berdiri dari kursi kerjanya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan ruangannya.

Lagi-lagi aku hanya menatap punggungnya tak berani mengeluarkan sepatah katapun, dapat aku lihat dari pandangan matanya tadi dia terlihat sangat rapuh sama seperti saat aku melihat revan di caffe bersama seorang wanita yang di cintai pria tersebut.

Apakah pak gilang juga merasakan sakit hati sama seperti yang aku rasakan?

Wah Pak Gilang kayaknya udah mulai to the point ya sama perasaanya, sampe nyelidikin revan segala🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wah Pak Gilang kayaknya udah mulai to the point ya sama perasaanya, sampe nyelidikin revan segala🤣

Penasaran Kira-kira apa yang terjadi di chapter selanjutnya?

Kalian Tim siapa?

# Tim LangPut?
# Tim RePut?

Baca Ini Jam Berapa?
Yang baca kasih vote sama komentar gak ni, Atau cuma jadi silent readers?

Jangan gitulah guys author ngetik sudah 700 lebih kata loh masa di cuekin aja gak di vote, ngambek ah😏

Dahlah mau ketemuan sama pak gilang dan revanza dulu authornya. Bye👋

Hati Yang Tak Kami Raih ✅  [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang