Bagian 1

530 20 2
                                    

"Kil, Project Bu Maria gimana jadinya?"
"Saya belum ke sana lagi sih pak. Terakhir yang saya tahu, untuk keramiknya kita pakai Valentino Gress"
"Ya nggak bisa gitu dong Kil, lo harus approve dulu sama ibunya. Gimana sih? Tahu sendiri ibunya agak rewel gitu."
"Iya pak."
Itulah perdebatan yang terjadi di ruang meeting project antara Killie dan 'Pak Bos'. Begitulah sebutannya di kantor. Pak Bos itu adalah Pak Anto, bos perusahaan konsultan di Jakarta bernama PT. Inter Arsi Konstruksi.

Hadir juga di meeting beberapa pegawai lain perusahaan konsultan tersebut. Ada Pak Yo, Pak Riki, Pak Reva, Dendi, Angel, dan beberapa cewek di bagian administrasi. Selalu ada ketegangan tersendiri setiap Pak Bos berbicara. Entah itu bertanya, menerangkan, bahkan menegur anak buahnya. Hal itu sudah menjadi makanan mingguan setiap meeting yang diadakan hari Selasa.

Namun, meeting minggu itu berbeda. Bukan perkara perdebatan Killie dan Pak Anto tadi. Ada yang namanya belum disebut. Dia adalah pendatang baru. Pegawai yang baru direkrut, satu-satunya yang diterima di antara beberapa kandidat yang diundang interview beberapa minggu kemarin. Dialah arsitek baru, selain Angel yang juga mengisi posisi Arsitek di kantor itu.

"Ariel, ada yang perlu kamu tanyakan?"

Pak Bos bertanya pada pegawai barunya. Masih mencoba ramah, walau tetap saja masih ada sisa ketegangan tadi. Sekarang semua perhatian tertuju pada pegawai baru di kantor itu.

Ya, namanya Ariel. Killie sudah berkenalan dengannya tadi pagi sebelum rapat. Dia juga satu-satunya di kantor yang paling sibuk tadi di saat yang lain cuek. Bukan apa-apa, tapi memang sudah lama tidak ada arsitek cowok di kantor itu selain Angel. Killie tahu apa yang dia lakukan. Killie tahu apa yang menarik perhatiannya.

"Untuk project saya nanti di Taman Pegangsaan Indah (TPI), progresnya sudah sampai mana ya pak?"

"Sejauh ini sih masih balokan, betul ya Pak Yo?" Pak Anto bertanya kepada Pak Yo, yang menangani proyek TPI sebelumnya.

"Iya betul. Habis ini kita bisa cek ke lapangan, mas Ariel," ujar pak Yo.

Ariel hanya mengangguk datar. Sebagai pegawai baru ia masih terlihat canggung. Killie, cewek yang dikenal serius di kantor, untuk pertama kalinya mungkin selama sepak terjangnya di perusahaan, fokusnya teralihkan. Walau ia hanya sesekali melirik. Sukar mencoba masa bodoh—seperti yang biasa ia lakukan.

Dalam bisikan hati yang terdalam, ia sadar sesuatu baru saja membuatnya tertarik.

Arsitek Dua MingguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang