Bagian 2

275 14 0
                                    

"Aku manggilnya 'Pak' atau—"

"Ariel saja. Aku kan masih junior di sini, mbak Killie"

Killie memperhatikan senyuman itu dengan tatapan polos. Seumpama balita yang melihat mainan baru. Ini momen yang langka bagi Killie. Untuk pertama kalinya ada sesuatu yang membuat setiap detil di pikirannya terbuyar. Dan yang ia takutkan, bukan hanya pikirannya, tetapi juga jiwanya. Ini sungguh tidak menunjukkan sebuah profesionalitas kerja yang telah ia bangun sejauh ini.

Memang, peduli apa hati dengan 'profesionalitas'

"Oh, oke deh," balasnya datar. Entah kenapa hal ini cukup mengganggu pikirannya.

Entah kenapa, hal ini membuatnya benar-benar takut.

"Yaudah, aku balek ke laptop lagi. Banyak yang harus dikerjain kayaknya di TPI, hehe" sela Ariel.

"Oke. Aku juga nih, masih harus mengajukan VO (approval) untuk project di Hibrida punya bu Maria," balas Killie. Seolah tak ingin kalah.

Kebetulan meja Ariel ada tepat di depan Killie. Killie bisa saja diam-diam memperhatikan di saat Ariel membelakanginya, sedang sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sebagai pegawai baru, tentu saja Ariel tak berani bertingkah macam-macam pada desain interior cantik yang duduk di belakangnya. Bahkan Killie sudah dapat melihatnya di hari-hari pertama, Ariel bukan tipikal cowok seperti itu. Ia melihat Ariel sebagai cowok yang tekun, dan tampak benar-benar menikmati pekerjaan barunya. Hal itu seharusnya tidak mengganggu fokus Killie.

Masalah Killie sekarang adalah dirinya sendiri.

Kenyataannya, Ariel lebih banyak ke lapangan di hari-hari berikutnya untuk memantau progres pelaksanaan project di TPI. Killie lebih sering menjumpai meja di depannya itu kosong. Dan entah kenapa, hal itu membuatnya tak nyaman. Ini sungguh berkebalikan dengan dirinya sebelum kedatangan Ariel, karena sebaliknya, ia justru lebih merasa nyaman sendiri. Ia bisa lebih fokus. Ariel sebenarnya juga jarang mengajaknya bicara ketika ada di kantor, dan sibuk dengan urusannya sendiri di mejanya.

Masalah Killie adalah dirinya sendiri.

Ia terlalu bodoh untuk mengakui, bahwa ia hanya menginginkan Ariel di meja itu. Tanpa perlu mengajaknya ngobrol, bercanda dengannya, bahkan menggodanya. Ariel bukan tipikal cowok seperti itu, Killie sudah tahu. Ariel boleh dibilang, cowok yang serius juga seperti dirinya. Kesamaan Ariel dengan dirinya itu mungkin yang membuat Killie diam-diam tertarik.

Masalah Killie adalah dirinya sendiri.

Berita buruknya selanjutnya adalah ketika ia harus ditugaskan bersama Ariel untuk project Hibrida. Kombinasi Arsitek dan Desain Interior. Mengapa ia harus ditugaskan bersama seseorang yang mampu membuyarkan fokusnya? Ketika ia harus fokus.

Masalah Killie adalah dirinya sendiri.

Arsitek Dua MingguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang