02. Pertemuan

249 37 0
                                    

____

Rintik Hujan masih membasahi kota bandung di siang hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik Hujan masih membasahi kota bandung di siang hari ini. Memang musim hujan sedang lebatnya sering datang untuk mengguyur kota yang juluki sebagai kota kembang itu.

Cuaca nya sangat segar dan dingin karena mungkin habis hujan, membuat siapaun akan nyaman dengan cuaca seperti ini karena enak untuk dirasakan.

Tapi tidak dengan seorang gadis yang sekarang tengah melamun duduk di kursi yang ada di atas balkon kamarnya. Gadis itu menatap kosong kearah rintikan hujan, tatapan teduh dari sorot matanya, mengatakan bahwa ia sedang tidak ingin diganggu.

Gadis yang sudah memakai dress selutut berwarna hijau daun dengan lengan yang menampilkan sedikit bahu indahnya ditambah dengan hiasan ikat pinggang yang hitam menawan, hanya bisa mengehembus nafas kasar dan mengusap lembut wajah indahnya.

Menikah... Dengan seorang pria yang tak ia kenal? Perjodohan yang sudah terjalin sebelum ia lahir..? Kerjasama perusahaan?

Rasanya Hilda, gadis cantik itu masih tak bisa paham, semuanya berjalan seperti ingin meledak bersamaan, membuat ia tak bisa menolak.

Orangtuanya menjual ia demi kerjasama? Sudah berapa kali, ayah dan ibunya tidak berfikir seperti itu, bukannya sama saja pikir tetap Hilda Hadraniel.

Gadis dengan hidung mancung itu menghela nafas, kemudian menopang dagunya, pikirannya berkecamuk.

Cklek

Pintu kamar Hilda terbuka menampilkan seorang wanita cantik dengan dress selutut berwarna biru muda serta rambut yang disanggul kecil, menghela nafas menatap tak tega kearah putri tunggal kesayangannya.

Ia menutup pintu, tapi hal itu masih tak bisa membuyarkan lamunan hilda, gadis cantik itu masih memandang hampa kearah rintikan hujan.

Suara langkah kaki mendekat membuat hilda tersadar dan menoleh kearah sumber suara, Ah ibunya.

"Yuk sayang, papah udah nyuruh kita untuk turun,"kata sang ibu tersenyum manis kearah putrinya.

Hilda menghela nafas, "Harus banget apa mah,?"tanyanya tak memandang kearah ibunya.

Wanita cantik dengan usia kepala empat itu menghembuskan nafas pelan, kasihan juga melihat anaknya seperti ini, tapi mau bagaimana lagi.

"Sayang, pertemuan antara keluarga ini bisa lebih mendekatkan kamu sama jibran,"kata ibunya membujuk.

Hilda menoleh dengan malas, "Ga usah sebutlah namanya, males aku dengernya,"ucapnya beranjak bangun dari duduknya, mengambil tas setelah itu langsung keluar dari kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih ada didalam.

SHE'S MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang