Chapter 14

4.6K 222 30
                                    

Perhatian:

Cerita ini berbau Homo/Bl. Jika nggak Suka dan Phobia. Nggak usah baca bila perlu menjauhlah sampai keujung dunia. Kutekankan lagi

MENJAUHLAAAAAAAH!!!!!!

jika masih keras kepala mari bantu author. beri pendapat kalian juga beri inspirasi dan motivasi biar Cerita ini bisa Berlanjut Sampai Tamat, Okey. Apabila cerita ini memiliki kesamaan karakter atau nama apalah itu di beberapa cerita lain atau cerita kalian. Itu di sengaja, Ary tekankan lagi Disengaja. Kenapa? Mana mungkinkan saat Ary ingin buat cerita NARUTO malah nama karaktarnya Utamanya LUFFY atau ICHIGO. Nggak mungkin banget kan. Hello! apa kata Ji-chan M.K. nanti!! .

Kalau saja alur ceritanya sama atau mirip dengan cerita yang pernah kalian baca atau cerita kalian itu baru tidak di sengaja, mungkin?

Baiklah, mungkin aku terlalu cerewet dalam pengetikan dia atas.

JADI!! langsung saja.

Mohon Bantuannya Minna-san....!!!

All Character tetap milik Ji-chan M.K.
tapi Kalau cerita ini tentu Milik Ary.

Pairing : NaruSasu, ItaKyu, Haru...?, Zero...? KuraZee, Slight NaruSaku.

Happy Reading............

"Apa kalian sudah makan malam" Tanya Naruto pada ketiga anaknya.

"Ya! Kami makan sebelum pulang tadi. Tou-san harus tahu, sebelum pulang tadi kita makan malam apa" Ucap Himawari senang.

Naruto menautkan alis bingung. Melihat ayahnya bingung Himawari menghela nafas bosan. Bibirnya maju beberapa senti karena kesal melihat respon biasa ayahnya.

"Haaah, Tadi sebelum kami pulang, kami makan ramen. Jangan berekspresi begitu Tou-san!. Ramen itu bukan Ramen biasa. Rasanya sangat enak, sama enak dengan masakan Papa Taka. Apalagi tekstur mienya. Uu sangat kenyal dan kuah sangat gurih. Walau banyak lemak shi. Tapi Hima rela gemuk jika bisa makan ramen itu lagi. Tou-san lain kali kita kesana sekalian dengan Papa Taka dan yang lainnya ya." Jelas Himawari dengan semangat tidak menyadari bahwa ucapan terasa ganjil. Himawari lebih memikirkan tentang rasa ramen yang 2 jam lalu dia makan dari pada yang lain.

"Papa Taka? Siapa?" Naruto menautkan Alis bingung lagi.

"Oh? e_eh! Papa! heeee Sejak kapan Hima panggil Paman Taka dengan Papa!!." Terkejut Himawari dengan pertanyaan Ulang ayahnya.

"35 detik yang lalu" Sahut Sarada Tiba2. Dia pun cukup terkejut dengan panggilan papa pada Paman yang baru saja ia Kenal belum cukup satu hari itu. Namun harus dia akui jika paman taka itu adalah orang yang baik dan lembut. Sarada ingin seperti Keluarga paman Taka. Pikir Sarada.

"E_eeh benarkah?! Hehehe i_itu bisa Hima jelaskan. S_sebenarnya itu i_itu_itu_itu___

Puk

"baiklah. Tidak perlu di jelaskan langsunglah tidur, besok kalian akan kembali bersekolah. Tou-san akan ke ruang kerja. "

"Baiklah!" jawab Himawari semangat. Ya karena selamat dari pertanyaan ayahnya. Himawari bernafas lega, untung Ayahnya segera menyuruh mereka segera tidur, jika tidak, mungkin ia tidak akan tahu harus menjawab apa.Pikirnya.

Naruto memperhatikan kedua anak yang beranjak pergi kekamarnya mereka masing2. Setelah anak-anaknya tidak terlihat lagi oleh pandangannya, Naruto pun ikut beranjak pergi menuju Ruang kerja Pribadinya yang tidak seorang pun bisa masuk Kecuali pelayan pribandinya. Mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda beberapa jam lalu.
.
.
.
.
.
.
"Danzo ojii-san?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kebahagiaan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang