"Pak, sekali ini aja..."
Seorang pria paruh baya yang berdiri dari balik gerbang itu hanya bisa menghela napas.
"Nggak bisa neng, upacara sudah dimulai dari tadi, neng udah telat," ujarnya. Gadis didepannya merengut kesal. Lagi-lagi ia tidak diperbolehkan masuk. Sudah kesekian kalinya ia terlambat seperti ini.
"Satu kali aja pak, saya janji gak bakal telat lagi..." mohon gadis itu terus menerus sampai membuat penjaga sekolah itu jengah.
"Maaf neng, gak berani saya."
Gadis itu mengacak rambutnya. Ia memutar otak. Selain gerbang depan, hanya ada gerbang samping di dekat kantin yang sudah pasti terkunci sedari tadi. Lalu, darimana dia akan masuk? Jika hari ini tidak ada ulangan matematika, ia takkan sepayah ini mencari cara untuk masuk ke sekolah. Ponselnya mati sejak malam, alarm tak sempat dipasang karena ia ketiduran. Adiknya menginap disekolahnya karena kegiatan ekskul. Bik Mei hanya datang ketika siang atau ketika Vana dan adiknya perlu sesuatu. Sopirnya libur beberapa minggu karena pulang kampung. Wah, lengkap sekali alasan terlambat gadis yang satu ini. Tak terkecuali kedua orangtuanya yang kini tinggal di London untuk mengurus perusahaannya disana.
Beberapa saat kemudian ia mendapat ide. Mengapa ia tak memanjat tembok? Tingginya bisa dikatakan cukup atau bahkan lebih tinggi dari remaja seusianya. Tapi tunggu, tembok yang paling rendah dan yang paling mudah dipanjat adalah tembok disisi sebelah kiri sekolah. Tepat disamping taman disebelah ruangan guru.
Gadis itu mengecek arlojinya. Pukul 07:23. Nyaris sekali! Tidak sampai sepuluh menit upacara pengibaran bendera akan usai. Setidaknya para guru berada dilapangan saat upacara, jadi ia bisa menyelinap dengan mudah untuk masuk ke dalam kelas.
Akhirnya, ia menuju ke sisi sebelah kiri sekolah. Beberapa detik ia menatap tembok pembatas antara sekolahnya dengan jalan disamping sekolahnya itu. Gadis itu hanya berpikir mungkin ia akan dihukum hingga jam istirahat jika tertangkap basah. Tapi setidaknya, saat jam pelajaran ke-4 ia dapat mengerjakan ulangan matematika dengan tenang.
Tembok itu tak ada pegangannya. Licin, bersih, bahkan cat putihnya belum luntur sama sekali. Ia mundur sedikit untuk mengambil ancang-ancang. Saat dirasa cukup pasti, ia langsung berlari dan melompat melewati tembok itu. Hap hap hap, lompatannya mirip kucing, lentur dan lincah.
Gadis itu mendarat tepat di tanah yang datar di dekat sebuah pohon ceri yang tak begitu tinggi. Setelah kakinya sempurna menapak tanah, cepat-cepat ia bersembunyi di pohon ceri itu. Untung saja didepan pohon itu ada semak yang menutupi tubuhnya.
10 detik. 20 detik. 30 detik. 1 menit. Tak terjadi apapun. Semua sunyi bahkan tak ada suara orang lain selain suara kepala sekolah yang tengah memberi amanat upacara. Perlahan tapi pasti, ia berjalan sambil berjinjit untuk menyelinap melewati ruangan guru. Ruangan itu menghadap ke arah utara, ke arah gerbang sekolah lebih tepatnya. Didepannya ada ruang TU yang menghadap ke arah yang sama, membelakangi ruangan guru.
Setelah mendekati ruangan guru, ia sontak kaget dan bersembunyi di balik tembok tepat disebelah jendela ruangan guru itu.
"Tunggu disini sebentar, biar Bapak lihat daftar siswa nya."
Suara seorang pria yang tampaknya adalah suara Pak Burhan itu terdengar begitu ia akan melangkah melewati ruangan guru. Gadis itu mematung sambil mendengarkan dengan seksama. Suara laci beberapa kali dibuka dan ditutup, serta beberapa kali pula suara kertas dibolak-balikkan. Selain suara itu tak ada lagi yang terdengar.Namun beberapa saat kemudian terdengar dering ponsel yang lansung diangkat oleh Pak Burhan.
"Ya? Ooh iya, nanti saya sampaikan. Apa? Sekarang? Maaf bu, guru yang ibu maksud..."
Kesempatan! Ia melihat dulu dari jendela untuk memastikan apa guru yang ternyata Pak Burhan menghadap pintu atau tidak. Dan bagus sekali! Pria itu tampak sedang menyusun file yang berada di lemari, dan tentunya membelakangi pintu! Secepat kilat Gadis ini langsung membelokkan dirinya dan berlari kearah lorong di depan ruangan guru. Dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? [ᴡ.ᴀ.ʏ]
Teen FictionSEDANG DI REVISI ... Tak ada yang menyangka kehidupan seorang gadis biasa bisa berubah drastis karena satu orang. Seseorang yang datang begitu saja membawa sebuah fakta tentang kehidupan masa lalu yang tak pernah diketahuinya. Bisakah ia mengungkap...