#chapter2

84 22 6
                                    

"Kemana sih tuh tiga orang?" Kata Mira kesal. Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Vana dan Mira sudah berada di kantin sedari tadi. Mereka sedang menunggu tiga orang teman mereka lagi yang biasanya langsung akan menuju kantin ketika bel berbunyi.

"Duluan mesen aja yuk, kayaknya mereka masih lama deh, gue udah laper." Usul Vana. Mira memegang perutnya yang berbunyi saat itu juga. Ia mengangguk setuju. Baru saja mereka berdiri, seseorang menggebrak meja kantin yang membuat Mira nyaris melempar ponselnya karena kaget.

Seorang gadis dengan penampilan mencolok melihat tajam kearah Vana. Rok sekolahnya yang emang sudah pendek ia pendekkan lagi. Penampilannya sangat mencolok. Ia memakai kutek kuku berwarna pink terang yang jelas terlihat saat Vana melirik tangannya. Dan gadis ini takkan luput dari gengnya yang terus mengikuti kemana pun ia pergi.

"Mau apa lo!?" Tanya Vana.

"Gak usah panjang-panjang deh ya! To the point aja!" Katanya sambil mengangkat tangannya dari atas meja. Ia memainkan jari-jarinya sembari menunjukkan kuku-kukunya yang terlihat menonjol dengan warna itu. "Jangan. Deketin. Cowok itu." Kata gadis itu lagi. Pandangan semua orang beralih ke arah Vana. Banyak yang berbisik-bisik atau langsung merekam dan menyebarkannya di media sosial.

"Siapa yang lo maksud?" Vana mengerutkan dahinya. "Lo masih belum bisa move on?"

BRAKKK

"JANGAN SEBUT NAMA DIA LAGI!" Teriak gadis yang sekarang menunjuk ke arah Vana sambil menahan emosi.

Vana terkekeh. "Terus siapa? Bosen banget sih hidup lo. Gabisa ya kalo nggak ngeganggu gue?"

Gadis itu nampak geram dengan perkataan Vana barusan. Ia mengepalkan tangannya. "Telinga lo masih sehat, kan?" Tanya Vana lagi.

"VIAN! ANAK BARU ITU! JANGAN DEKETIN DIA!" Teriak gadis yang kini wajahnya sudah merah padam itu. Disekitar mereka langsung terdengar bisik-bisik yang cukup ramai. Beberapa diantaranya tidak tau siapa yang bernama Vian karena memang dia belum terlihat di muka umum sejak ia masuk tadi pagi. Vana melirik ke arah kerumunan perempuan yang tengah berbisik seru di sebelahnya. Ia mengalihkan pandangannya pada gadis di depannya lagi.

"Lo siapa ngatur-ngatur hidup gue?"

Gadis itu mengangkat tangannya bersiap untuk menampar Vana. Vana pun sudah siap melawan dengan apa yang akan dilakukan gadis itu. Ia memejamkan matanya dan tersenyum miris.

Dia nampar gue, gue akan balas lebih kejam lagi, Batinnya. Tiba-tiba kerumunan gadis yang menonton kejadian itu berteriak. Vana membuka matanya. Ia mendapati Key tengah memegang lengan gadis mencolok yang ingin menamparnya itu.

"K-key?g-gue nggak..." kata gadis itu gugup.

"Jangan cari masalah." Kata Key. Gadis itu mendengus kesal. Ia melepaskan lengannya dari genggaman Key dengan kasar. Ia juga sempat melirik tajam ke arah Vana sebelum ia pergi meninggalkan kantin yang diikuti semua anak geng-nya. Key menghela nafas setelah gadis itu pergi. Ia menoleh ke arah Vana. "Mau apa dia?"

Vana baru ingin membuka mulut. Tapi kantin sudah ramai lagi dengan bisik-bisik yang tadi sempat ia dengar.

"Oy! Key! Gue cariin!" Teriak Justin, anak kelas XII MIPA 2 yang juga teman sepermainan Key dari SMP. Key hanya tersenyum kecil sambil melirik kearah meja disebelah meja Vana yang berarti mengajak teman-temannya untuk duduk disana. Teman-teman? Ya, Justin tidak sendiri. Ia bersama Raviel, teman sekelas Key, dan juga teman dekat mereka, Aldy, anak XII MIPA 3. Dan juga... Vian?

Vana tersentak begitu mengetahui Vian bersama dengan Key dan teman-temannya. Key dan teman-temannya sudah kelewat famous di sekolah itu. Pantas saja gadis gila itu sampai menggebrak mejanya. Gadis itu adalah salah satu dari banyaknya gadis yang mengincar mereka. Soal kedatangan Vian pasti ia sudah mengetahui dari teman-temannya.

Who Are You? [ᴡ.ᴀ.ʏ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang