🌙05 - Merelakan

61 7 3
                                    

Kau tak pernah berusaha mencintaiku sebab kau belum berusaha mengikhlaskan kepergian seseorang yang sampai saat ini kau cintai.
S E M E S T A

"Ra, bangun."

"Subuh woi."

Lentera menggeliat merasakan tidur nyenyaknya diusik. Ia mengucek matanya dan membukanya perlahan. Ia langsung membelalak saat melihat siapa yang membangunkannya.

Lentera terduduk, "Lo kok bisa disini? Sakit lo jam segini main ke rumah orang?"

"Sumpah. Lo dibangunin susah banget. Ada adzan lo nggak denger? Wah, bener-bener lo ya. Gimana jadi ibu rumah tangga kalau lo jam segini molor?"

Lentera menarik selimutnya lagi dan mulai menjatuhkan tubuhnya pada kasur empuknya. Namun, ia tak merasakan punggungnya menyentuh kasur.

"Bangun nggak?"

Lentera mendengus, "Iya, iya. Gue bangun. Cerewet!"

"Buru ambil wudhu, gue tunggu di dapur."

Cowok itu menjauhkan lengannya dari bahu Lentera. Ia menuruni kasur Lentera dan mulai memakai sandal rumahan berbentuk kelincinya. Sebelum membuka pintu, Semesta membalikkan badannya, "Lima belas menit lo belum turun, gue hukum."

Tak lama, Semesta menghilang di balik pintu.

"Mimpi apa dah gue semalem, masih pagi diomelin suami," racau Lentera tak jelas.

Ia menuruni kasurnya, kemudian melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan segera menunaikan kewajibannya. Di dapur, Semesta dan Rachel tengah berkutat dengan alat masaknya. "Gimana, Bang? Tera udah bangun?"

"Udah, Bun."

"Anak itu daridulu nggak pernah berubah, tetep aja susah bangun pagi," ucap Rachel yang tengah mengupas bawang.

Semesta terkikik, ia masih fokus dengan ayam yang dipotongnya. "Gimana nanti kalau Tera udah nikah ya, Bun? Bisa-bisa suami Tera yang jadi ibu rumah tangga."

Rachel menghentikan aktivitasnya dan meletakkan bawang juga pisau di tangannya. "Bagus deh kalau kamu siap jadi ibu rumah tangga," ucapnya sambil mengacungkan dua ibu jarinya.

"Bunda mau Abang sentil?"

"Lagian dari dulu Abang sama Lentera kayak bukan sahabatan," Rachel memelankan suaranya. "Abang kapan mau nembak Tera?"

"Kata mama, anak kecil belum boleh pacaran," tolak Semesta mentah-mentah.

Rachel menyipitkan mata, "Yakin?"

Semesta menganggukkan kepalanya. "Ada saatnya nanti Tera punya pacar kok, Bun. Begitupun Semesta."

Rachel melirik Semesta sambil tersenyum kecut. Ribet banget dah anak jaman sekarang, batinnya. Ia meneruskan kegiatan mengupas bawangnya. Semesta memerhatikan wanita paruh baya itu dengan dahi berkerut, "Ribet apanya, Bun?"

"Tinggal nembak aja, kan? Apa susahnya? Lagian anak gue suka-," ucapannya tak dilanjutkan. Rachel melebarkan senyumnya yang terlihat sangat aneh di mata Semesta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S E M E S T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang