'puk' Sick?! 'puk'

1.2K 63 40
                                    

Summary: Gempa sakit. Seisi rumah langsung bergerak untuk merawatnya. Sayangnya teori itu berbeda dengan praktek, apalagi jika melibatkan para kembar elemental. [No pairings, fluff.]
______________________________________________

.

.

BoBoiBoy milik Animonsta Studios

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari tulisan ini.

.

- Oneshot Series -

- "Sick?!"-

.

.

Hari Jum'at sore itu, Gempa, kembar ketiga dari tujuh kembar BoBoiBoy, pulang ke rumah dengan suhu tubuh agak panas dan kepala pening. Ia lantas melepas sepatu, menaruhnya pada rak dan duduk sebentar di ruang tamu seraya meringis menahan sakit di kepala. Dengan perlahan, Gempa memijat keningnya sambil berpikir ada apa dengannya hari ini—tubuhnya terasa lebih hangat dan lelah sekali, keringat dingin mulai bermunculan dan kepalanya berdenyut nyeri. Tadi pagi ia baik-baik saja, apa yang sudah terjadi? Tidak mungkin ia kelelahan, bukan? Gempa terbiasa beraktivitas lebih berat daripada ini.

Gempa lalu menoleh pada jam dinding. Sudah pukul 3 petang, sebentar lagi shalat Ashar dan Gempa juga harus mandi, membereskan rumah, menyiapkan makan malam, melipat baju, menyetrika dan setumpuk tugas lainnya. Bagaimana ia bisa mengerjakan semuanya kalau ia mau berdiri saja terasa berat sekali? Gempa sangat cemas ia jatuh sakit sebab tanggung jawabnya banyak sekali, ia terlalu sibuk untuk cuti sakit barang sehari!

Dengan agak kepayahan, Gempa lalu berdiri dan menyeret langkahnya ke kamarnya. Ia bersama kedua kakaknya, Halilintar si sulung dan Taufan, berbagi sebuah kamar besar dengan satu ranjang tingkat, satu ranjang biasa, tiga lemari pakaian dan tiga meja belajar. Mirip kamar asrama sebab walau rumah mereka besar tapi tak besar sekali hingga memuat tujuh kamar berbeda-beda, belum lagi mesti ada kamar cadangan. Gempa sayang pada saudaranya dan senang hidup bersama mereka—tapi ketika sakit, ia ingin sendirian saja. Gempa tak suka menjadi seonggok daging tak berguna dan tak mengerjakan apa-apa di rumah, hanya terbaring di tempat tidur menikmati rasa sakit.

Dengan lesu Gempa membuka pintu kamar, wajahnya ia paksakan bersemangat seperti biasa.

"Assalamu'alaikum," sapa Gempa. Serempak penghuni kamar itu—Halilintar dan Taufan menoleh.

"Wa'alaikumsalam," sahut Halilintar dan Taufan bersamaan. Gempa menaruh tasnya di meja belajar seraya memerhatikan apa yang dilakukan kedua kakaknya.

"Ada apa ini?" tanya Gempa sambil duduk di kursi meja belajarnya. Mendengar pertanyaan itu, Halilintar menghela nafas kecil dan Taufan terkekeh pelan. Di sekitar mereka ada banyak buku bertebaran dan kertas-kertas soal fotokopi.

"Kita berdua ujian susulan matematika besok pagi. Kak Hali dapat 45!" gelak Taufan. Halilintar mendelik ke arah adiknya.

"Yang dapat 25 jangan tertawa keras-keras," gerutu Halilintar seraya membolak-balik kertas soal. "Lagipula nilaiku dipotong 40% gara-gara Gopal menarik kertas ujianku dan Cikgu Papa mengira aku mencontekkan Gopal!"

Oneshoot! [BBB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang