Prolog

14 2 0
                                    

Aku sekarang kelas 2 SMA. Kata orang orang SMA itu masa yang paling indah. Tapi nggak menurutku. Masa SMA ku juga nggak suram suram amat. Dan nggak indah indah banget sih. Oke cerita ini berawal dari persahabatan antara perempuan dan laki-laki.

Banyak orang yang bilang pula, persahabatan antara laki-laki dan perempuan tidak akan ada yang murni. Pasti salah satunya menyimpan rasa. Bahasa hitznya sih "friendzone". Dan aku ngalamin itu.

Bisa dibilang aku bersembunyi dibalik kata persahabatan untuk bisa tetap disampingnya dia. Tanpa ia tau perasaanku. Emang ngenes sih, tapi ya mau bagaimana lagi kalau aku ngomong yang ada aku malah jauh sama dia. Dan aku nggak akan siap jika hal itu terjadi.

Aku selalu mengelak jika ada yang bilang aku suka sama dia. Mereka yang tidak terlalu dekat denganku saja tau jika aku menyimpan rasa lebih pada sahabatku itu, tapi dia yang selama ini kuberi perhatian tidak peka terhadap hal itu.

Tapi menurut analisa ku bukannya dia tidak peka atau apalah istilahnya, tapi dia memang sengaja tidak tau  (garis bawahi sengaja) agar kita tetap bisa bersama tanpa melibatkan perasaan.


Aku tidak tau pasti kapan perasaan ini mulai ada. Mungkin saat aku kelas 2 SMP? Mulai merasa cemburu saat ia dekat dengan wanita lain, dan merasa berdebar saat dia dekatku. Padahal sebelumnya perasaan aneh itu tak pernah ada. Dan aku menyimpulkan perasaan aneh itu sebagai tanda bahwa aku sudah jatuh. Jatuh hati padanya.

Bisa dibilang pula jika aku ini bucin begitu istilah kekinian itu mengatakan alias budak cinta. Aku selalu berusaha membuat dia nyaman di dekatku. Membuatnya merasa memiliki tempat berkeluh kesah. Tapi sepertinya ia hanya menganggap aku melakukan semua itu atas dasar kata teman. Ah sepertinya aku mulai membenci kata itu.

Jika ada yang mendengar kisah ku ini, mereka pasti akan mengatakan jika aku ini lebay, atau istilahnya berlebihan dalam mencintainya. Bukan. Jika kalian menganggap berkorban untuk orang yang disuka itu lebay, maka itu berarti kalian tidak pernah benar-benar mencintai seseorang dengan tulus. Bukannya aku ingin bilang cinta ku yang paling tulus,karena masih ada cinta Romeo Juliet, maupun Habibie Ainun. Aku hanya ingin mengatakan jika memperjuangkan cinta kita bukan lah hal yang berlebihan, bukankah kita ingin mendapatkan apa yang kita mau?

Tapi kembali lagi jika Tuhan tidak berkehendak maka apa yang bisa kita lakukan, jika yang kita inginkan tidak menjadi milik kita apa yang bisa kita lakukan? Menuntut Tuhan? Ah yang benar saja.

Disinilah kita harus belajar ikhlas, karena mungkin saja Tuhan telah mempersiapkan sesuatu yang lebih kepada kita. Bukankah Tuhan selalu menjanjikan kebahagiaan untuk kita? Jadi aku pun belajar untuk selalu ikhlas. Rasa benci ataupun kecewa memang ada. Tapi jika itu bukan takdir kita? Apa yang bisa kita lakukan?





Hayyy semuaa.... cerita nya aku republish lagi, karena ada beberapa bagian yang perlu diilangin, semoga aja aku betah nulis disini dan ceritanya bisa sampai selesai.


Lots of love. X


Lose you to love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang