"ikut nggak?"
Aku masih tidak ingin sebenarnya berada didekat dia apalagi berinteraksi dengannya, aku masih benar-benar jengkel.
Tapi karena mengingat sebentar lagi Maghrib dan siswa SMA Gemilang telah banyak yang pulang aku pun menerima ajakannya.
Aku segera naik di bangku penumpang.
"Pegangan." Ucapnya sambil menarik tangan ku dan melingkarkan nya di pinggangnya. Sontak saja aku terkejut. Buru-buru aku lepas pegangan ku. Aku tidak mau ya senam jantung sekarang. Enak saja main pegang-pegang apa dia tidak tau kalau aku sudah gemetaran."Kenapa lo lepas?" tanya nya seraya mulai menjalankan sepeda motor menuju gerbang.
"Gamau, gue masih marah. Lagian lo mah modus."
"Ck. Modus, siapa juga yang mau modusin lo." Aku tak menjawab, malas berdebat dengan kutu kupret satu ini."Kenapa baru pulang?" tanya nya lagi saat berhenti di lampu merah.
"Kepo." Jawabku singkat."Setdah, judes amat." " Kenapa baru pulang?". Tanyanya mengulangi pertanyaannya.
"Kagak urusan lo."
Ia pun mulai menjalankan motor nya lagi karena lampu sudah berubah menjadi hijau." Gue tanya baik-baik ya. Kenapa lo jawabnya judes banget." ucapnya lagi setengah menahan emosi.
"Pikir aja sendiri." Aku benar-benar malas berbicara dengan dia.
Tiba-tiba ia menepikan motornya. Dia pun mencoba menghadap belakang menatapku. Dengan raut muka yang benar-benar menahan emosi. Dia terlihat lelah. Tapi siapa peduli, toh dia juga nggak peduli aku."Asal lo tau ya, gue dah nunggu satu jam, gue tuh banyak tugas, demi lo gue rela nunggu sampai satu jam, lo bisa nggak sih hargain gue." ucapnya menahan emosi. Lah sontak saja aku mengernyitkan dahi, dia kesambet apa sih?
"Lo lagi demam?" tanyaku polos. Dia menghela nafas, lalu mengubah posisi menghadap depan lagi. "Tau ah, susah ngomong sama orang yang nggak punya hati."
Dengan entengnya tanganku memukul kepala nya yang terlapisi helm, yang sakit malah tanganku, "Lah, lo nya yang kagak jelas, kalo nggak mau nunggu ngapain nungguin coba, kan gue juga udah biasa pulang sendiri." ucapku dengan nada sedikit tinggi karena kesal sudah dikatain nggak punya hati sama dia.
"Iya iya udah, bawel lu." Lalu dia membawa motornya kembali menuju jalanan, dan sekitar 20 menit kemudian kita sudah sampai di rumahku.
Aku segera turun dari motornya, "Makasih." Ucapku singkat, karena masih ada dendam ke dia, aku buru- buru membuka gerbang. Belum sampai kakiku menyentuh halaman rumahku, tiba-tiba ada yang menarik lengan ku. Aku pun menoleh ke belakang dan mendapati si kupret satu itu yang sedang memegang lengan ku. "Apa?" tanya ku singkat.
"Makasih doang?" Tanya nya dengan muka dibuat sok imut. Euhh najis banget.
"Ucapan hati-hati di jalannya nggak ada?" tanya nya sekali lagi. Aku memutar bola mata ku malas. "Iya iya udah, hati - hati di jalan, bye." Aku berusaha menyingkirkan lengannya yang masih mencekal lengan ku. Dia pun tersenyum. Manis banget ya Tuhan.
"Okeee, besok gue jemput yaaa." "Gausah, ngapain coba. biasanya juga kagak pernah."
"Makanya sekarang di biasain, gue bakal antar jemput lo tiap hari mulai sekarang."
"Lo hari ini beneran sakit ya?" Bukannya menjawab pertanyaan ku dia malah langsung naik ke motornya lalu memakai helmnya, "Bye, see you tomorrow." Lalu ia menjalankan motornya meninggalkan aku yang masih melongo akibat perilaku dia yang aneh dari tadi.
Hay hay update lagi, maaf ya lama banget. soalnya lagi sibuk gaes. see u in next chapter.
Lots of love, X.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lose you to love me
Teen FictionKadang kita memang harus belajar ikhlas. Tak semua yang kita inginkan akan kita dapatkan. Aku pun sedang berusaha ikhlas menerima takdir. Bahwa cinta akan datang disaat yang tepat dan dengan orang yang tepat suatu saat nanti