F.T.L : 16th

92 12 0
                                    

Di sore hari yang mendung, semua siswa pulang dengan lesuh. Merasa lelah dengan pelajaran dan tugas rumah yang menggunung. Belum lagi dengan masalah kehidupan masing-masing.

Faktor cuaca juga mempengaruhi kesehatan. Beberapa hari ini hujan terus. Mengakibatkan beberapa siswa harus bertahan hidup. Ralat, bertahan sehat. Intinya bertahanlah. Karena tinggal dua minggu lagi akan diadakan ujian semester ganjil.

Dan apakah kalian ingat bahwa ada dua sejoli yang sedang renggang hubungannya?

Yah, Jungkook dan Umji.

Mereka sudah beberapa hari ini tidak bertegur sapa atau melempar candaan seperti biasanya. Bahkan mereka sama sekali tak bertemu padahal kelas mereka berdekatan.

Tak ada satupun yang ingin mengalah. Umji maupun jungkook sama-sama keukeh mempertahankan keegoisan masing-masing.

Seperti saat ini. Mereka berdua berpapasan di ruang guru. Jungkook sebagai salah satu anggota OSIS wajar bolak balik ruang guru karena harus selalu konsultasi dengan pembina. Namun tidak bagi Umji. Ia sudah 3 kali terlambat masuk sekolah dan beberapa hari ini selalu mengabaikan beberapa mata pelajaran wajib. Bukan seperti Umji yang biasanya.

Mengetahui hal itu Jungkook merasa bahwa penyebab sikap Umji berubah adalah dia.

Setelah Jungkook selesai dengan urusannya, ia keluar dari ruangan tersebut dan menunggu Umji di depan pintu.

Tak lama kemudian, Umji keluar dengan tatapan dinginnya tanpa sedikitpun melihat Jungkook.

Jungkook pun merasa kesal dengan sikap Umji. Dengan terpaksa Jungkook menarik pergelangan Umji dan membawanya ke kelas Jungkook.

"Jeon! Sakit! Lepasin tangan gue!" Bentak Umji seraya menarik tangannya.

"Lo betah ya anggurin gue? Sebenarnya lo kenapa sih?" Tanya Jungkook dengan menekan semua kalimatnya.

"Lo masih ga sadar kesalahan lo, kan?" Cerca Umji.

"Gue tau kesalahan gue, tapi kenapa lo gede-gedein permasalahannya?" Suara Jungkook mulai meningkat.

"Terus? Lo ga ada niatan minta maaf? Hargain gue, Jungkook!"

"Ngapain harus minta maaf? Gue malah merasa gak bersalah apa-apa."

"Ga merasa bersalah kata lo? Gue sebenarnya siapa elo?!" Mata Umji mulai berkaca-kaca. Mungkin sedikit berkedip saja, air matanya akan terjun bebas.

"Jujur aja deh, lo ga tau salah lo apa kan?" Lanjut Umji. Ia pun menggenggam tangan Jungkook dengan erat.

"Jujur, Jeon. Lo ga tau kan?" Ia mengeratkan lagi genggamannya hingga kuku-kukunya menanjap di telapak tangan Lelaki di depannya.

"Iya! Iya gue ga tau!!! Gue ga tau salah gue apa?! Gue udah pusing sama tugas OSIS, belum lagi tugas sekolah dan sekarang elo. Gue sama sekali ga ngerti lagi. Gue CAPEK, JI!" Jungkook membentak Umji namun ia malah membalas genggaman tangan Umji mengakibatkan telapak tangannya tambah berdarah.

Sakit? Jelas.

Namun ada yang lebih sakit dari itu. Dan itu adalah hati. Hati mereka berdua. Memang dalam suatu hubungan, renggang dan pertengkaran itu pasti karena dua hati yang menjadi satu takkan pernah bisa lebur seutuhnya. Pasti ada berbedaan. Pasti ada perdebatan.

Pahit dan manis itu wajar. Itu hal yang sering terjadi. Tinggal bagaimana kita mencari titik terang di antara dua hal yang berbeda.

Sayangnya, mereka berdua berada di tengah-tengah pilihan. Dan mereka berdua wajib memilih.

Seperti Umji yang mengambil jalan rumit. Dan Jungkook yang tak mengambil jalan apapun.

Keduanya salah. Apakah kalian berpikir sama seperti author?

Umji menatap Jungkook dengan terkejut. Ia seumur-umur tak pernah di bentak. Semua menyayanginya. Dari mama papanya, si Koki, dan sahabat-sahabatnya.

Hanya Jungkook. Yang dikira akan menyayangi dirinya melebihi yang lain, nyatanya malah melukainya.

Jungkook pun seketika menyadari kesalahannya saat ini. Ia pun tak menyangka dirinya akan begini.

"Ji-umji.. maafin gue. Gu-gue ga bermaksud..."

"Cukup, Kook. Kalo lo capek, oke. Kita sampai sini aja. Urusin urusan lo dan gue ga bakal ganggu lo lagi." Setelah mengatakan itu, Umji berjalan keluar dengan tergesa-gesa, tanpa melihat Jungkook lagi.

Jungkook pun merosot ke bawah. Duduk di atas dinginnya lantai kelas. Tak lama kemudian hujan turun dengan lebat tanpa aba-aba. Ia pun terpaku disana, menatap nanar langit yang menggelap. Setelah itu matanya beralih ke telapak tangannya yang luka akibat genggaman tangan Umji.

Tanpa ia sadari, ia meneteskan air mata. Satu... dua tetes. Dan seterusnya menetes tak henti. Dadanya merasakan sesak yang tak pernah ia rasakan. Teramat sesak hingga ia harus meremas seragamnya. Ia tak peduli jika darah di tangannya akan menodai seragamnya. Nyeri di dadanya sangatlah sakit. Ia mulai memukul pelan dadanya, dada sebelah kiri.

Jungkook diam seribu bahasa. Menangis dalam diam. Ia tak tahu harus bagaimana menyikapi hal ini. Ia sama sekali tak pernah membayangkan akan berpisah dengan kekasihnya. Cinta pertamanya.

Detik ini, Jungkook menyadari sesuatu. Bahwa ia harus peka terhadap sekitarnya. Terkhusus kekasihnya. Kesayangannya.

Tiba-tiba kenangan ia dan kekasihnya menyeruak keluar. Dari awal hingga akhit sebelum ia dan kekasihnya bertengkar. Teramat manis diingat namun teramat sakit di rasakan sekarang.

Satu jam telah berlalu.

Tak ada niatan ia bergerak dari tempatnya terduduk. Tak ada niatan untuk menghangatkan tubuhnya yang mulai merasa dingin. Ujung jarinya mulai memutih, telinga dan hidungnya mulai memerah. Pipinya pun memerah saking dingin. Hujan belum reda. Begitu juga dengan tangisnya. Air mata masih nyaman membasahi rona pipinya.

Author pun berpikir. Jika air mata dan hujan turun di saat yang bersamaan, menurut kalian mana yang lebih reda duluan? Air mata? Atau hujan?

Tbc~~~~~~~~~~~~

First Time of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang