2🐶

34 8 6
                                    

장 하나.

©©©

Kejadian kemarin membuat gue gak nyangka seribu satu malam gak nyangka. Dan, sekarang gue agak gugup untuk ngomong ke mama gue tentang persetujuannya.

Gue lagi ada di dapur buat ngomong soal kejadian kemarin sama mama gue. Gue mulai berjalan mendekati mama, terus ngeliat mama gue lagi masak. Jadi, ini kesempatannya.

"Tumben kesini biasanya juga ke dapur kalau mama suruh. Lagi mimpi apa kamu?" Mama gue langsung tanya sambil memotong cabai merah.

"Ekhem... mama apaan sih, kan anak cewek harus belajar di dapur juga. Lagian mama pernah bilang sering-sering bantu mama di dapur dan sekarang Leni bantuin mama," jelas gue panjang lebar, mengambil alih pisau yang ada di tangan mama gue.

"Ya kan aneh, kalau sikap mu gini pasti ada maunya kan. Gak mungkin gak ada mau nya," kata mama sambil memasukkan potongan cabai di dalam panci.

'yak elah ini mama atau netizen, jelasin nya menohok setajam silet yang ada di acara r*ti, tapi iya juga si.'

"Ekhem-," deheman gue kepotong gegara mama gue bilang...

"Dari tadi dehem aja, kalau cuman mau minta obat batuk bilang gitu aja susah," kata mama lalu memberikan obat batuk yang ada di atas kulkas.

"Bukan itu ma," gue udah kesal tingkat dewa karena dari tadi mama gue motongin pembicaraan.

"Ya udah kamu mau ngomong apa sama mama," kata mama gue sambil ngincipin masakannya.

"Ehkem... jadi.. ma kemarin itu aku buka email. Nah, isi pesannya itu tentang audisiku ma..." LAGI omongan gue ke jeda.

"Hem asin gak ya ni kuah nya, lalu? Lanjutin omonganmu, gak apa kok mama dengerin." Ucap mama. 

"Dan... Aku diterima jadi trainee di agensi itu. Intinya isinya kayak gitulah ma," kata gue dengan menundukkan kepala.

Mama mulai menoleh ke gue lalu mama menatap gue dengan seksama. "Jika itu impian mu kejar, cuman itu yang mau mama sampaikan. Selanjutnya keputusan ada di tanganmu. Mama cuman ingin kamu yang terbaik. Jadi, terserah kamu mau nya gimana. Pokoknya itu hal yang baik, mama mah setuju," Ucapan mama yang langsung buat gue nangis. Lalu, ujungnya mama peluk gue. 

"Keputusanku, aku mau ma!" Tutur gue, setelah perasaan gue sedikit tenang. Mama gue pun tersenyum dan memberikan gue semangat.

Ponsel gue tiba-tiba berdering. Gue liat nomor yang tidak diketahui tertera di layar ponsel gue. Gue pun menjawab tanpa rasa penasaran, karena kemungkinan itu nomor barunya Bora yang ganti-ganti.

"Halo," 

"...."

'I'm ready to let go,I'm ready to let go,' batin gue seneng.

©©©

Tanggal 11.2.2019, Hari Senin pukul 07.40

Hari ini lah yang di tunggu datang di sebuah gedung bertingkat yang diimpikan semua orang. Gue terharu bisa sampai sini. Melihat gedung yang tertera nama agensinya. Membuat gue lebih tenang. Perjalanan gue ke Korea Selatan ini panjang. Dari minta persetujuan papa sehabis pulang kantor yang hampir gak setuju kalau gak dibujuk sama mama gue, terus ngurus surat dari sekolah yang minta izin untuk ujian nasional dikerjakan di tempat yang sangat jauh, sampai ngurus paspor untuk keberangkatan... Semuanya lebih susah dari yang gue bayangin. 

Gue sama Sane dan dengan para trainee lainnya berkumpul, kita masing-masing bersiap di ruangan latihan. Para staff agensi, entah gue juga bingung siapa mereka yang berdiri di depan kita semua. Tapi, yang pasti mereka bagian dari agensi. Mereka berbicara tentang aturan-aturan trainee, sampai pengenalan setiap ruangan. 

Sekarang traine baru yang terkumpul ada 30 orang dengan gue sama Sane termasuk dari ke-30 orang tersebut. Kami semua diberi instruksi bahwa hari ini adalah hari pertama untuk persiapan mulai latihan keesokan harinya. Maka dari itu, kami semua mulai dibagi kamar asrama masing-masing. Gue dapet kamar yang berbeda dari Sane. Sane berada di lantai 4 dan gue berada di lantai 3. 

"Stt..," bisik gue ke Sane.

"Ape?" 

"Entah gue ngerasa sendiri jadinya kalo gak ada lo," Ucap gue dengan nada sedih.

"Berdoa selalu biar ada perubahan kamar nanti."

"Haha, gak lucu. Butuh waktu lama itu,"

"Udah sono, cari kamar lo. Gue naik dulu ya!" Ucap Sane. Sambil melambaikan tangannya ke gue. Gue pun membalas dengan anggukan kepala dan melanjutkan pencarian kamar.

Setelah dirasa bertemu 

Kamar gue terbilang cukup untuk beberapa bulan, mungkin beberapa tahun ke depan. Gue tersenyum sembari meletakkan tas bawaan gue.

"Apa gue sendirian? Atau teman sekamar gue belum dateng?" Gue bertanya-tanya sambil melihat sekitar mungkin tas mereka di tinggal di sini. Tapi, ternyata kosong.

"Permisi! Akhirnya bisa istirahat!" Teriak mereka dengan tiba-tiba. Aku sedikit terkejut dan langsung mempersilahkan mereka masuk.

"Wah, kamarnya lumayan juga. Kara! Cepatlah masuk," perempuan yang berada di depan gue langsung memanggil temannya yang belum masuk.

"Iya-iya aku akan masuk. Eh, ternyata lebih baik tempatnya atau sama seperti di asrama Cina. Aku mulai merindukan rumahku!" Katanya yang tanpa ragu langsung tergeletak di atas kasur.

"Kamu harus terbiasa dengannya saat menjadi temannya. Dia memang begitu anaknya. Oh ya kenalkan namaku Jesi," katanya dengan tangannya yang langsung bersandar di pundak gue.

"Ah iya kalian dari Cina ya! Kenalkan aku Leni dari Indonesia. Semoga kita menjadi teman sekamar yang kompak!" Jawab gue dengan memberinya kedipan mata sebelah.

"Kamu pintar sekali dengan wajah aegyo mu itu,"

"Hihihi~ makasi atas pujiannya,"

Jesi mengacak rambut gue lalu langsung masuk ke kamar mandi. Gue pun langsung rebahan di kasur bawah. Kenapa gue gak pilih atas, karena gue takut jatuh:)

Gak lama pula gue langsung buka handphone dengan wallpaper Lee Jeno. Bias gue yang lucu:)

Gue mulai bosan menunggu jam malam yang entah katanya semua trainee sudah mulai di atur. Jadi, kami semua di beri jeda istirahat. Gue memutuskan untuk keluar dan berkeliling ruangan.

"Ternyata luas," saat gue fokus lihat banyak ruangan gak sengaja menangkap seseorang yang menawan. Gue pun melihatnya dari kaca saat orang ini berjalan keluar dan menuju mobil. Senyum gue gak pernah pudar, tapi tiba-tiba orang itu menoleh ke belakang entah sengaja atau tidak sengaja orang itu menatap ke arah gue. Saat itu gue berhenti tersenyum dan membeku di tempat.

"Lee Jeno apa sungguh melihat ke arah gue atau hanya hal biasa," monolog gue setelah orang itu yang gue sebut namanya menyudahi tatapannya yang terarah ke gue dan lanjut berjalan menuju mobil.

©©©

Oke, terima kasih yang sudah baca. Ini sudah ada perbaikan dan mungkin alurnya sudah berubah.

Sebelumnya mau bilang selanjutnya kalimat 'gue' bakal di ganti dengan kalimat 'aku', kayak nya lebih enak pakai 'aku' deh:')

Sekian terima kasih.

My Future?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang