Kejadian hari itu

933 57 10
                                    

18+
Semoga readersku adalah readers yang bijak, tidak ada maksud apapun. Semoga ada pesan kebaikan yang bisa diambil dari cerita ini. :)

............

Ariza memasuki kontrakan yang teramat kecil, rasa bersalah menyelimuti hatinya, Adifa terpaksa tinggal ditempat ini demi dirinya.

"Kamu sudah mengajukan surat pengunduran diri kan?" Tanya Riza pada adiknya yang tengah menuangkan air ke gelas.
"Sudah, tapi aku masih harus bekerja sampai akhir bulan ini, kak."
"Baiklah tidak masalah. Oh ya, apa kamu akan ikut kakak ke tempat mama?"

"Tidak!" Tegas Adifa.
"Sudah 5 tahun lebih semua ini terjadi, apa kamu tidak merindukan mama?"
"Ini pilihan mama untuk menyusul suaminya, dia begitu mencintai suami bejatnya itu, kak daripada kita. Lalu untuk apa dirindukan? dia tidak sayang kita! Aku benci mama!"

"Adifa, mama memang melakukan kesalahan tapi kita tetaplah anaknya. Apa nabi ibrahim membenci ayahnya yang menyembah berhala? Tidak! Apa nabi muhammad membenci pamannya? Tidak juga. Hidup tidak selalu sesuai harapan kita, belajar lah menerima itu, berdamailah dengan ego kita sendiri baru bisa berdamai dengan kerasnya kehidupan."
Adifa diam, dia tidak ingin membantah kakaknya. Pikiran Adifa melayang ke masalalunya.

Flashback On
Adifa PoV

Hari ini adalah hari kelulusan bagi kelas XII, aku berharap kami diliburkan ternyata tidak, namun kabar baiknya guruku tidak masuk hari ini hingga kelas kami hanya diberikan tugas tapi seperti biasa aku tidak perduli. Aku dan dua sahabatku berjalan menuju kantin karna bosan dengan suasana kelas.

Aku dengan rok ketat di atas lutut dan kemeja sekolah yang menempel erat ditubuhku, jangan bertanya apakah tidak kena marah guru? Karna itu semua mungkin sudah membuat guru-guruku bosan menegur sampai memberi poin sekalipun tapi tidak juga mempan, untuk mengeluarkan aku dari sekolah tentu saja tidak mungkin karna mamaku adalah donatur terbesar di yayasan ini.

Adifa Yumna, ku pastikan seantero sekolah mengenal nama itu. Bukan bermaksud sombong tapi faktanya Aku memang terlahir tidak sekedar cantik, tapi juga pintar terbukti aku selalu mendaoat juara umum sejak dulu ditambah almarhum papaku yang kaya raya. Banyak orang ingin bisa dekat dan berteman denganku dan pastinya aku senang dan menikmati itu.

"Yumna!" Suara itu sangat aku kenali. Dia senior osis yang menjadikan aku sebagai kekasihnya di malam api unggun. Sudah dua tahun hubungan kami berjalan dengan baik-baik saja, semua berkat dia yang selalu bersedia mengalah atas apapun tingkahku, dia selalu memperlakukan aku lebih seperti adiknya sendiri bukannya pacar. Dia tidak pernah melakukan hal buruk padaku. Kami hanya punya satu masalah yaitu dia tidak pernah suka dengan gaya pakaianku, hampir tiap kali kami bertemu dia memintaku berpakaian tertutup, tentu saja tidak mungkin, itu bukan aku. Aku selalu mengatakan padanya: jika memang mencintaiku maka jangan minta aku jadi orang lain.

"Iya beybi, kenapa? Kangen?" Godaku.
"Aku lulus!"
"Tentu saja, aku gak kaget, pacarku kan yang terbaik sedunia. Selamat ya, kak!" Ujarku sambil meregangkan tangan berisyarat akan memeluknya. Tapi tentu saja dia menghindar, pacarku yang aneh dua tahun pacaran tapi tak pernah sekalipun memeluk apalagi menciumku, padahal bisa ku pastikan banyak lelaki menginginkan hal itu dariku. Karna itulah aku mencintainya, dia sangat menghargaiku dan aku rasa tidak akan ada orang yang mencintaiku sebaik dia.

"Aku mau kasih sesuatu buat kamu, ini..." Katanya sambil menyodorkan benda berbentuk buku dengan sampul yang sangat bagus menurutku.
"Apa ini?"
"Al Qur'an."
"Sampulnya bagus banget."
"Itu namanya kaligrafi, dan itu tulisan nama kamu 'Adifa Yumna' aku buat sendiri, loh!"
"Wah keren! Em tapi aku gak bisa baca Qur'an, kak." Aku ku. Ku pikir dia akan kaget atau bahkan menghinaku ternyata tidak, dia malah menampilkan senyum indahnya.
"Sekarang belum bisa, tapi suatu saat pasti bisa."
Aku tersenyum.
"Eh kan yang lulus kakak tapi malah aku yang dapet hadiah, kalau gitu nanti sore kakak main ke rumahku ya aku bakal kasih sesuatu buat kakak. Tenang aja aku gak sendirian kok di rumah." Jelasku yang khawatir dia akan salah sangka. Dia mengangguk pertanda akan datang sore nanti

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjaga HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang