Susu Strawberry

820 48 5
                                    

"Masalalu adalah pelajaran, hari ini adalah ujian. Kita boleh mengingat masalalu untuk mendapat hasil terbaik hari ini bukan untuk terpuruk meratapi sulitnya."

-MiaEl-

"Kak, Aku takut, kak"

Haris sudah tidak tahan mendengar tangis Adifa, ini benar-benar menyiksanya. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun hanya melihat Adifa meringkuk dengan selimut menutupi seluruh tubuh bahkan wajahnya, hanya suara rintih ketakutan yang terdengar.

Tanpa dia tahan lagi air mata lolos begitu saja di kedua rahang yang membuat kesan tegas di wajah Haris, ini menyakitan. Dia harus melihat gadis yang membuatnya tertarik karna sikap ceria dan ramahnya itu kini hanya bisa diam dan menangis saja.

"Yumna, ayo makan dulu"

Tak ada jawaban, hanya isak tangis yang tetap terdengar. Haris menarik selimut yang menutupi wajah Adifa bermaksud meminta Adifa untuk bangun dan makan tapi sekali lagi Adifa menjerit histeris.

"Jangan! Jangaaaaaaann! Tolonggg!"

"Yumna, ini kakak. Tenang Yumna tenang"

"Tolong jangan lakuin itu tolongg"

"Yumna kamu aman, lihat ini aku Haris. Gak ada yang perlu kamu khawatirkan"

Perlahan Adifa membuka selimutnya dan menatap ke arah Haris yangterlihat sangat panik.

"Aku takut kak"

"Kakak disini Yumna, gak ada yang perlu kamu takutkan"

Adifa menatap Haris dengan ketakutan, sementara Haris terseyum berusaha menenangkannya.

"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi kak, please.."

Haris sejenak bingung dengan maksud Adifa, kemudian dia teringat satu hal; laki-laki itu dulu memanggilnya dengan nama Yumna.

"Iya kakak janji"

"Aku mau pulang kak, kakakku pasti nungguin aku sekarang."

"Kamu masih perlu istirahat!"

"Aku sudah lebih baik kak, terimakasih sudah menjagaku."

Adifa dengan nekat mencabut jarum infus dari tangannya sendiri, tanpa perlu repot-repot menunggu suster.

Adifa keluar dan beranjak meninggalkan rumah sakit menaiki angkutan umum, entah dimana sepedanya tadi yang jelas dia harus menemui kakak nya dulu sekarang. Semantara Haris tertahan tak bisa mengejarnya karna harus mengurus administrasi rumah sakit.

Adifa mampir di rumah makan padang di depan lembaga pemasyarakatan membeli makan untuk dirinya dan Fariza. baru saja dia memasuki tempat ini saat atasannya sudah memasang wajah kaku, ya dia tau atasannya pasti marah karna hari ini dia tidak masuk sejak pagi tanpa alasan yang jelas dan sekarang datang untuk mengantarkan makanan pada kakaknya.

"Dari mana saja kamu Adifa?"

"Maaf pak, tadi saya ada musibah sedikit, setelah mengantarkan makanan saya akan kembali bekerja."

Suara adifa sudah bergetar mendengar suara kaku dari atasannya yang sangat mengerikan dengan kepala botak licin dan perut buncit itu.

"Apa kamu di sini digaji hanya untuk makan bersama tahanan?"

kata-kata yang bernada sangat dingin itu sungguh menusuk hati Adifa, ya benar dia di sini digaji bukan untuk makan bersama kakaknya saja, tapi bukan kah selama ini baru hari ini dia tidak masuk kerja tanpa alasan? apa hanya masalah ini pak Sarif bisa begitu mudah mengatainya seperti itu? Asstaghfirullah...

Penjaga HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang