Kebebasan

626 51 13
                                    

"Selama masih hidup di dunia maka tidak ada kebebasan yang benar bebas, seorang muslim yang baik akan selalu terpenjara dalam aturan Tuhannya untuk dapat sebuah kebebasan dari api neraka."

-MiaEl-

............


Lima tahun tiga bulan 24 hari telah dijalani Ariza Yumna dengan sabar, tempat ini mengajarkannya banyak hal, apa yang terlihat tak selalu sesuai dengan kenyataan.
Kesalahan yang Riza lakukan sungguh dia tak menyesalinya, Riza percaya Allah maha tau segala isi hati manusia dan yang terjadi hari itu memang sudah harus terjadi.

Dua orang sipir mengantar Ariza ke lobi, Adifa menunggunya di sana.
Gadis 27 tahun itu nampak cantik dengan gamis hitam dan jilbab biru langit pemberian Adifa kemarin lusa.
"Kakak!!"
Adifa langsung memeluk kakaknya yang baru saja selesai menandatangani surat kebebasan. Air mata bahagia mengalir begitu saja di pipi keduanya.

"Kakak ipaarrr," ucap seorang sipir dengan dramatisnya, meregangkan tangan minta bergabung dalam pelukan dua perempuan cantik itu.
Pletak
Kepala Yoga yang berambut cepak itu mendapat hadiah pentungan dari temannya.

"Tiga tahun lebih lo di cuekin Difa tapi gak ada kapok-kapoknya ya."
"Namanya juga usaha, Den jangankan tiga tahun, tiga dasawarsa juga gue jabanin kalau buat Adifa."
Riza tertawa mendengar percakapan dua orang sipir itu, Riza mengenal keduanya yang baru diterima sebagai pegawai negri sipil saat Riza telah menjalani hukumannya hampir dua tahun. Mereka orang yang sangat baik dan lucu namun juga sangat tegas pada tahanan yang bermasalah.
Yoga telah berulang kali menyatakan perasaannya pada Adifa namun tidak di gubris sedikitpun. Adifa yang malang kini begitu takut untuk percaya pada laki-laki.

"Sudah-sudah bercanda terus, bukain atuh pintunya." Pinta kak Ariza pada kedua sipir yang piket itu.
"Kok bercanda sih? Emangnya kakak ipar gak melihat keseriusan hati ini?" Lagi-lagi jawaban Yoga memancing tawa Ariza yang membuat Adifa tersenyum bahagia.

"Iya deh gak masalah dikira bercanda mulu yang penting bisa liat Difa senyum terus kaya' gitu," Lanjut Yoga.

"Aku gak setuju kamu mendekati Adifa. Pinter gombal pasti playboy!"
"Astagaaa bener-bener ya ini berdua, gue serius dikira bercanda, gue jujur dikira gombal. Gue harus gimana sih biar diterima?" Yoga mulai terlihat frustasi.

"Lo harus ngejauh. Intinya lo ditolak. Udah ah sini gue buka gerbangnya kelamaan banget lo."

Deni merampas kunci gerbang dari tangan Yoga lalu membukanya. Kak Riza telah melangkah ke luar terlebih dahulu saat Adifa akan melangkahkan kaki kanannya terdengar suara Yoga menginterupsi.

"ADIFA BERHENTI!!!" Teriak Yoga yang membuat semua orang bingung.
"Ada apa?" Tanya Adifa takut.
"MUNDUR!" Perintah Yoga lagi. Semua orang tambah bingung sekaligus ketakutan entah apa yamg terjadi. Adifa mengikuti perintah, dia mundur beberapa langkah.
"Mundur lagi!"
"Ada apa, Ga? Aku gak ngerti." Adifa sudah sangat tegang, namun tetap menuruti perintah Yoga untuk mundur.
"Lagi!"
"Ada apa sih ini?"
"Kamu kelewatan."
"Kelewatan apa?" Adifa tambah bingung.
"Kamu kelewatan cantiknya."
Duarrrrrr!!!
"Sialan lo, WC cemplung!"

Yoga mendapat timpukan gembok dari Deni yang berhasil dia tangkap. Kak Riza dan Adifa menghembuskan napas kasar lalu tertawa.

"Astaghfirullah, Yoga kamu tuh yaa ada-ada aja tingkahnya."

"Hehe maaf, kakak ipar."
"Sudah, ayo Adifa kita pulang." Ajak Riza.
"Mari..." Adifa mengangguk dan tersenyum pada Deni dan Yoga.

"Ya Allah gustiiii sungguh indah ciptaanMu," ucap Yoga sambil memegang kedua pipinya.
Ariza geleng-geleng kepala, Yoga benar-benar lucu.
Ariza menyadari sesuatu yang lama tidak dia lihat, tawa lepas Adifa hari ini hadir lagi.

........

Kalau part ini buat kamu senyum/ketawa tolong kasih komen emot 😊/🤣 biar aku tau sebanyak apa orang yang terhibur dengan tulisanku.

Btw mau tanya menurut kalian Adifa lebih cocok sama Haris atau Yoga?
Kasih alasannya ya 😘

Salam sayang, UmmuYakhsya❤
.
.
.
.
.
.
-Wattpad cuma selingan, Al Qur'an yang utama-

Penjaga HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang