2] Începeți

83 15 35
                                    

***

Hai :)

Aku lagi seneng banget sama cerita ini, makanya aku pengen rajin update cerita ini karena idenya lagi ada
Hehe.

-

Jangan lupa vote dan comment ya kalo ada yang mau di komen :)

-
Selamat membaca ! :)

***

Soora tidak mengerti haruskah ia bersyukur atau mengeluh saat ini. Pasalnya sekarang ia sedang merasakan hangatnya air dengan harum aromaterapi kesukaannya, Berendam dalam bak dengan lilin-lilin di sampingnya. Terasa sangat menyegarkan badan. Setidaknya ia tidak disiksa di hari pertamanya, membuatnya sedikit bersyukur akan takdirnya kendati ia tetaplah tawanan disini.

"Putri? Apakah kau baik-baik saja? Apa kau sudah selesai berendam? Saya membawakan pakaian ganti untuk putri, bolehkah saya masuk?" Pelayan atau dayang itu pasti yang tadi mengajaknya kemari. Namanya bonghe. Ia memperkenalkan diri sendiri tadi pada Soora. Meskipun tidak ditanggapi karena Soora memilih diam.

Maka, pelayan bernama bonghe itu masuk karena tahu kalau Putri yang ia ajak bicara tidak akan menyahut. Ia kemudian menaruh gaun berwarna merah di sampiran.

Soora yang melihatnya spontan bicara, melupakan niatnya yang tidak ingin membuka mulut sama sekali. "Ka-kau, bisakah carikan gaun berwarna biru atau putih untukku? A-aku tidak pernah memakai warna selain itu."

Bonghe yang mendengarnya justru tersenyum, akhirnya sang Putri mau berbicara. Bonghe pun membawa pergi gaun merah tadi dan cepat kembali dengan gaun berwarna putih sesuai permintaan Soora.

"Kalau Putri membutuhkan bantuan memakainya, panggil saya. Saya ada di luar kamar mandi." Soora kemudian bangkit dari bak, ia kemudian meraih gaun yang tadi disiapkan oleh pelayan. Harusnya ia tidak memakai pakaian di kamar mandi, tapi karena gaunnya dibawa masuk ke kamar mandi jadi terpaksa ia harus memakainya di kamar mandi, mungkin adat kerajaan Apollo seperti itu.

Soora kemudian melangkah keluar dari kamar mandi. Dan benar Bonghe masih disana. Tapi setelahnya Soora terkejut karena ada pribadi lain dikamar itu. Tidur telentang di ranjang dengan mata yang sepenuhnya terbuka.

"Kalau begitu saya permisi Putri." Bonghe baru saja hendak keluar kamar namun terhenti karena lengannya dicegah oleh Soora. Soora nampak kebingungan, dan terbukti dengan perkataan yang keluar dari bibir Soora yang alami tanpa sentuhan apapun.

"Ka-kau mau kemana? A-aku masih membutuhkanmu. Tolong sisir rambutku." Soora jadi kikuk sendiri, tapi ia memang harus. Mencegah Bonghe pergi dari kamarnya dan menjadikannya berdua dengan yang ia yakini adalah pangeran kerajaan Apollo.

"Ta-tapi Putri, pangeran sudah disini." Bonghe sedikit menundukkan kepala setelah sekilas melihat ke arah tuannya.

"Tidak apa Bonghe, tugasmu memang melayaninya."

Akhirnya Soora mendengar kembali suara bariton yang tadi siang didengarnya. Bahkan kali ini lebih jelas karena bicara menghadapnya. Atau Bonghe tepatnya.

Mendengar itu Bonghe mengangguk dan menuntun Soora untuk duduk di kursi didepan cermin. Bonghe kemudian menyisir rambut Soora degan jari-jarinya. Soora merasa sedikit lega meski tidak sepenuhnya karena dari cermin ia bisa melihat dengan jelas bagaimana pangeran itu menatapnya. Soora bergidik ngeri, bagaimana kalau pelayan itu selesai menyisir dan pangeran itu belum pergi?

FORTUNE | KTH&PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang