Sesuatu yang Manis di Hari Jumat

1K 169 12
                                    

Warn!Semi-baku

fluff, romance

bxb

.

.

.

Sekitar tiga bulan lalu, seorang pria bongsor berwajah manis dengan sejuta pesona mematikan menghampiri Seungwoo yang sedang menyantap hidangannya di cafè tak jauh dari kampusnya, Cho Seungyoun namanya. Masih kelas dua belas, berjarak dua tahun darinya.

Perkenalan yang sebenarnya tak Seungwoo duga sama sekali, awalnya Seungwoo hanya berusaha menanggapi agar terkesan sopan dan juga melihat sifat Seungyoun yang lucu nan periang, berhasil membuat Seungwoo larut dalam obrolan lelaki androgini itu sekalipun terkadang obrolannya memang terlampau absurd.

"Permisi, mas."

"Iya?"

"Saya Seungyoun, mau ngingetin kalau besok itu hari sabtu?"

Seungwoo tertawa dalam hati mengingat cara perkenalan Seungyoun untuk membuka obrolan dengannya. Aneh, tapi Seungwoo menyukai itu.

"Ngga ada juga yang bilang kalau besok senin,"

"Saya mau ngingetin aja sih siapa tau lupa atau tiba-tiba amnesia, saya sering loh lupa hari sampai salah seragam trus dimarahin guru bk abis-abisan!"

Menggebu-gebu, khas sekali. Suaranya setiap menceritakan sesuatu yang menyebalkan, selalu saja meninggi. Bukan karena marah, lebih ke arah kesal tapi tidak tahu harus melampiaskan kemana, jadilah Seungwoo sebagai pendengar harus memaklumi.

"Itu kan kamu, saya salah hari juga ngga akan kena marah guru bk,"

"Mas gatau sih seberapa pentingnya mengingat hari, gimana kalau pas malam minggu mas ngajakin pacarnya kencan trus batal gara-gara lupa hari?! Gak banget deh!"

"Kenapa ngga kita buktiin aja?"

"Buktiin apanya?"

Kening mengernyit, bibir tipisnya mencebik, disertai tangan terkepal padahal tak sedang menggenggam apapun itu membuat Seungwoo menarik kedua sudut bibirnya tinggi-tinggi. Ah, begini rasanya tertarik dengan orang lain, ada afeksi menyenangkan sekaligus adrenalin yang terpacu dalam tubuh Seungwoo. Seperti menaiki sebuah coaster di taman bermain.

"Buktiin perkataanmu, lah?"

Seungwoo tertawa dalam hati, anak ini kadar kepekaannya cukup rendah, terlihat dari keningnya yang makin dalam mengernyit. Pipi gembilnya sedikit mengembung, astaga, terlalu menggemaskan. Ingin Seungwoo gigit tapi takut menangis, anak orang.

"Apa sih, gimana cara buktiinnya? Apa aku harus masang kamera di kamar kos mu?"

"Mesum, dih."

"LOH KAN AKU NANYA!"

Meja cafè habis digebrak oleh Seungyoun pada saat itu, tidak ada niat dalam hati Seungwoo untuk menegur sekalipun Seungyoun sudah menjadi pusat perhatian seisi cafè. Toh, orang-orang itu hanya akan melihat sekilas, kemudian bertindak tak peduli, terlalu sibuk mengurusi dirinya masing-masing.

"Iya iya, ini mau saya jawab kok."

"Jawab deh, jangan bikin penasaran!"

"Penasaran banget atau penasaran aja?"

"Ish!!"

Segelas vanila latte disambar bringas oleh Seungyoun. Sebenarnya Seungwoo ingin langsung to the point, tapi kalau to the point, ia tidak bisa lama-lama melihat wajah menggemaskan Seungyoun. Padahal mereka hanya berdebat tentang melupakan hari itu penting atau tidak, tapi kenapa Seungwoo merasa seperti sedang berdebat dengan anak kecil yang ada saja logika anehnya?

Well, ini Seungyoun. Murid kelas dua belas yang unik dan menarik perhatian Seungwoo di hari pertama perkenalan mereka, tidak perlu heran lagi.

"Yang bener dong! Gimana cara buktiinnya?"

"Besok hari sabtu, kan?"

"Tuh kan, mas lupa hari!"

"Saya ngga lupa, cuma ngetes kamu aja,"

Oke, kenapa tiba-tiba udara terasa panas dan atmosfer yang melingkupi tubuh Seungwoo jadi canggung? Ini aneh, karena Seungyoun sepertinya biasa-biasa saja dan sama sekali tak terlihat terganggu dengan tindak tanduknya yang jelas gugup.

"Besok sabtu, trus kenapa?"

Tarik nafas, Seungwoo.

"Ayo kencan."

—choco, 20.12.2019.

Thinking Out LoudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang