[00] || Aletta, rok pendek kamu bikin saya gerah!

470 43 22
                                    

"Ale,"

Aletta menegang ditempat! Demi jemuran yang belum dia angkat sejak dua hari terakhir, kenapa harus suara lelaki itu yang membuat kaki Aletta seolah mati rasa?

"Aletta,"

Tidak! Tidak bisa! Jika berbalik maka jiwa ini akan meronta-ronta ingin dilepas! Singkatnya, Aletta sedang berada di situasi paling berbahaya yang pernah ada.

"Letta, berbalik."

Dengan gerakan lambat, ia berbalik. Akhirnya Aletta luluh.

"I—iya, mas?"

Duh, kenapa suara Aletta jadi gemetaran begini?

"Disini saya masih dosbing Kamu, Ale."

Aletta menggarut tengkuknya yang sejujurnya sedang tidak gatal. Wanita itu lupa bahwa yang di hadapannya sekarang ini adalah dosen pembimbingnya. "Eh—Maaf Pak. Saya khilaf."

Lelaki itu mengulas senyum tipis, "Jadi, Kamu mau langsung balik?"

Nggih, mas. Aku mau balik—balikan sama kamu maksudnya.

"Iya, Pak. Bapak Kean sendiri mau pulang juga? Kalau iya, mau pulang sama-sama, Pak? Eh—" Aletta meringis pelan. Wanita itu merutuki kebodohannya. Sungguh, bibirnya sama sekali tak bisa diajak kompromi di depan mas-mas ganteng yang jabatannya udah jadi mantan suami.

"Memangnya Kamu dan Saya masih satu arah? Kan sudah pisah?"

Aletta mendengus pelan, menatap mantan suaminya yang memang belum berubah sedikitpun. Satu poin yang ia dapat hari ini. Keannzo Matteo, masih tetap menjadi frezeer berjalan yang menyebalkan.

"Ya wis, Pak. Sekarepmu. Letta, duluan ya, Pak."

Aletta kini tak perlu menunggu izin dari Keannzo. Wanita itu berbalik hendak meninggalkan sang Mantan suami. Namun satu panggilan dapat merubah semuanya,

"Aletta Matteo—"

Aletta menahan napasnya ditempat. Jelas akhiran Matteo bukan lagi miliknya, kini ia hanya sebatas Barsha.

Tak pites-pites usus halus mu, Mas! Iki atiku wis ambyar bubarrr!

"Ekhm. Maaf ya, Saya lupa—"

"Kalau kita udah pisah, gitu Pak?" Aletta menutup matanya pelan. Wanita itu mendengus frustasi. Kenapa harus kata 'pisah' yang selalu Keannzo katakan?

"Em—Bisa jadi."

Aletta memijit alisnya yang berdenyut, "Udah ya, Pak. Aletta mau pulang."

Lelaki itu melipat kedua lengan kemejanya hingga ke siku, lalu memposisikan tangan bersedekap di depan dada. Lalu menatap Aletta lebih lekat. "Yang suruh Kamu pulang siapa, Aletta? Saya kan tadi cuman nanya."

Aletta mengerutkan dahinya, tidak mengerti. "Lah, kan ngulinya udah kelar, Pak?"

"Kuliah, Aletta! Bukan nguli."

Aletta memutar matanya jengah, "Iya, Pak. Kuli-ah."

"Kamu belum boleh pulang, Ale. Saya belum periksa skripsi Kamu, dan menentukan mana saja yang perlu di revisi. Ayo, ikut saya keruangan." Titah Keannzo, dengan berjalan lebih dulu.

The Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang